Cokelat dengan kandungan kakao (biji cokelat asli) yang makin tinggi diketahui memiliki manfaat kesehatan yang lebih tinggi pula. Cokelat jenis ini ditandai dengan rasanya yang relatif lebih pahit. Selain itu, cokelat yang lebih pahit juga lebih baik untuk kesehatan secara keseluruhan karena kadar gula yang lebih rendah.
Dengan temuan-temuan baru tentang senyawa fenolik aktif dalam kakao, persepsi buruk tentang konsumsi cokelat mulai berubah. Sejak lama, cokelat dilekatkan pada berita buruk kesehatan karena kandungan lemaknya, serta konsumsi cokelat dikaitkan dengan tekanan darah tinggi, obesitas, jerawat, diabetes, dan penyakit arteri koroner.
Sementara itu, dari temuan-temuan baru diketahui bahwa konsumsi cokelat dalam porsi kecil pada ibu hamil bisa mendatangkan kemungkinan manfaat berikut.
Menurunkan risiko preeklamsia dan hipertensi
Suatu studi
menemukan bahwa mengonsumsi cokelat pada trimester pertama atau ketiga
kehamilan dikaitkan dengan penurunan risiko preeklamsia, serta dikaitkan
dengan risiko yang lebih rendah untuk mengalami tekanan darah tinggi
(hipertensi) pada trimester pertama kehamilan. Preeklamsia sendiri
merupakan kondisi yang berpotensi membahayakan nyawa, yaitu ketika
tekanan darah pada ibu hamil tiba-tiba meningkat drastis menjadi tekanan
darah tinggi yang membahayakan. Hasil menunjukkan bahwa, ibu hamil yang
rutin mengonsumsi cokelat 1-3 takaran saji per minggu memiliki risiko
50 persen lebih rendah terhadap preeklamsia selama trismester pertama.
Walau
demikian, studi ini memiliki beberapa kekurangan yang patut
didiskusikan. Yang pertama, studi ini mewawancarai wanita hamil kurang
dari 16 minggu tentang seberapa banyak mereka mengonsumsi cokelat di
trimester pertama. Dengan kata lain, jawaban sangat bergantung pada
ingatan ibu hamil yang mungkin jawabannya tidak begitu akurat. Yang
kedua, studi ini juga tidak membedakan dark chocolate dan light chocolate di dalam wawancara dan analisisnya. Hal ini mungkin dapat memengaruhi hasil yang diperoleh.
Efek konsumsi cokelat pahit terhadap risiko preeklamsia
Studi ini berangkat dari efek coklat yang dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Para peneliti pada studi sebelumnya menyatakan bahwa mengonsumsi cokelat, khususnya dark chocolate, dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Cokelat mengandung flavonol
yang diketahui memiliki kaitan dengan penurunan risiko penyakit
kardiovaskular serta penurunan kadar kolesterol. Makin gelap cokelat,
maka makin banyak mengandung flavonol.
Sementara
itu, faktor risiko preeklamsia mirip dengan faktor risiko penyakit
kardiovaskular.
Oleh karena itu, mereka kemudian meneliti benarkah ada
keterkaitan antara konsumsi cokelat dengan penurunan risiko preeklamsia
pada ibu hamil. Penelitian dilakukan terhadap hampir tiga ribu ibu hamil
dengan usia kandungan kurang dari 16 minggu. Walaupun studi ini sudah
dilakukan dengan baik, tetapi belum bisa memberikan bukti kuat bahwa
cokelat dapat melindungi ibu hamil dari risiko preeklamsia. Masih
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi dan menjelaskan
efek protektif cokelat terhadap risiko preeklamsia.
Untuk tumbuh kembang janin
Sebuah studi
berbeda menyimpulkan bahwa memakan 30 gram cokelat per hari selama
hamil dapat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Studi
tersebut menemukan adanya perbaikan yang signifikan ketika dilakukan
pemeriksaan aliran darah uteroplasenta (rahim dan plasenta) menggunakan
alat Doppler pada ibu yang mengonsumsi cokelat, baik cokelat
dengan kadar flavonol yang tinggi maupun rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa cokelat dapat bermanfaat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
janin, serta berdampak positif pada plasenta. Peningkatan ini jauh lebih
besar dari apa yang biasanya diharapkan.
Efek peningkatan ini tidak semata-mata dan secara langsung berkat kandungan flavanol
di dalam cokelat. Peneliti juga belum bisa berspekulasi mengenai efek
keseluruhan cokelat terhadap risiko preeklamsia dari hasil penelitian
karena subjek penelitian hanya satu kelompok, yaitu kelompok ibu hamil
yang mengonsumsi cokelat, sehingga tidak ada perbandingan dengan
kelompok ibu hamil yang tidak mengonsumsi cokelat. Oleh karena itu,
masih diperlukan penelitian lain yang lebih mendalam akan hal ini.
Seberapa banyak cokelat yang dapat dikonsumsi oleh ibu hamil?
Seorang profesor kandungan dan ginekologi
mengatakan bahwa rutin mengonsumsi cokelat pahit dalam porsi kecil
sejak masa trimester pertama kehamilan dapat meningkatkan fungsi
plasenta. Porsi kecil yang dimaksud adalah 30 gram sehari atau setara
dengan beberapa gigitan saja.
Makan
cokelat terlalu banyak juga tidak baik bagi ibu hamil karena dapat
meningkatkan berat badan lebih dari ideal. Selain itu, masih ada banyak
nutrisi lain yang perlu dikonsumsi ibu hamil, seperti folat, protein,
kalsium dan zat besi, sehingga jangan hanya terpaku pada konsumsi
cokelat.
Saran dari para pakar adalah mengonsumsi cokelat sekali-sekali saja daripada secara rutin. Terlebih lagi, cokelat mengandung kafein yang hanya boleh dikonsumsi dalam jumlah sedikit selama kehamilan, belum lagi tinggi kalori dan lemak juga. Kesimpulan bagi ibu hamil, baik yang dianggap berisiko mengalami preeklamsia atau tidak, tetap harus selalu mengikuti saran dokter mereka untuk mendapatkan asupan nutrisi yang ideal.
EmoticonEmoticon