Jodoh Pasti Berjodoh
Usai Subuh, Kamis pekan lalu, saya berjalan berdua dengan anak perempuan saya. Sembari olah raga, kami ngobrol tentang banyak hal. Saya bercerita tentang pengalaman saya roadshow ke berbagai perusahaan, berbagi ilmu tentang personal development dan leadhership.
Sementara anak saya bercerita tentang ilmu baru yang sedang dipelajarinya.
Obrolan menjadi lebih hidup dan menarik saat membahas topik tentang perkembangan sosial media dan perjodohan.
Jodoh itu seperti rezeki dan kematian. Rezeki harus dijemput, kematian perlu dipersiapkan. Dijemput dan dipersiapkan adalah dua kata kunci dalam urusan jodoh.
Saya sampaikan kepada anak saya, “Dijemput bukan berarti dirimu sibuk tebar pesona. Kamu harus tetap menjaga marwah (harga diri) seorang wanita. Ketahuilah anakku, kau hebat bukan karena kau menaklukan hati banyak lelaki. Kau hebat saat kau tetap menjaga dirimu hanya spesial untuk suamimu.”
Saya melihat anak saya tersenyum dan mengangguk. Kemudian saya melanjutkan wejangan saya,
“Dijemput itu bermakna, kamu perlu aktif punya kegiatan positif yang memungkinkan kamu berjumpa dengan orang-orang beriman yang positif, aktif, produktif dan kontributif. Namun, niatmu harus tetap dijaga bahwa keaktifanmu bukan karena ingin mencari jodoh tetapi karena ingin melakukan amal sholeh yang berarti.”
“Dijemput juga bermakna bahwa dirimu meminta tolong kepada orang tua dan saudaramu untuk mencarikan jodoh terbaik buatmu. Bapak pun setiap ketemu pemuda selalu menyelidik, kira-kira cocok gak ini ya buat anak saya.” Kami pun tertawa bersama.
Kami terus berjalan mengelilingi kampung, mencium berbagai aroma khas kampung, menyapa beberapa penduduk yang sudah mulai beraktivitas. Sambil terus berjalan saya mendengarkan berbagai cerita dan celoteh anak saya. Dan akhirnya ia pun bertanya, “Yang dipersiapkan belum dijelasin, Pak”
Saya pun kembali bertutur “sebenarnya yang hal ini sudah kamu lakukan setiap hari yaitu memantaskan diri menjadi istri dan ibu. Cuma kadar persiapannya perlu ditingkatkan. Ibarat orang berlomba, semakin tinggi kelas persaingan maka semakin intensif berlatih.”
“Apabila kamu ingin mendapat jodoh yang berkelas maka tingkatkan persiapan kamu. Selalu mencari cara baru agar hidupmu semakin bermutu. Dirimu perlu berlari lebih kencang mendekat kepada yang menggenggam jodohmu. Kamu terus berusaha keras mempersiapkan diri dan biarkan Allah yang memilihkannya untukmu. Ingatlah, setiap jodoh pasti berjodoh.”
Perjalanan berdua pagi itu memang tidak lebih dari 60 menit. Mungkin untuk sebagian orang tua itu biasa. Tetapi bagi saya itu luar biasa. Saya semakin mengerti siapa anak saya dan jodoh seperti apa yang pantas baginya.
“Ya Allah, saya hanya bisa berusaha dan berharap tentang sosok jodoh yang tepat buat anak saya. Saya tahu bagaimana perjuangannya ia mendekat kepada-Mu. Dia berusaha sangat keras untuk bisa menjadi kekasih-Mu. Maka, kirimkanlah kekasih yang Engkau kasihi kepada anakku yang juga sangat aku kasihi. Please… Ya Allah… Please…”
Salam SuksesMulia!
Oleh : Jamil Azzaini (Inspirator SuksesMulia)
EmoticonEmoticon