Hukum Merusak Rumah Tangga

Tak hanya dalam film yang selalu mengangkat tema perselingkuhan dalam rumah tangga, akan tetapi dalam kehidupan nyata dimana banyak terjadi perselingkuhan dalam rumah tangga. Hal ini bisa terjadi karena berbagai alasan mulai dari harta atau karena cinta buta yang sangat mudah terjadi pada orang yang lemah iman. Hal inilah yang menjadikan seseorang tidak segan segan merusak rumah tangga orang lain. Lalu, bagaimana Islam memandang hukum tentang merusak rumah tangga dalam Islam tersebut?, berikut ulasan selengkapnya untuk anda.

Dalam pandangan Islam, berbagai upaya yang dilakukan untuk merusak rumah tangga seseorang adalah haram hukumnya dan bahkan masuk ke dalam jenis dosa besar dalam Islam. Salah satu argumennya adalah khitbah seorang perempuan yang sudah dipinang oleh seorang laki laki saja sudah dilarang untuk mendekati dan merusak seorang wanita dengan suaminya.

Dalam salah satu hadits dikatakan jika Rasulullah SAW bersabda, “Rasulullâh – shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa menipu dan merusak (hubungan) seorang hamba sahaya dari tuannya, maka ia bukanlah bagian dari kami, dan siapa yang merusak (hubungan) seorang wanita dari suaminya, maka ia bukanlah dari kami’”. [Hadîts shahih diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Bazzâr, Ibn Hibbaân, Al-Nasa-i dalam al-Kubra dan Al-Baihaqi].

Dari penjelasan singkat diatas bisa disimpulkan jika hubungan laki laki dengan perempuan yang statusnya masih suami atau istri orang maka hubungan tersebut sangat terlarang dan bisa berdampak pada status hukum pernikahan dan memperlihatkan ciri ciri istri durhaka terhadap suami.

Imam Al Haitsami juga memasukan perbuatan dosa ini dalam perbuatan dosa yang tak terampuni. Dalam kitab Al Zawajir an Iqtiraf al Kabair disebutkan jika dosa besar pada urutan ke-257 dan juga 258 adalah merusak wanita agar terpisah dari suaminya dan juga merusak suami agar terpisah dari istrinya.

Selain itu, pendapat keras juga diutarakan Madzhab Maliki dimana seorang laki laki yang merusak hubungan istri dengan suaminya harus dibatalkan meski sesudah akad nikah. Pandangan tersebut juga dinukil dari Ibnu Arafah yang menyatakan jika barang siapa yang berusaha untuk memisahkan seorang perempuan dengan suaminya supaya ia dapat menikahi perempuan tersebut, maka tidak mungkin baginya atau tidak diperbolehkan untuk menikahi perempuan tersebut.

Jenis dan Cara Merusak Rumah Tangga

Ada berbagai bentuk dan jenis yang bisa dilakukan seseorang untuk merusak rumah tangga orang lain dan merusak hubungan antara suami dan istri dan diantaranya adalah sebagai berikut.

Berdoa dan memohon pada Allah SWT agar hubungan dari seorang wanita dengan suaminya bisa rusak dan akhirnya timbul perceraian antara kedua orang tersebut.
Berkata kata dengan manis dan melakukan segala cara lahiriah yang baik namun menyimpan maksud merusak hubungan wanita dengan suaminya atau sebaliknya.
Memberikan bisikan dan kata kata yang menipu dan memprovokasi sehingga wanita atau pria akhirnya berpisah dari pasangannya dengan iming iming akan dinikahi olehnya atau orang lain.
Meminta atau menekan dengan terus terang agar wanita meminta cerai pada suaminya atau sebaliknya dengan alasan yang tidak dibenarkan dalam syariat.
Hukum Islam tentang Merusak Rumah tangga
Dalam Islam, terdapat dosa besar dan juga hukum saat merusak rumah tangga orang lain dan beberapa hukuman yang siap untuk diterima tersebut diantaranya adalah:

Hukum Ukhrawi
Dari hadits Nabi Muhammad dan juga para ulama yang sudah bersepakat jika hukum merusak rumah tangga orang lain adalah haram hukumnya. Jika seseorang melakukan perbuatan tersebut, maka akan mendapat dosa dan juga siksaan kelak dalam neraka. Bahkan perbuatan merusak rumah tangga orang lain juga masuk dalam kategori dosa besar oleh Imam Al Haitsami.


Dari hadits juga dijelaskan jika dosa besar yang akan diterima bagi mereka yang sudah merusak rumah tangga orang lain yakni memisahkan suami dari istrinya atau sebaliknya, menurut hadits Nabi yang shahih merupakan perbuatan yang masuk dalam dosa tak terampuni.

Hukum Duniawi
Jika berbicara tentang hukum duniawi yang akan diterima perusak rumah tangga orang lain maka terbagi menjadi dua hukum yang berbeda, yakni:

Hukum Duniawi I


Jika seorang laki laki merusak pernikahan wanita dan suaminya sampai membuat wanita tersebut meminta cerai dari suami dan suaminya mengabulkan permintaan tersebut, atau laki laki yang merusak hubungan wanita dengan suaminya sampai suaminya marah dan meceraikan wanita tersebut. Menurut Jumhur ulama, menikahi janda cerai menurut Islam yang dilakukan laki laki perusak rumah tangga dan wanita yang merupakan istri orang lain tersebut haram untuk dinikahi. Namun, ulama Malikiyyah memiliki pandangan berbeda sebab pernikahan tersebut wajib dibatalkan baik sebelum terjadi pernikahan ataupun sesudah terjadi pernikahan. Berikut ini adalah beberapa alasan Malikiyyah mengenai azab wanita perusak rumah tangga orang lain.

Supaya dijadikan ancaman untuk kasus lain yang serupa dan bertujuan agar laki laki tersebut tidak merusak rumah tangga orang lain sehingga sebuah pernikahan bisa terjaga dengan baik.
Untuk menerapkan hadits dari Nabi Muhammad.
Terhitung dalam kaidah fiqih yang menjelaskan jika siapa yang tergesa gesa memperoleh sesuatu sebelum waktunya maka harus dihukum dengan cara tidak mendapatkan hal tersebut dan ini juga berkaitan dengan hukum pernikahan wanita yang ditinggal mati suaminya.
Hukum Duniawi II

Jika seseorang yang merusak rumah tangga orang lain, maka harus mendapatkan hukuman secara global. Berdasarkan pendapat para ulama, jika ada orang yang melakukan perbuatan terlarang tersebut, maka hakim memiliki wewenang untuk menjatuhkan ta’zir berupa hukuman yang diberikan berdasarkan ketentuan hakim atau penguasa. Hukuman tersebut adalah syarat yang tidak lebih dari 40 kali cambukan.

Namun, ada sebagian pendapat lain yang berkata jika orang tersebut harus mendapat hukuman penjara sampai ia bertaubat atau meninggal dan hal ini diyakini oleh sebagian penganut mazhab Hanafi. Sebagian penganut Mahzab Hanbali berpendapat jika hukumannya berupa cambukan keras dan dilakukan di depan umum sehingga bisa dijadikan peringatan untuk orang lain.

Merusak Rumah Tangga Merupakan Perbuatan Penyihir
Melakukan perbuatan dosa yakni merusak rumah tangga orang lain merupakan perbuatan penyihir berdasarkan dari hadits berikut ini.

“dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya”. [Al-Baqoroh: 102].

Dalam ayat tersebut sudah dijelaskan jika aktivitas sihir dari Harut dan Marut merupakan sihir untuk memisahkan pasangan. Sihir tersebut kemudian akan membawa ke kufuran dan seperti yang sudah diketahui dalam Islam jika perbuatan sihir masuk ke dalam salah satu dari ketujuh dosa besar dalam Islam dan akan mendapat hukuman bunuh. Dalil tersebut akan semakin menguatkan jika merusak rumah tangga orang lain masuk dalam kaba ir arau dosa besar dan merupakan kemungkaran yang berat.

Mmemisahkan pasangan suami istri dan mengganggu sekaligus merusak rumah tangga juga menjadi pekerjaan utama dari iblis dan tentaranya sehingga bisa menimbulkan fitnah dalam Islam serta kerusakan di dunia.

Imam Muslim meriwayatkan, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air lalu mengirim bala tentaranya, (setan) yang kedudukannya paling dekat dengan Iblis adalah yang paling besar godaannya. Salah satu diantara mereka datang lalu berkata: ‘Aku telah melakukan ini dan itu.’ Iblis menjawab: ‘Kau tidak melakukan apa pun.’ Lalu yang lain datang dan berkata: ‘Aku tidak meninggalkannya hingga aku memisahkannya dengan istrinya.’ Beliau bersabda, “Iblis mendekatinya lalu berkata: ‘Bagus kamu.”[H.R.Muslim].

Dari hadits diatas sudah dijelaskan jika iblis meremehkan apa yang sudah dibuat para tentaranya dalam menimbulkan fitnah dan kerusakan manusia. Akan tetapi saat tentara melakukan kerusakan dalam sebuah rumah tangga menurut Islam, maka iblis akan sangat senangg dan semakin mendekatkan syetan tersebut disisinya sambil memberikan pujian. Dari sini bisa terlihat jika siapa saja yang terlibat dalam kerusakan rumah tangga sebuah pasangan meski ia bersorban besar sekali pun, maka sesungguhnya ia merupakan bagian dari iblis dan mewujudkan pekerjaan iblis sekaligus menjadi antek baik dilakukan secara sadar atau tidak.

Ibnu Taimiyah berkata, “Upaya seseorang untuk memisahkan istri dengan suaminya adalah diantara dosa-dosa berat, termasuk perbuatan tukang sihir, dan sebesar-besar perbuatan Syetan.” [Al-Fatawa Al-Kubra, vol.2 hlm 313].

Demikian ulasan dari kami tentang hukum merusak rumah tangga orang lain dalam Islam yang haram hukumnya apapun alasan dibalik melakukan hal tersebut. Semoga kita semua bisa terhindar dari perbuatan tercela semacam ini.🙏😇

Ciri-ciri Isteri Durhaka


Tentu setiap orang menginginkan dapat membina sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah, di mana terdapat keharmonisan serta kebahagian dalam hubungan yang terjalin di dalam rumah tangga tersebut, sehingga besar kemungkinan keluarga yang mereka bina akan langgeng. Salah satu faktor pendorong terciptanya keluarga yang harmonis adalah hadirnya seorang istri yang selalu menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, salah satunya adalah taat kepada perintah suaminya.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :


لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

Artinya “Andai boleh kuperintahkan seseorang untuk bersujud kepada yang lain tentu kuperintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi)

Akan tetapi, banyak dari para istri yang kurang memahami tentang arti pentingnya hal itu, bahkan baik disadari ataupun tidak mereka justru melakukan hal-hal yang mendurhakai suaminya. Hal-hal tersebut di antaranya :

Tidak taat pada suami
Ciri ciri istri durhaka pada suami yang pertama adalah istri tidak taat pada perintah suami. Seorang istri yang baik dan shalihah adalah istri yang senantiasa taat pada suami dalam keadaan dan kondisi apapun. Dengan taat pada suami, hal itu akan dapat menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang serta kesetiaan suami kepada istrinya. Akan tetapi sebaliknya, jika istri tidak taat pada suami, maka besar kemungkinan rasa kasih sayang, rasa cinta, serta kesetiaan suami akan  hilang.


Islam menyebut perbuatan seorang istri yang tidak taat kepada suaminya sebagai nusyus yang artinya sikap membangkang. Artinya, istri yang melakukan nusyus adalah istri yang melawan dan melanggar perintah suami (tidak taat pada suami), serta tidak ridho atas kedudukan yang telah diberikan Allah SWT kepadanya.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda :

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ


Artinya:

 “Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR. An-Nasai dan Ahmad)

Dalam hadist yang lain, Beliau Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda :


إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

Artinya:

“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)

Dari dua hadist di atas kita bisa tahu bahwa seorang istri yang taat pada suami adalah salah satu ciri wanita yang baik, dan bagi wanita seperti itu, maka Allah SWT menjanjikan surga bagi mereka. Akan tetapi kenyataannya banyak para wanita yang tidak paham akan arti pentingnya mentaati perintah suami. Banyak alasan yang menyebabkannya seperti status sosial serta latar belakang pendidikan yang dimiliki istri lebih tinggi dari suami, dan lain sebagainya.

Banyak sekali perbuatan-perbuatan yang menjurus pada ketidaktaatan seorang istri kepada suami, seperti :

Keluar rumah tanpa seizin dari suami
Berkata-kata yang menyakiti hati suami
Membuka rahasia suami pada orang lain
Membelanjakan uang suami secara berlebihan tidak pada tempatnya
Menghianati suami, misalnya berselingkuh dengan pria lain
Lalai atau tidak mau melayani suami, baik secara terang-terangan maupun secara samar.
2. Menuntut adanya kesempurnaan dalam rumah tangga

Segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak sempurna, termasuk sebuah rumah tangga. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Ketika seorang wanita melihat film atau dengan membaca novel yang mengisahkan tentang kehidupan rumah tangga yang dianggapnya sempurna, maka ia pun berangan ingin memiliki hal yang sama.

Dan ketika telah menikah, kemungkinan besar ia akan kaget dan bisa jadi tidak bisa menerima dengan kehidupan berkeluarga yang dijalaninya, di mana kehidupan tersebut tidak sama dengan apa yang ia angankan sebelumnya. Lalu ia pun menuntut suami agar memenuhi kesmpurnaan yang ia inginkan tanpa menyadari bahwa semua hal itu tidak sama, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri, termasuk dalam sebuah keluarga.

3. Mengingkari segala bentuk kebaikan yang dilakukan suami kepadanya

Islam sangat memuliakan seorang wanita, bahkan dalam islam seorang ibu memiliki tiga kali lipat hak untuk lebih dihormati daripada seorang ayah dan surga berada di bawah telapak kaki seorang ibu. Akan tetapi Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam perban mengatakan bahwa mayoritas penghuni neraka adalah para wanit. Mengapa bisa seperti itu?

Salah sat penyebab seorang wanita menjadi penghuni neraka adalah karena kekufurannya atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Dalam hal ini adalah karena mereka mengingkari semua kebaikan yang telah dilakukan oleh suami kepada mereka.

Misalnya saja, seorang suami selalu berusaha melakukan kebaikan terhadap istrinya, akan tetapi istri melihat sesuatu yang tidak disenangi dari suami, maka ia pun mengatakan bahwa tidak ada sedikitpun kebaikan yang bisa ia lihat dari sang suami.

4. Tidak suka pada keluarga suami

Hubungan pernikahan tidak hanya bertujuan untuk menyatukan dua insan yaitu lelaki dan perempuan ke dalam hubungan yang sah, akan tetapi suatu pernikahan juga bertujuan untuk menyatukan dua keluarga. Kecintaan, kasih sayang, dan penghormatan seorang suami akan semakin bertambah apabila istrinya mampu menempatkan dirinya dengan baik dalam keluarga si suami.

Akan tetapi terkadang seorang istri menuntut agar perhatian dan kasih sayang suami hanya ditujukan padanya saja, tanpa menyadari bahwa suami juga memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orangtuanya. Hal inilah yang sering menyebabkan kecemburuan istri pada keluarga suami dan berupaya untuk menjauhkan suami dari keluarganya.

5. Hilangnya rasa Qona’ah dan ridho istri terhadap apa yang diberikan suami

Terkadang, messkipun suami telah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa memenuhi keinginan sang istri, akan tetapi ketika keinginan tersebut tidak terwujud, justru apa yang ia lakukan tadi dianggap sia-sia oleh istrinya. Kenapa? Karena istri menganggap bahwa upaya yang dilakukan suami kurang, bahkan hanya dianggap main-main. Ia tidak mampu memahami bahwa setiap orang, termasuk suaminya memiliki keterbatasan kemampuan untuk melakukan sesuatu.

6. Mengungkit-ungkit kebaikan yang dilakukan

Tak dapat dipungkiri bahwa setiap orang, termasuk seorang istri pernah melakukan kebaikan, meskipun hanya sebiji kurma. Akan tetapi akan menjadi sebuah bentuk kedurhakaan apabila seorang istri mengungkit-ungkit kebaikan yang telah ia lakukan terhadap suami atau keluarganya, bahkan menganggap bahwa kebaikan yang dilakukan suami terhadapnya tidak lebih besar dari kebaikan yang ia lakukan. Hal ini tentu akan menyakiti perasaan sang suami.

7. Cemburu yang berlebihan

Ciri ciri istri durhaka terhadap suami selanjutnya terletak pada rasa kecemburuan, hal ini banyak tak disadari oleh para istri. Salah satu sifat alami manusia, terutama kaum hawa adalah cemburu. Cemburu boleh saja, asal memiliki dasar dan masih berada dalam batas kewajaran. Rasa cemburu seorang istri terhadap suaminya menurut syariat islam adalah apabila suami melakukan kemaksiatan seperti berzina, mendzalimi istri, mengurangi hak-hak istri, dan lain sebagainya.

Rasa cemburu seorang istri akan menjadi suatu bentuk kedurhakaan terhadap suami apabila cemburu tersebut tidak memiliki dasar berupa fakta atau bukti dan cemburu yang terlalu berlebihan (cemburu buta).

8. Kurang atau tidak bisa menjaga perasaan suami

Seorang istri yang baik harus selalu berusaha menyenangkan suaminya, seperti menunjukkan wajah yang ramah, tidak mermuka masam, serta sejuk ketika suami memandangnya. Selain itu, istri juga harus selalu menjaga perbuatan dan ucapannya agar tidak menyakiti hati suami, misalnya tidak mencaci, suka mengkritik, berkata-kata keras, maupun sering memojokkan suami. Hal ini akan membuat perasaan suami terluka.

9. Terlalu sibuk dengan kegiatan di luar rumah

Tidak ada salahnya jika sorang istri memiliki kegiatan di luar rumah, akan tetapi setiap kali melakukan aktivitas tersebut, istri harus mendapatkan ijin dari suami dan tidak boleh mengabaikan tugas serta tanggungjawabnya di rumah.

10. Kurang atau tidak bisa menjaga penampilan

Seorang istri harus bisa menjaga penampilannya di depan suami, tidak hanya ketika ia sedang bepergian ke luar rumah. Jika seorang istri terlihat kotor, lusuh, dan bau ketika berada di hadapan suami, maka tidak heran jika lama kelamaan suami akan menjadi tidak betah di rumah. Akan tetapi juga merupakan hal yang tidak baik apabila seorang istri terlalu sibuk berdandan sehingga lupa akan kewajibannya sebagai istri.
🙏🙏😇

Sikap Suami Durhaka pada Isteri.!



DALAM Al-Qur’an Surat An- Nisa’ ayat 34 disebutkan, bahwasannya kaum lelaki (suami) adalah pemimpin bagi kaum wanita (istrinya). Seorang suami dituntut untuk bisa mendidik, melindungi, serta selalu menegakkan kebenaran dalam kehidupan rumah tangganya.

Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya “Yang terbaik dari kalian adalah yang terbaik akhlaknya atau perlakuannya terhadap istrinya.” (HR. Tirmidzi)

Akan tetapi tak jarang kita dengar dan saksikan hadirnya seorang suami yang mendurhakai istrinya. Daripada melindungi, mereka justru memilih tindakan atau perbuatan yang dalam islam digolongkan ke dalam perbuatan dzalim terhadap istri. Perbuatan-perbuatan tersebut di antaranya :

1.    Menelantarkan untuk memberikan nafkah pada istri
Ciri-ciri suami durhaka terhadap suami yang pertama terdapat dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Muslim, Ahmad, dan Ath- Thabrani, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda yang artinya:

“Seseorang cukup dipandang berdosa bila ia menelantarkan belanja orang yang menjadi tanggung jawabnya.”

Hadist tersebut menggambarkan betapa berdosanya seorang suami yang melalaikan kewajibannya terhadap istri dan anaknya.

2. Melimpahkan tanggungjawab suami kepada istri
Suami adalah pemimpin bagi istri dan anak-anaknya. Ia berkewajiban untuk memberikan nafkah lahir dan batin bagi keluarganya. Lalu bagaimana jika suami melimpahkan kewajiban seperti mencari nafkah dan mengatur segala urusan rumah tangga kepada sang istri?

Hal ini tentu saja bertentangan dengan syariat islam, dan keluarga tersebut digolongkan menjadi keluarga yang tidak beruntung. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya “Tidak akan beruntung suatu kaum yang dipimpin oleh seorang wanita.“ (HR.Ahmad, Bukhari, Tirmidzi, dan Nasa’i).

Jika tanggung jawab menjadi pemimpin diambil alih oleh istri, maka tentu saja kewibawaan suami akan hilang, dan hal itu bisa menjerumuskan istri pada perbuatan durhaka pada suami.

3. Tidak memberikan tempat tinggal yang layak kepada istri
Jika seorang suami memutuskan untuk menceraikan istrinya, maka ia berkewajiban untuk memberikan tempat tinggal yang aman dan layak kepada istri yang hendak diceraikan selama masa iddah. Kewajiban lain yang tidak boleh dilupakan suami adalah bahwa ia harus tetap memberikan nafkah kepada istri yang hendak ia cerai sebagaimana biasanya.

Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT berikut :

“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” (QS Ath- Thalaaq: 6)

4. Tidak mau melunasi mahar
Seorang suami yang ketika menikah memberikan mahar, akan tetapi mahar tersebut belum terlunasi dan bahkan suami tidak berniat untuk melunasinya, maka itu berarti suami telah menipu istrinya dan ia akan mempertanggungjawabkannya di akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya:

“Siapa saja laki laki yang menikahi seorang perempuan dengan mahar sedikit atau banyak, tetapi dalam hatinya bermaksud tidak akan menunaikan apa yang menjadi hak perempuan itu, berarti ia telah mengacuhkannya. Bila ia mati sebelum menunaikan hak perempuan itu, kelak pada hari kiamat ia akan bertemu dengan Allah sebagai orang yang fasiq.” (HR.Thabarani)


5. Mengambil kembali mahar yang telah diberikan kepada istri tanpa adanya keridhoan dari sang istri
Islam memandang mahar suatu perkawinan dengan tujuan untuk menghormati kedudukan istri serta untuk pertanda  atau lambang kekuasaan seorang wanita atas laki-laki yang menikahinya. Seorang pria yang apabila ia berniat menceraikan istrinya lalu meminta atau mengambil kembali mahar yang telah diberikannya kepada sang istri tanpa adanya keridhoan dari istri, maka itu adalah perbuatan yang tercela, dan Allah SWT sangat tidak menyukai perbuatan tersebut.

6. Menuduh istri berzina tanpa adanya bukti yang kuat

Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT berikut :

“Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la`nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta.” (QS. An- Nuur ayat 6-7)

BACA JUGA: Jangan Jadi Suami Durhaka, Ini Tandanya

7. Menganiaya serta merendahkan martabat istri
Rasulullah SAW melarang para suami untuk menyakiti serta menjelek-jelekkan, atau bahkan membanding-bandingkan istri dengan wanita lain dengan menggunakan kata-kata dan ucapan yang bertujuan untuk merendahkan martabat sang istri baik di hadapannya sendiri atau di hadapan orang lain.

Sebagaimana sabda Beliau SAW dalam sebuah hadist,

”Saya pernah datang kepada Rasulullah SAW, ’saya lalu bertanya: ’Ya Rosulullah, apa saja yang engkau perintahkan (untuk kami perbuat) terhadap istri-istri kami? ’Beliau bersabda: ‘janganlah kalian memukul dan janganlah kalian menjelek-jelekan mereka.” (HR. Abu Dawud)

8. Memeras dan mengajak istri untuk berbuat dosa
Ini salah satu hal yang tidak dibenarkan dalam islam. Seorang suami haruslah selalu berusaha menjadi pemimpin yang baik untuk istri dan anak-anaknya, seperti mengajari dan mengajak mereka untuk shalat, mengaji, atau melakukan hal-hal yang dapat memberikan motivasi bagi istri dan anak untuk beramal ibadah.

Seorang suami yang memeras istri dan memaksanya untuk berbuat dosa, maka di akhirat kelak ia akan dimintai pertanggungjawaban dari Allah SWT atas apa yang pernah ia lakukan tersebut.

9. Selalu mencurigai dan berusaha mencari-cari kesalahan istri
Selalu curiga terhadap apa-apa yang diperbuat oleh istri adalah sifat kurang baik yang harus dihindari oleh para suami. Ketika seorang suami curiga kepada istrinya, maka ia akan selalu berusaha mencari-cari kesalahan istrinya tersebut. Hal itu akhirnya bisa menimbulkan pertengkaran di antara keduanya.

10. Menceraikan istri tanpa adanya alasan yang dibenarkan syar’i
Seorang suami yang sudah bosan dengan istri karena berbagai alasan seperti memiliki wanita idaman lain, bisa saja selalu berusaha mencari-cari jalan agar ia segera dapat bercerai dari istrinya. Misalnya saja dengan menuduh istri tanpa adanya bukti yang jelas. []

SUMBER: DALAMISLAM.COM

🌸 Carilah Calon Istri yang Paham Agama dan Mau Ngaji 🌸



Berbicara masalah calon pendamping hidup tentu setiap orang mempunyai kriteria masing-masing. Apalagi bagi kami kaum cowok, sudah barang tentu wanita yang berkulit putih, tinggi, cantik atau bahkan mengidamkan gadis secantik Miss Indonesia dan beberapa kriteria lainnya sudah ada dipikiran kami.

Sah-sah saja sebenarnya mempunyai kriteria tersebut, tapi alangkah baiknya jika istri kamu kelak paham agama karena kedamaianlah yang akan kamu dapatkan dalam rumah tangga. Istri yang baik dalam agamanya tentu tahu cara memperlakukan suami dengan baik dan pandai bersyukur.

Jangan memilihnya hanya karena dasar cantik semata, bila tidak maka tingkahnya akan menggelitikmu dalam derita.

Dalam memilih pendamping hidupmu juga, pilihlah dia yang baik akhlak dan tata kramanya, agar dalam menjaga rumah tangga ia akan selalu menggunakan syariat. Dan jangan pula kamu lupa bahwa dalam memilih kriteria harus seiman dengan kamu.

Jika hanya fisik semata yang kamu agungkan, damai dalam berumah tangga belum tentu kamu peroleh. Jadi jangan salah pilih, pilihlah dia yang baik agamanya, akhlaknya, tata kramanya, dan bahkan pintar ngajinya, maka sudah pasti ia akan selalu bisa mengkaji apapun yang terjadi dalam hidup bersama dengan bijaksana.
Demikianlah pokok bahasan Artikel ini yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami Artikel ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari Artikel ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar Artikel ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Sumber Artikel : hipwee/Klinik

Jika Allah Sudah Berkata Dia Jodohmu

Jika Allah Sudah Berkata Dia Jodohmu, Harta, Tahta, Jarak dan Status Sosial Tak Berlaku

Bagi kamu yang saat ini belum mapan tetapi yang kamu taksir adalah orang yang mapan. Dia sangat cantik/ganteng sekali, sedangkan kamu hanya bermuka pas-pasan dengan penghasilan yang pas-pasan pula. Padahal jauh dari lubuk hatimu yang paling dalam, ingin menikah dengannya orang yang kamu impikan. Namun, apalah daya. Status sosial bak langit dan bumi.

Namun satu hal yang harus kamu tahu, bahwa jodoh itu tak mengenal kasta, tak melihat harta dan tak memandang status sosial juga. Bila dia memang yang ditakdirkan yang menjadi tulang rusukmu atau penggenapmu, sekuat apapun dia menolak tetap saja tak bisa. Karena memang jodoh mutlak keputusan Allah dengan jalan takdir yang telah ditentukannya.

Ya Allah, Berikan Surga-Mu Untuk Ibuku, Karena Ibu Adalah Surga Dalam Hidupku
Tangisan Baginda Rasulullah Mengguncang Arsy Karena Memikirkan Keselamatan Umatnya
Sejauh Apapun Jaraknya Jika Memang Sudah Takdirnya Bersatu, Maka Pasti Akan Menemukan Jalan Untuk Mendekat
Kamu yang mengalami hubungan LDR pasti sudah tak asing lagi dengan yang namanya jarak. Meski kalian dipisahkan oleh pulau atau bahkan negara, jarak bukanlah suatu penghalang. Jika kalian memang ditakdirkan berjodoh, jarak itu hanya sebagai rintangan bagi kalian. Toh juga bisa komunikasi dengan berbagai media yang canggih, mulai chat di media sosial sampai dengan vidio call.

Lantas bagaimana dengan jodoh yang tak tahu dimana sekarang? Mungkin saja memang jarak kalian jauh, tapi bila memang kalian ditakdirkan berjodoh. Cepat atau lambat kalian akan dipertemukan, misalnya melalui perjalanan yang menyatukan kalian ketika melanglangbuana ke suatu daerah. Atau bisa jadi kalian dipertemukan lewat agenda sosial nasional. Tak ada yang sulit bagi Allah, semuanya bisa terjadi atas izin-Nya.

Tentang Harta dan Jabatan, Tidak Sebanding Apapun Keadaannya Jika Sudah Jodoh Pasti Akan Menemukan Jalan Untuk Bersatu
Mungkin saat ini kamu mempunyai penghasilan yang masih pas-pasan, tapi percayalah jika kamu mensyukuirnya semuanya akan berkah. Sebenarnya penghasilan itu bukan di ukur dari seberapa besar nominalnya tapi seberapa berkah manfaatnya. Jika mempunyai penghasilan besar tetapi hidup tak tenang dan tak bahagia buat apa.

Begitu juga dengan jodohmu, meski salah satu diantara kalian mempunyai penghasilan yang berbanding terbalik. Atau jabatan kalian juga tak seimbang, sehingga menurut pandangan banyak orang kalian tak akan mungkin berjodoh. Namun percayalah, bila Allah sudah menakdirkan tak ada yang bisa menghalangi.

Sungguh Sehebat Apapun Rencana Manusia Akan Kalah Dengan Rencana Allah yang Maha Segalanya.
Memang manusia bisa mempunyai rencana-rencana yang hebat dan harus dicapai. Termasuk perihal jodoh, bisa jadi dia mempunyai kriteria yang sesuai dengan impiannya. Hal itu memang wajar karena setiap manusia ingin mempunyai kehidupan yang layak dan bahagia bersama orang yang didambkan.

Tapi kadang semua rencana kita tak sesaui dengan harapan, begitu juga perihal jodoh. Bisa jadi orang yang bermartabat, harta dan tahta yang menjadi jodohmu. Ditambah lagi dia sholeh/sholehah, nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?

Demikianlah pokok bahasan Artikel ini yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami Artikel ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari Artikel ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar Artikel ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Sumber Artikel : humairoh./klinikf3cinoling

"BISAKAH KITA MENGUBAH TAQDIR.....?



سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Banyak orang malas yang menjadikan takdir sebagai dalih atas kemalasannya. Padahal, takdir itu bisa diubah. Meski tidak semua taqdir bis kita rubah sesuai apa yang kita inginkan.....
Misalnya, jika kita ditakdirkan sebagai seorang laki-laki, tidak bisa diubah menjadi seorang perempuan. Tetapi kebanyakan manusia sekarang justru menyalahi taqdir dengan sengaja merubah taqdir yang sudah dikodratkan kepadanya, contoh : merubah penampilan wajah atau jenis kelamin, dari laki-laki ke perempuan, dari perempuan ke laki-laki,atau hidung yang kecil dioperasi plastik menjadi mancung, dsb.....

Kita memang tidak bisa mengubah takdir yang sudah terjadi sebab waktu memang diciptakan tidak bisa mundur. Yang dimaksud mengubah takdir disini ialah mengubah takdir dimasa mendatang.

Kita sering menyatakan atas suatu kejadian: “Ah- itu semuanya adalah Takdir, ketentuan Allah yang tidak bisa dirubah”. Betulkah semua bentuk takdir tak dapat dirubah? Atau bisakah kita merubah taqdir Allah dengan kemampuan terbatas kita sebagai manusia ?

Dalam syarah kitab hadist Arbain Nawawi diterangkan bahwa takdir Allah swt itu ada empat macam yang dibagi kedalam dua kelompok besar, yakni; TAKDIR MUBROM dan TAKDIR MU’ALLAQ,

I. TAKDIR MUBROM (TETAP)
1.Takdir Dalam Ilmu Alloh.

Takdir yang ada di ilmu Allah. Takdir ini tidak mungkin dapat berubah, sebagaimana Nabi Muhammad saw bersabda:
لاَيَهْلِكُ اللهُ إلاَّ هَالِكًا

“Tiada Allah mencelakakan kecuali orang celaka, (yaitu orang yang telah ditetapkan dalam ilmu Allah Taala bahwa dia adalah orang celaka.)”

2.Takdir Dalam Kandungan.
Takdir dalam kandungan, yaitu malaikat diperintahkan untuk mencatat rizki, umur, pekerjaan, kecelakaan, dan kebahagiaan dari bayi yang ada dalam kandungan tersebut.
Maka takdir ini termasuk takdir yang tak dapat dirubah sesuai kelanjutan dari hadist tersebut. Takdir ini sebetulnya termasuk takdir dari Ilmu Alloh seperti no I/1 diatas yang telah digariskan dalam tubuh sang jabang bayi. (Dalam ilmu pengetahuan Genetika modern mungkin dapat digambarkan pada unsur DNA?)

II.TAKDIR MU’ALLAQ (TAKDIR YANG TERGANTUNG)
1. Takdir Dalam Lauh Mahfudh.

Takdir yang ada dalam Lauhul Mahfudh. Takdir ini mungkin dapat berubah, sebagaimana firman Allah dalam surat ar-Ra’du ayat 39 yang berbunyi:

يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ

“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang dikehendaki, dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab (Lauhul Mahfudz).”

Dan telah diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa beliau mengucapkan dalam do’anya yaitu “Ya Allah jika engkau telah menetapkan aku sebagai orang yang celaka maka hapuslah kecelakaanku, dan tulislah aku sebagai orang yang bahagia”.

2.Takdir Yang Diikuti Sebab Akibat
Takdir yang berupa penggiringan hal-hal yang telah ditetapkan kepada waktu-waktu DAN HAL- HAL yang telah ditentukan. Gambarannya: “Seandainya hambaku berdo’a atau bersilaturrahmi dan berbakti kepada kedua orang tua, maka Aku jadikan dia begini, jika dia tak berdo’a dan tidak bersilaturrahmi serta durhaka kepada kedua orang tua, maka ia Aku jadikan seperti ini..”

Takdir ini juga dapat diubah sebagaimana hadits yang menyatakan:

“Sesungguhnya sedekah dan silaturrahim dapat menolak kematian yang jelek dan mengubah menjadi bahagia.”

Dalam salah satu hadits lain Nabi Muhammad saw pernah bersabda;

إنَّ الدُّعَاءَ وَالبَلاَءَ بَيْنَ السَّمَاءِ والاَرْضِ يَقْتَتِلاَنِ وَيَدْفَعُ الدُّعَاءُ البَلاَءَ قَبْلَ أنْ يَنْزِلَ

“Sesungguhnya doa dan bencana itu diantara langit dan bumi, keduanya berperang; dan doa dapat menolak bencana, sebelum bencana tersebut turun.”

Khalifah Umar bin khattab, suatu ketika, pernah mau berkunjung ke Syam ( Yordania, Palestina, Suriah dan sekitarnya). pada saat itu di Syam sedang berjangkit penyakit menular, lalu Umar membatalkan rencananya tersebut. pembatalan tersebut didengar oleh seorang sahabatnya yang kemudian berkata : “Apakah anda mau lari dari takdir Allah ?”. Umar pun menjawab: “Aku lari dari takdir Allah ke takdir Allah yang lain yang lebih baik”.

Hal senada itu juga dialami oleh Ali bin Abi Thalib, ketika beliau sedang duduk menyandar pada sebuah tembok yang ternyata rapuh, lalu beliau pindah ke tempat yang lain, sahabatnya bertanya : “Apakah anda mau lari dari takdir Allah?”. Ali menjawab bahwa rubuhnya tembok, berjangkitnya penyakit dan sebagainya adalah hokum dan Sunnatulloh. Maka apabila seseorang tidak menghindarinya maka ia akan mendapatkan bahayanya itu. ITULAH YANG DINAMAKAN TAKDIR. dan apabila ia berusaha menghindar dan luput dari bahayanya, itu juga disebut dengan TAKDIR. BUKANKAH TUHAN TELAH MENGANUGRAH KAN MANUSIA, kemampuan memilah dan memilih, dan kemampuan berusaha dan berikhtiyar. Kemampuan itu juga takdir yang telah ditetapkan-Nya.

Bahkan Rasululloh sebagai tauladan tertinggi, saat Hijroh dan dikejar musuh, beliau bersembunyi di gua Tsaur sebagai bentuk Ikhtiyar, bukan karena takut atau lari dari Takdir, dan Allah telah mentakdirkan seekor burung dan seekor laba- laba bersarang disana, dan Alloh pun telah mentaqdirkan beliau akan selamat sampai di Madinah dan telah menraqdirkan pula Islam sebagai agama dunia.

Syekh K.H. A.Rifa’i menulis dan menuqil dari Tuhfatul Murid Syarah Jauhar – At Tauhid dalam Kitab Ri’ayatul Himmah, demikian:

ﻮﻋﻨﺪﻨﺎ ﻟﻟﻌﺑﺪ ﻜﺴﺐ ﻜﻟﻔﺎ # ﺑﻪ ﻮﻟﻜﻦ ﻻ ﻴﺆﺛﺭ ﻔﺎﻋﺭﻔﺎ

“Dan bagi kita kaum Ahlussunnah, kita diwajibkan ber- usaha dan ber- ikhtiyar seraya kita harus berkeyakinan bahwa kita TIDAK BOLEH MEMASTIKAN BERHASILNYA USAHA DAN IKHTIYAR yang kita lakukan itu”.

Lalu bagaimana cara kita mengubah takdir? Cara yang benar dan tepat, tentu saja harus bersumber dari Pembuat takdir yang tiada lain Allah SWT melalui Al Quran dan Hadits Nabi saw.

Bagi Anda yang belum tahu, bahwa takdir bisa diubah, silahkan simak hadist berikut:

Hadits dari Imam Turmudzi dan Hakim, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, bahwa Nabi SAW Bersabda : “Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdo’a, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya do’a bermanfa’at bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak taqdir kecuali do’a, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada do’a”. (HR Turmudzi dan Hakim)

Jika Anda ditakdirkan lahir dari keluarga miskin, itu memang tidak bisa diubah. Masa lalu sampai saat ini miskin, itu pun tidak bisa diubah. Namun, Anda bisa menolak takdir menjadi orang miskin terus dengan do’a.

@ Cara Mengubah Takdir
1. Mengubah Takdir Dengan Berdo’a.

Allah yang menetapkan takdir kita, maka Allah memiliki kuasa untuk mengubahnya, artinya takdir baru bagi kita. Mengubah takdir artinya Allah menggantinya dengan takdir baru. Tetap, Allah yang menetapkan takdir. Cara pertama ialah dengan berdo’a seperti yang dijelaskan pada hadits diatas.

Silahkan berdo’a, saya juga terus berdo’a untuk hidup yang lebih baik di dunia dan mengharapkan kebaikan juga di akhirat. Berdo’a itu penting dan harus dilakukan serius, jangan asal. Luangkan waktu dan hati untuk benar-benar bedo’a, bukan hanya komat kamit sekilas tanpa menghadirkan hati bahkan tidak memahami apa yang dikatakan.

Do’a tanpa tindakan percuma? Tidak, kadang ada kondisi dimana kita tidak bisa bertindak lagi, maka bedo’alah. Kadang, kita bingung mau bertindak apa? Berdo’alah. Anda sudah berusaha dan sedang bertindak, maka berdo’alah. Mudah-mudahan Allah membimbing langkah kita. Termasuk membuka pikiran untuk melakukan sesuatu.

2. Cara Kedua adalah bersedekah. Rasulullah SAW pernah bersabda : “Silaturrahmi dapat memperpanjang umur dan sedekah dapat merubah taqdir yang mubram” (HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Imam Ahmad)

Bisa jadi Anda akan celaka atau mengalami kerugian, namun bisa jadi tidak terjadi karena Anda melakukan sedekah. Oleh karena itu, mari kita tingkatkan sedekah, mudah-mudahan kita terhindar dari takdir-takdir yang tidak kita sukai dan diubah oleh Allah menjadi takdir yang menambah kebaikan bagi kita.

3. Cara Ketiga adalah bertasbih. Ada hadits yang diriwayatkan dari Sa’ad Ibnu Abi Waqosh, Rasulullah bersabda :

“Maukah kalian Aku beritahu sesuatu do’a, yang jika kalian memanfa’atkan itu ketika ditimpa kesedihan atau bencana, maka Allah akan menghilangkan kesedihan itu?  Para sahabat menjawab : “Ya, wahai Rasululullah, Rasul bersabda “Yaitu do’a “Dzun-Nun : “LA ILAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINADH-DHOLIMIN” (Tidak ada Tuhan selain Engkau, maha suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk diantara orang-orang yang dholim”). (H.R. Imam Ahmad, At-Turmudzi dan Al-Hakim).

Yuk kita amalkan, sempat setelah melaksanakan shalat, selipkan disela-sela do’a kita. jadikan dzikir harian.

4. Cara keempat ialah dengan bershalawat ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ubay Ibnu Ka’ab, bahwa ada seorang laki-laki telah mendedikasikan semua pahala sholawatnya untuk Rasulullah SAW, maka Rasul berkata kepada orang tersebut : “Jika begitu lenyaplah kesedihanmu, dan dosamu akan diampuni” (H.R Imam Ahmad At-Tabroni)

Punya kesedihan, teruslah bershalawat. Rasulullah SAW pastilah menjadi orang yang mendapatkan keselamatan, namun balasan karena kita rajin bershalawat akan kembali kepada kita, diantaranya dilenyapkannya kesedihan kita.

Shalawat juga sebagai bukti cinta kita kepada Rasulullah SAW.

Jadi, jangan pernah berhenti berdo’a dan berusaha. Seburuk apa pun kondisi saat ini, semuanya masih bisa berubah. Bagaimana pun pahitnya pengalaman kita dimasa lalu, masih bisa berubah. Optimis selalu Anda bisa mengubah takdir Anda menjadi lebih baik.

Tidak ada lagi alasan, semua kelemahan, kesedihan, dan kemiskinan adalah sudah menjadi takdir. Mungkin, yang lalu biarlah berlalu, itu sudah takdir kita. Sekarang, kita masih memiliki harapan agar Allah mengubah takdir pahit menjadi takdir manis.

Oleh karena itu marilah kita banyak berdo’a, bersodaqoh,bersilaturrahmi, birrul Walidain serta mengamalkan kebaikan- kebaikan lainnya serta berusaha dan berikhtiyar tanpa henti, mudah- mudahan ada bagian takdir buruk kita yang bisa dihapuskan dan digantikan Allah tersebab amaliyah- maliyah dan segala ikhtiyar kita tersebut serta menggantinya dengan kebaikan- kebaikan dan keberhasilan. Jangan pernah putus asa atau pesimis jika kita merasa " Taqdir tak bisa kita pahami atau mengapa taqdir tak berpihak baik kepada kita."

Tak menutup kekurangan diri,bahwa saya pun terkadang merasa taqdir saya koq begini buruk sebab ujian dan cobaan yang terjadi bertubi-tubi menerpa hidup saya, dan saya merasa lelah untuk berjuang dan bangkit kembali dari keterpurukan, merasa diri lemah dan sial, tapi kembali saya berpikir jernih bahwa apa yang sudah Allah tuliskan dan Allah timpakan kepada saya adalah bukti kasih sayang dan perhatianNya kepada saya. Bahwa Allah tak membiarkan saya menjalani hidup ini semaunya, bahwa Allah mempercyai saya sanggup jalani dan hadapi setiap masalah dan persoalan hidup meski saya ditaqdirkan sebagai wanita biasa saja.
wawlahu...... InshaAllah.
Teruntukmu, janganlah jadikan persoalan dan kendala itu sebagai senjata menyayat hati atau kepesimisanmu untuk terus ikhtiar dan berusaha menjadi insan yang lebih baik lagi dari segi ibadah dan usaha mencari rejekiNya.
آمِيّنْ آمِيّنْ آمِيّنْ يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْن

Yang Harus Diperhatikan Sebelum Menjatuhkan Talak


🌻Bismillahirrahmanirrahim 🌻
🌼Assalamualaikum 🌼
            🌺 🌺 🌺
🍃Yang Harus Diperhatikan Sebelum Menjatuhkan Talak🍃

By Redaksi Konsultasi -Mar 11201111499
 jubah akhwat murah

Pertanyaan:

Islam membolehkan talak sebagai jalan terakhir dari perselisihan antara suami-istri. Sebelum dijatuhkan talak, terlebih dahulu diusahakan jalan keluar dari perselisihan antara kedua belah pihak. Dalam kesempatan ini, kami mohon kepada Anda untuk menjelaskan hal-hal yang telah ditetapkan oleh syariat Islam untuk menyelesaikan perselisihan antara suami-istri sebelum mereka memutuskan untuk bercerai.

Jawaban:

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensyariatkan (menyuruh) kepada suami-istri (yang sedang berselisih) untuk mengadakan perdamaian dengan cara melakukan hal-hal yang bisa menyatukan kembali mereka berdua, sehingga perceraian bisa dihindari. Di antaranya adalah dengan cara menasihati istri dan berpisah tidur darinya. Apabila dua hal tersebut belum juga mendatangkan hasil, seorang suami boleh memukul istrinya dengan pukulan yang ringan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَاللاَّتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَ تَبْغُواْ عَلَيْهِنَّ سَبِيلاً إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلِيّاً كَبِيراً

“Jika kalian khawatir mereka (istri-istri kalian) berbuat nusyuz (durhaka), maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur kalian dan pukulah mereka. Jika mereka menaati kalian, maka tidak ada jalan (alasan bagi kalian untuk menceraikannya). Sesungguhnya Allah Mahatinggi dan Mahabesar.” (QS. An-Nisa’: 34)

Di antara cara untuk mendamaikan perselisihan antara suami-istri ialah mengutus dua orang hakim (dari kedua belah pihak) untuk menyelesaikan perselisihan antara suami-istri tersebut. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُواْ حَكَماً مِّنْ أَهْلِهِ وَحَكَماً مِّنْ أَهْلِهَا إِن يُرِيدَا إِصْلاَحاً يُوَفِّقِ اللّهُ بَيْنَهُمَا إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلِيماً خَبِيراً

“Dan jika kalian mengkhawatirkan perpecahan antara mereka berdua (suami-istri), maka utuslah seorang hakim dari pihak suami dan seorang hakim dari pihak istri. Jika mereka berdua memang menginginkan perdamaian, niscaya Allah akan menolong mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pandai dan Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa’: 35)

Jika melalui perantara (utusan) ini tidak ada hasil yang dicapai dan perdamaian pun tidak mudah terwujud, serta perselisihan terus berlanjut, maka disyariatkan (dibolehkan) bagi suami untuk menjatuhkan talak apabila dia memang menghendaki perceraian. Adapun jika pihak istri yang menghendaki perceraian, maka disyariatkan bagi istri untuk melakukan “talak tebus”, yaitu dengan cara memberikan tebusan berupa harta (uang) agar suami mau menjatuhkan talak. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

الطَّلاَقُ مَرَّتَانِ فَإِمْسَاكٌ بِمَعْرُوفٍ أَوْ تَسْرِيحٌ بِإِحْسَانٍ وَلاَ يَحِلُّ لَكُمْ أَن تَأْخُذُواْ مِمَّا آتَيْتُمُوهُنَّ شَيْئاً إِلاَّ أَن يَخَافَا أَلاَّ يُقِيمَا حُدُودَ اللّهِ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّ يُقِيمَا حُدُودَ اللّهِ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا فِيمَا افْتَدَتْ بِهِ

“Talak (yang dapat dirujuki) adalah dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami-istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya….” (QS. Al-Baqarah: 229)

Perlu diketahui bahwa perpisahan (perceraian) dengan cara baik-baik itu lebih baik dan lebih mulia daripada perpecahan dan perselisihan yang terjadi dalam rumah tangga yang mengakibatkan hilangnya tujuan pokok pernikahan. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَإِن يَتَفَرَّقَا يُغْنِ اللّهُ كُلاًّ مِّن سَعَتِهِ وَكَانَ اللّهُ وَاسِعاً حَكِيماً

“Dan jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan masing-masing dari limpahan karunia-Nya. Dan adalah Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Mahabijaksana” (QS. An-Nisa’: 130)

Sebuah hadits shahih meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh istri Tsabit bin Qais Al-Anshari untuk mengembalikan mahar berupa kebun kepada suaminya, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh Tsabit bin Qais Al-Anshari menerima kembali kebun tersebut dan mentalak istrinya dengan satu kali talak, lalu Tsabit pun mentalak istrinya. Hal ini diputuskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena istri Tsabit bin Qais tidak sanggup tinggal bersama suaminya karena (dari awal) dia memang tidak suka kepada Tsabit.

Sumber: Fatawa Syaikh Bin Baaz, Jilid 2, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz.
😇😇😇

Jagalah Hatimu

Betapa indahnya sekiranya kita memiliki qolbu yang senantiasa tertata, terpelihara, terawat dengan sebaik-baiknya. Ibarat taman bunga yang pemiliknya mampu merawatnya dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Alur-alur penanamannya tertata rapih.

Pengelompokan jenis dan warna bunganya berkombinasi secara artistik. Yang ditanam hanya tanaman bunga yang memiliki warna-warni yang indah atau bahkan yang menyemerbakan keharuman yang menyegarkan.

Rerumputan liar yang tumbuh dibawahnya senantiasa disiangi. Parasit ataupun hama yang akan merusak batang dan daunnya dimusnahkan. Tak lupa setiap hari disiraminya dengan merata, dengan air yang bersih. Tak akan dibiarkan ada dahan yang patah atau ranting yang mengering.

Walhasil, tanahnya senantiasa gembur, tanaman bunga pun tumbuh dengan subur. Dedaunannya sehat menghijau. Dan, subhanallah, bila pagi tiba manakala sang matahari naik sepenggalah, dan saat titik-titik embun yang bergelayutan di ujung dedaunan menagkap kilatan cahayanya, bunga-bunga itu, dengan aneka warnanya, mekar merekah. Wewangian harumnya semerbak ke seantero taman, tak hanya tercium oleh pemiliknya, tetapi juga oleh siapapun yang kebetulan berlalu dekat taman. Sungguh, alangkah indah dan mengesankan.

Begitu pun qolbu yang senantiasa tertata, terpelihara, serta terawat dengan sebaik-baiknya. Pemiliknya akan senantiasa merasakan lapang, tenteram, tenang, sejuk, dan indahnya hidup di dunia ini. Semua ini akan tersemburat pula dalam setiap gerak-geriknya, perilakunya, tutur katanya, sunggingan senyumnya, tatapan matanya, riak air mukanya, bahkan diamnya sekalipun.

Orang yang hatinya tertata dengan baik tak pernah merasa resah gelisah, tak pernah bermuram durja, tak pernah gundah gulana. Kemana pun pergi dan dimana pun berada, ia senantiasa mampu mengendalikan hatinya. Dirinya senantiasa berada dalam kondisi damai dan mendamaikan, tenang dan menenangkan, tenteram dan menenteramkan. Hatinya bagai embun yang menggelayut di dedaunan di pagi hari, jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Hatinya tertambat bukan kepada barang-barang yang fana, melainkan selalu ingat dan merindukan Zat yang Maha Memberi Ketenteraman, Allah Azza wa Jalla.

Ia yakin dengan keyakinan yang amat sangat bahwa hanya dengan mengingat dan merindukan Allah, hanya dengan menyebut-nyebut namanya setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, maka hatinya menjadi tenteram. Tantangan apapun dihadapinya, seberat apapun, diterimanya dengan ikhlas. Dihadapinya dengan sunggingan senyum dan lapang dada. Baginya tak ada masalah sebab yang menjadi masalah hanyalah caranya yang salah dalam menghadapi masalah. [] BERSAMBUNG

SUMBER: E-book Tausyiah Aa Gym

Ikhlaskan Melangkah

Jalan keluar terbaik tidak
akan pernah bisa ditemukan
pada hati yang tidak ikhlas
dan tidak sabar.

Allah mungkin memberi kita
ujian melalui situasi yang sulit.
Ikhlaslah melangkah di situasi
tersebut, maka anda akan
melewatinya dengan sangat mudah.

Allah tidak menjanjikan
langit selalu biru, tapi ia
selalu menghadirkan pelangi
setelah badai berlalu.

Ipar dan Martua

Lantas gimana ya menghadapi ipar yang nggak suka sama kita? Kalau menurut psikolog klinis, Christina Tedja, tidak hanya ipar aja, Bun. Orang lain pun jika pada dasarnya nggak suka sama kita ya memang nggak banyak yang bisa diperbuat

"Cukup diam dan tidak memperkeruh suasana dengan berbicara atau bertindak pura-pura, manipulatif, menjelek-jelekan atau tindakan lain yang dapat membuat orang lain atau ipar semakin benci," ungkap psikolog yang akrab disapa Tina ini.

Tina menambahkan jika kita paham ada beberapa tindakan yang tidak mereka senangi lebih baik jangan lakukan. Jika perlakuan ipar tersebut dirasa membuat kita makin nggak nyaman, menurut Tina, sah-sah saja kita untuk bercerita ke suami mengenai sikap si ipar.

Tapi ada yang perlu diperhatikan kalau kita mau membicarakan keluh kesah kita ke suami tentang si saudara ipar. "Yang perlu diwaspadai adalah berceritalah ke suami apa adanya dan bukan mengadu domba pasangan dengan saudaranya karena hal tersebut bisa memengaruhi hubungan suami istri," ungkap Tina saat ngobrol dengan HaiBunda.
Dengan bercerita pada pasangan, diharapkan suami bisa membantu kita membicarakan hal ini atau minimal punya pandangan soal perlakukan saudaranya. Terlebih, sudah pasti suami lebih memahami cara menghadapi saudaranya yang notabene udah dia kenal sejak lama kan, Bun.

Nah, sedangkan pasangan, Tina bilang bertindaklah sebahai pihak yang ada di bagian tengah, antara saudara dan pasangan. Sikap yang senggaknya harus dimiliki adalah tahu apa yang patut dan nggak patut untuk disampaikan. 

"Setelah itu barulah bersikap dengan respons yang menenangkan tanpa menjatuhkan salah satu pihak. Maksudnya sikap menenangkan seperti bermaksud baik, meluruskan perkara dan tidak provokatif, itu biasanya cukup efektif," ungkap Tina.

Kesehatan

Info Kesehatan {Klinik F3 Cinoling} Tgk. Sabri. MH

Rumah Sehat: Buka Untuk Umum

Mengobati:

* Kanker / Kelenjar / Kista-Meoma (Benjolan),
* Diabetes - Impotensi / Ejakulasi Dini
* Stroke Karena Darah Tinggi, Penyempitan Syaraf
* Hernia - Prostate - Hemorid / Ambeien - Asma
* Alergi / Gatal - Katarak

Menyediakan
Perlengkapan Alat, Kosmetik dan Obat-obatan Dan Produk HPAI

https://hni.id/00950186

@ Melayani Therapy BEKAM Steril, dan BIO ENERGI

* Cek Kolesterol
* Asam Urat
* Diabetes

Kunjungi Alamat Kami:

JL. Raya Segok 327. Batununggal
Kec. Cibadak
Kab. Sukabumi, 43351 Jawa Barat.
👉 Hp/WA. 0812 9889 2003.

Praktek: Senin - kamis Jam 08.00 s/d 20.00. Sabtu - Minggu 09.00 s/d 17.00.

Dinkes: 448.13.10.08.11.16.dsb.99

klinikf3cinoling.blogspot.com.

Angin Duduk

💎💥  السلام عليكم ورحمةالله وبركاته 💥💎
   💦💥💎  .A N G I N  D U D U K.  💎💥💦
Pada suatu ketika dimana "Nabi Allah Sulaiman a.s" duduk di Singgasana,
maka datang 'satu Angin' yang cukup besar, maka bertanya "Nabi Allah Sulaiman" : "Siapakah engkau. . . ??
Maka dijawab oleh Angin tersebut : "Akulah 'Angin Rihul Ahmar' dan Aku bila memasuki Rongga Anak Adam, maka Lumpuh, keluar Darah dari Rongga Hidung dan apabila aku memasuki Otak Anak Adam, maka menjadi Gilalah Anak Adam. . ."

Maka diperintahkan oleh "Nabi Sulaiman a.s", supaya membakar Angin tersebut, maka berkatalah, 'Rihul Ahmar' kepada "Nabi Sulaiman a.s" bahwa :
"Aku Kekal sampai hari Kiamat tiba, tiada Sesiapa yang dapat membinasakan Aku melainkan Allah SW T."

Lalu 'Rihul Ahmar' pun menghilang.

Diriwayatkan bahwa : Cucu "Nabi Muhammad SAW", terkena *'Rihul Ahmar'*sehingga keluar Darah dari Rongga Hidungnya.

Maka datang Malaikat Jibril kepada "Nabi SAW" dan bertanyalah "Nabi" kepada Jibril.

Maka menghilang sebentar, lalu Malaikat Jibril kembali mengajari akan 'Do'a Rihul Ahmar' kepada "Nabi SAW", kemudian
dibaca 'Do'a' tersebut kepada Cucunya dan dengan sekejap Cucu Rasulullah sembuh dengan serta merta.

Lalu "Nabi SAW" bersabda :
"Bahwa barangsiapa membaca 'Do'a Stroke / Do'a Rihul Ahmar', walaupun sekali dalam seumur hidupnya, maka akan dijauhkan dari Penyakit 'ANGIN AHMAR atau STROKE'."

Do'a agar dijauhkan/terhindar dari 'Angin Ahmar dan Penyakit Kronis', sbb. :

اللهم إني أعوذبك من الريح الأحمر والدم الأسود والداء الأكبر

"Allohumma innii a'uudzubika minar riihil ahmar, wad damil aswad, wad daail Akbar."

Artinya :

"Yaa Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari Angin Merah dan dari Darah Hitam (stroke) dan dari Penyakit Berat."

'Riihul Ahmar' biasa masuk pada saat seseorang Tidur Bakda Ashar hingga waktu Isya'.

Maka hindarilah tidur diwaktu itu Sengantuk / Secapek apapun. . . silahkan dirasakan sendiri perbedaan tidur tengah hari (siang), Bakda Ashar & malam hari pada saat bangun dari tidur waktu² tsb.

Semoga kita senantiasa dalam Balutan Sehat Wal A'fiat. . . !!!

Aamiin Yaa Rabbal'alamiin.

Anak Yatim

Anak yatim...nafkahnya itu bukan tanggungan ibunya, akan ttp keluarga bpknya terutama yg laki2 yg wajib menafkahi, namun kebanyakan org tdk tahu dan kadang jg tak mau tahu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا »  وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً

“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya

Setiap orang memiliki kebiasaan baik dan buruk

Manusia merupakan makhluk yang mulia di muka bumi ini. Merupakan hasil penciptaan dari Allah Swt. yang sangat sempurna, dikarenakan manusia dikaruniai oleh Allah Swt. akal, nafsu dan hati nurani. Selain itu, manusia pun diistimewakan oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Tujuan diciptakannya manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah Swt. Sebagaimana dalam firman Allah Swt,
“Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-Zariyat: 54) 
Setiap orang memiliki kebiasaan, baik itu kebiasaan baik ataupun buruk. Memiliki jalannya sendiri dalam kehidupan ini. Karena dapat kita sadari bahwa Allah Swt. menciptakan alam semesta ini dengan pilihan-pilihan yang harus ditentukan sendiri oleh makhluk Nya. Contohnya saja, seseorang pegawai dapat memilih menjadi pegawai yang baik ataupun pegawai yang buruk dengan korupsi misalnya. Begitupun maling, seseorang bisa  memilih bekerja halal agar tidak menjadi maling tapi sebagian yang lain malah memilih menjalani pekerjaan yang Allah Swt. murkai.
Baik atau buruknya pilihan hidup yang ditentukan oleh manusia ditentukan oleh seonggok daging yang ada di tubuhnya, atau yang biasa kenal dengan hati. Dalam islam, hati ini dikenal dengan nama Qalbu. Qalbu dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu Qalbu Jasmaniah yang berarti oragan tubuh manusia yang tugasnya memompa darah, yakni jantung dan jenis kedua yaituQalbu Ruhaniah adalah sesuatu yang berhubungan dengan perasaan batin dan tidak kasat mata. Ada beberapa sifat hati dalam Islam yang perlu kita ketahui. Pertama, hati nurani manusia itu mudah berbolak-balik. Kedua, hati nurani manusia bisa menjadi tanda keimanan. Ketiga, hati manusia bisa mengeras. Keempat, hati manusia adalah sarang penyakit.
Sebagaimana sifat hati yang telah kita bahas sebelumnya, maka kita harus dapat menjaga hati terutama dari penyakit hati. Penyakit hati ini dapat berupa iri, dengki, pemarah, egois dan penyakit hati lainnya. Karena dalam sebuah hadits disebutkan bahwa hati adalah penentu dari baik buruknya manusia,
“Ingatlah Bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung),” (HR. Bukhari dan Muslim).(hal).

Jalan Menuju Surga


Kerinduan Orang-orang yang Baik kepada Tempat yang paling Tinggi

Surga.. dia adalah harapan yang sangat tinggi yang diusahakan untuk didapat oleh kaum mukminin sepanjang zaman.
Surga.. adalah yang menjadi penggerak jiwa-jiwa para salafush shaleh untuk mencontohkan kepahlawanan dan paling tingginya pengorbanan.
Surga.. adalah tujuan yang sangat mulia yang selalu diamati oleh pandangan-pandangan yang penuh kasih sayang. Dan yang membuat segenap jiwa yang merindukannya menjadi tergesa-gesa di setiap tempat dan zaman. Mereka rela menghadapi segala mara bahaya hanya untuk mendapatkan surga yang dijanjikan.
Surga.. adalah harapan yang paling agung menurut mukmin. Memasukinya dan hidup di dalamnya dalah sebuah angan-angan yang menghantui sepanjang umurnya berjalan.
Betapa banyaknya, surga membuat seseorang bersegera kepada kebaikan dan kebenaran, walau jalan ini dipenuhi mara bahaya, kesusahan, onak dan duri, bahkan walau ditebus dengan kematian.
Gambaran tentang surga telah tercantum dalam ayat-ayat dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua nikmat yang disebutkan dalam kitabullah atau sunnah Nabi-Nya, namanya sama dengan yang dilihat di dunia. Tetapi.. ketika disebut benda-benda ini, hanya sebagai penamaan agar dipahami penduduk dunia. Adapun yang sebenarnya dan hakekat kesenangan-kesenangan tersebut diserahkan kepada Allah yang Mahaagung, Mahabijaksana, lagi Yang menegakkan langit-langit di bumi.
Dari Abu Malik Al-Asy’ari bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Di surga ada beberapa kamar yang luarnya bisa dilihat dari dalam dan yang isinya bisa dilihat dari luar. Itu disediakan oleh Allah bagi orang uang memberikan makanan, melembutkan ucapan, selalu berpuasa, dan shalat di waktu malam ketika manusia sedang terlelap tidur”.(Shahihul Jami’: 2119)

Jalan Menuju Surga bagi Orang yang Bertakwa

Ketahuilah –wahai hamba Allah- bahwa para penghuni surga adalah orang-orang yang merasa takut kepada Allah. Rasa takut yang mendorong kepada kebaikan dan mencegah dari setiap penyimpangan. Perasaan ini yang menyingkirkan segenap rintangan dan menyingkap tirai. Dan hati melebur di hadapan Dzat yang Maha Esa lagi Pemaksa. Rasa takut inilah yang membuat ibadah dan amal menjadi ikhlas, bersih, dari noda riya’ dan syirik di setiap gambarannya.
Maka orang yang takut terhadap Rabbnya, dengan benar tidak kuasa untuk memberikan tempat di hatinya untuk tidak ikhlas kepada Allah. Allah adalah sekutu yang paling tidakk butuh kepada penyekutuan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ : ” أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ ، فَمَنْ عَمِلَ عَمَلا فَأَشْرَكَ فِيهِ غَيْرِي فَأَنَا مِنْهُ بَرِيءٌ ” .
“Aku adalah sekutu yang paling tidak butuh kepada penyekutuan. Siapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku maka Aku akan meninggalkannya dan penyekutuannya.” (H.R. Muslim)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah Ta’ala berfirman,
لا يجتمعُ خوفانِ وأمنان؛ إن خِفته في الدنيا طمأنكَ يوم القيامة، وإن لم تخفه في الدنيا أخافكَ يوم القيامة
“Aku tidak mengumpulkan pada hamba-Ku dua rasa takut. Dan Aku tidak mengumpulkan baginya dua rasa aman, jika dia merasa aman dari-Ku di dunia, niscaya aku jadikan dia ketakutan di akhirat. Dan jika dia merasa takut kepadaku di dunia, niscaya aku jadikan dia merasa aman di akhirat. (Shahihul Jami’:420)

Pintu Surga Selalu Terbuka bagi Orang yang Menempuhnya

Ketahuilah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
كل أمتي يدخلون الجنة إلا من أبى
Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang yang enggan”. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullahu, siapa yang enggan ?”. Beliau bersabda, “Barang siapa taat kepadaku, niscaya dia akan masuk surga, dan siapa yang durhaka kepadaku, dialah yang enggan (masuk surga).” (HR. Bukhari)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda dengan jawami’ul kalimnya (singkat, namun padat kandungan maknanya):
حجبت النار بالشهوات وحجبت الجنة بالمكاره
Surga diliputi oleh kesusuahan-kesusahan dan neraka dilingkupi dengan kesenangan-kesenangan.” (Shahihul jami’ :3142)
Sesungguhnya jalan ini –wahai saudaraku yang akan menempuhnya- antara empat kata, dua negatif dan dua positif. Dua negatif yaitu syirik dan maksiat dan dua positif yaitu iman dan amal shalih. Dari empat kata ini akan terbentuk jalan yang membawa ke surga, tepat tinggal dan kemuliaan.
Sekarang wahai saudariku, mari kita tempuh jalan menuju surga…
Yang paling utama tentu dengan meminta bimbingan kepada Allah. ”laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah”. Allah yang Maha Membolak-balikkan hati kita. Allah sebaik-baik yang dimohon dan semulia-mulia yang diharap. Cukup Dia bagi kita sebagai penolong. Meminta bimbingan harus dibarengi dengan keyakinan, oleh karena itu….
  1. Hendaklah kita meyakini dengan teguh bahwa yang menciptakan kita adalah yang menciptakan alam ini. Dia mengatur dengan kekuasaan-Nya, ilmu-Nya, kehendak-Nya, dan hikmah-Nya. Di alam ini tampak pengaruh sifat-Nya dan nama-Nya yang sangat indah. Dengan kekuasaan-Nya terjadilah alam ini. Dan dengan ilmunya, teraturlah keadaannya dan berjalan menuju tujuan-tujuannya dalam lingkup kepastian yang sangat teliti.
  2. Hendaklah kita meyakini dengan teguh bahwa tidak ada yang membantu Allah Ta’ala dalam menciptakan alam ini. Tidak ada yang ikut mengatur alam ini bersamanya. Karena kalau demikian, niscaya akan muncul pertentangan dan perlawanan di alam ini. Dan PASTI alam ini akan segera hancur dan binasa.
  3. Hendaklah kita meyakini dengan teguh bahwa ketika Allah tidak memiliki sekutu dalam penciptaan dan pengaturan alam, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam ketaatan dan peribadatan. Maka tidak selayaknya ada yang diibadahi bersamanya, apakah dia malaikat, Nabi atau makhluk yang lainnya. Apakah ibadah itu shalat, do’a, puasa, sembelihan, zakat ataupun nadzar.
  4. Hendaklah kita meyakini dengan teguh bahwa sesembahan yang Agung ini –sendiri dalam mencipta, mengatur, dan harus beribadah kepada-Nya- adalah benar-benar sesembahan yang Agung. (Dia) memiliki sifat-sifat yang suci, sempurna, dan Mulia. Maka kita tetapkan bagi-Nya yang Mahasuci apa yang telah Dia tetapkan bagi dirinya berupa sifat-sifat dalam Kitab-Nya, dan kita juga menetapkan apa yang ditetapkan untuk-Nya oleh manusia yang paling mengenal tentang Allah, yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam tanpa menyerupakann-Nya dengan makhluk, memisalkan-Nya, menyimpangkan pengertiannya, dan menanyakan bagaimana bentuknya.
  5. Hendaklah kita meyakini dengan teguh bahwa kebutuhan manusia kepada para Rasul untuk menerangkan jalan menuju surga memberi konsekuensi pengutusan mereka dan penurunan kitab kepada mereka. Dari sini wajib beriman kepada semua kitab samawi yang diturunkan Allah kepada mereka, sebagaimana juga wajib beriman kepada para malaikat yang baik, qadar, hari akhir, hisab, dan pemb.
Dengan lima poin yang mencakup keimanan yang benar, berarti kita telah mengenal seperempat jalan menuju surgga. Wahai para penempuhnya, maka mari kita menuju seperempat yang kedua, yaitu amal shalih:
  1. Hendaklah kita mendirikan shalat dengan bersuci untuknya dengan bersuci sempurna. Dan kita menunaikannya di waktunya dengan berjama’ah, dengan penunaian yang baik, mememnuhi semua syarat-syarat, kewajiban-kewajiban, sunnah-sunnah, dan adab-adabnya. Maka dengan itu, shalat kita bisa sesuai dengan shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
  2. Hendaklah kita menunaikan zakat harta kita kepada yang berhak dari kalangan orang-orang fakir, miskin, terlilit hutang, dan mujahidin. Dan hendaklah kita berhati-hati dalam mengeluarkannya dengan memberikan yang terbaik, sempurna dan keikhlasan yang sempurna karena Allah Ta’ala.
  3. Hendaklah kita berpuasa di bulan Ramadhan dengan menahan diri dari semua yang membatalkannya. Menjauhi segala yang membuat keraguan dan haram berupa ucapan, perbuatan, pikiran, dan niat.
  4. Hendaklah kita haji ke Baitullah seperti haji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di musimnya yang mabrur. Yaitu menunaikannya dengan benar dan terlepas dari kata-kata yang membangkitkan nafsu, kefasikan, dan debat. Dan dengan dinaungi kebaikan dan dipenuhi dengan amal shalih.
  5. Hendaklah kita berbakti kepada kedua orang tua dengan mentaatinya pada perkara yang tidak berkmaksiat kepada Allah. Dan berbuat baik kepada mereka dengan memberikan kebaikan, berupa perkataan dan perbuatan yang indah, bersamaan dengan itu tidak menyakiti keduanya, walaupun keduanya membentak atau tidak suka.
  6. Hendaklah kita menyambung hubungan rahim kita dengan mereka dan mengunjungi mereka, menanyakan tentang keadaan mereka, dan membantu mereka dalam kadar kemampuan dan kesanggupan.
  7. Hendaklah kita berbuat baik kepada tetangga dengan memuliakan mereka, yaitu mencakup dalam sikap berbuat baik dan menjaga mereka dari keburukan.
  8. Hendaklah kita memuliakan tamu dengan pemuliaan yang wajib kita lakukan untuknya, yaitu dengan memberikan makan dan tempat kepadanya.
  9. Hendaklah kita memuliakan kaum mukminin dengan merealisasikan rasa ukhuwah yang dibangun di atas dasar menunaikan hak-haknya, mengucapkan salam kepadanya jika bertemu, mendoakannya ketika bersin, mengiringi jenazahnya ketika meninggal, menjenguknya ketika dia sakit, dan menunaikan sumpahnya bila dia bersumpah.
  10. Hendaknya kita bersikap adil dalam ucapan, perbuatan, dan hukum. Karena keadilan dalam segala hal adalah sesuatu yang mesti. Dengan keadilan semua urusan agama dan dunia akan tegak, dan dengannya pula akan menjadi baik para hamba dan negeri (mereka).
  11. Hendaknya kita tetap menjaga atribut-atribut keislaman yang agung. Karena dalam sikap itu akan menghidupkan sunnah (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam) dan membunuh sunnah-sunnah orang-orang kafir.
Ketahuilah wahai saudaraku, orang dikatakan alim bukan karena banyaknya ilmu, namun alim adalah orang yang mengamalkan ilmunya. Betapa banyak orang berilmu yang melalaikan ilmunya hingga ilmunya meluap.
Sampai di sini selesai setengah jalan, wahai para penempuh jalan menuju surga, Yang tersisa setengah lagi, yaitu meninggalkan kesyirikan dan maksiat-maksiat. Mari kita melanjutkan perjalanan ini tanpa rasa bosan dan jemu. Hendaklah kita meninggalkan kesyirikan yaitu dengan:
  1. Kita tidak meyakini bahwa makhluk –siapa pun dia- yang memiliki kemampuan untuk memberikan bahaya atau manfaat kepada dirinya atau orang lain, melainkan dengan kehendak dan izin dari Allah. Oleh karena itu,, hendaklah kita membatasi kecintaan kita hanya kepada Allah, maka janganlah kita mencintai kepada selain-Nya. Janganlah meminta kepada makhluk, memohon syafa’at atau pertolongan kepada yang lain. Karena tidak ada yang mampu memberi dan menolak kecuali Allah. Hendaklah kita hanya cinta, takut, dan tunduk kepada-Nya.
  2. Janganlah kita memberikan peribadatan sedikitpun kepada selain Allah. Jangan bersumpah dengan selain-Nya, jangan menyembelih untuk kubur manapun dan janganlah kita bernadzar, berdo’a dan meminta pertolongan kepada selain Allah Ta’ala.
  3. Janganlah kita menggantungkan benang atau besi atau apapun dengan harapan agar bisa meolak penyakit ‘ain (penyakit yang terjadi karena pandangan mata) atau untuk menghilangkan bahaya. Karena tidak ada yang dapat menolak penyakit ‘ain dan menolak bahaya kecuali Allah semata.
  4. Janganlah kita membenarkan berita ghaib dari dukun (para normal), peramal, atau tukang tenung, karena TIDAK ADA YANG MENGETAHUI PERKARA GHAIB kecuali Allah semata.
  5. Janganlah kita taat kepada penguasa, ulama, orang tua, ayau syaikh dalam kemaksiatan kepada Allah. Ketaatan kepada selain Allah –dengan mengharamkan yang dihalalkan Allah atau menghalalkan apa yang diharamkan Allah- termasuk kesyirikan.
Dengan point ini, WAHAI PENEMPUH JALAN MENUJU SURGA, kita telah mengetahui seperempat ke tiga jalan menuju surga, yang tertinggal hanya seperempat yang terakhir.
Mari kita melanjutkan perjalanan kita, wahai penempuh jalan ke surga:
  1. Hendaklah kita menjaga pikiran, janganlah memikirkan pikiran yang membahayakan, jangan merencanakan kejelekan dan kejahatan maupun kerusakan.
  2. Hendaklah kita menjaga pendengaran, janganlah mendengarkan kebatilan, yaitu dosa, kata-kata kotor, dusta, musik, ghibah, adu domba, memboikot ataupun kekufuran.
  3. Hendaklah kita menjaga pandangan, janganlah melayangkan pandangan kepada perkara yang tidak halal untuk dilihat, seperti wanita yang bukan mahram, muslimah atau non muslimah, wanita yang terhormat atau wanita jalang.
  4. Hendaklah kita menjaga lisan, jangan mngucapkan kata-kata kotor, jorok, dusta, bohong, ghibah, adu domba, mencela atau mencerca.
  5. Hendaklah kita menjaga perut, jangan memasukkan ke dalamnya barang-barang yang haram –makanan atau minuman- jangan makan riba, bangkai, babi, minuman yang memabukkan atau merokok.
  6. Hendaklah kita menjaga kemaluan, janganlan menggauli selain istri yang sah secara syariat.
  7. Hendaklah kita menjaga tangan, janganlah mengganggu orang lain dengan memukul atau membunuh, janganlah mengambil barang haram, bermain judi, menulis kedustaan atau kebatilan.
  8. Hendaklah kita menjaga kaki, janganlah berjalan menuju tempat yang sia-sia atau main-main, janganlah menggunakannya untuk fitnah, kerusakan, ataupun atau kejahatan.
  9. Hendaklah kita menjaga perjanjian, kesaksian, dan amanah, janganlah menggugurkan perlindungan, mmerusak perjanjian, menyelisihi sumpah, bersaksi palsu, dan mengkhianati amanah.
  10. Hendaklah kita menjaga harta, janganlah membuang-buangnya dan menghambur-hamburkannya sebagaimana kita tidak mau menyia-nyiakannya. Maka kita jangan membiarkannya tana manfaat.
  11. Hendaklah kita menjaga keluarga dan anak pada tubuh, akal, akhlak, dan akidah mereka. Maka kita harus menjaga mereka dari hal-hal yang mengganggu, membahayakan atau merusak jiwa dan akal mereka. Dan kita harus menjaga mereka dari segala yang akan menghancurkan dan mencelakakan mereka.
Inilah jalannya, wahai penempuh jalan surga. Hendaklah kita mempersiapkan diri untuk merealisasikannya yang menerapkannya dalam kehidupan. Ini tidak akan bisa kita laksanakan kecuali dengan ilmu yanng benar yang bersumber dari kitabullah jalla jalaaluhu dan sunnah Nabi-Nya ‘alihi sholaatu was salaam.
 ————————————————————————————————————–
Penulis: Nuraini Safitri
Sumber: karya Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari, edisi bahasa Indonesia dengan judul “Indahnya Surga Dahsyatnya Neraka”
Artikel muslimah.or.id/klinikf3cinoling

Kategori

Kategori