Marah adalah pekerjaan yang mudah, tinggal melampiaskan
isi hati, apakah dengan perbuatan, atau ucapan, atau dengan tulisan. Terlebih
lagi tatkala marah tersebut timbul karena hati kita yang tersakiti…apalagi
disakiti oleh orang yang dekat…, apalagi disakiti oleh orang yang kita sangat
cintai…!!
Ternyata orang yang marah itu ada 4 model, ada yang
terbaik dan ada yang terburuk…
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
وَالنَّاسُ فِي الْبَابِ أَرْبَعَةُ أَقْسَامٍ: مِنْهُمْ مَنْ يَنْتَصِرُ لِنَفْسِهِ وَلِرَبِّهِ وَهُوَ الَّذِي يَكُونُ فِيهِ دِينٌ وَغَضَبٌ. وَمِنْهُمْ مَنْ لَا يَنْتَصِرُ لَا لِنَفْسِهِ وَلَا لِرَبِّهِ وَهُوَ الَّذِي فِيهِ جَهْلٌ وَضَعْفُ دِينٍ. وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَقِمُ لِنَفْسِهِ؛ لَا لِرَبِّهِ وَهُمْ شَرُّ الْأَقْسَامِ. وَأَمَّا الْكَامِلُ فَهُوَ الَّذِي يَنْتَصِرُ لِحَقِّ اللَّهِ وَيَعْفُو عَنْ حَقِّهِ
"Manusia dalam hal ini (marah dan membela) ada 4
golongan.
(1) diantara mereka ada yang membela dirinya dan membela
Robnya, yaitu orang yang memiliki agama (yang kuat) disertai kemarahan,
(2) diantara mereka ada yang tidak membela dirinya dan
tidak pula membela Robnya, dan ia adalah orang yang jahil dan lemah agamanya,
(3) diantara mereka ada yang membela dirinya sendiri,
bukan untuk membela Robnya, dan ini adalah golongan yang terburuk.
(4) Adapun yang sempurna adalah orang yang membela hak
Robnya dan memaafkan yang berkaitan dengan haknya" (Majmuu' Al-Fataawa
30/369)
Nah…, sekarang coba renungkan, termasuk golongan manakah
kita?. Ada orang yang marah atau membantah dengan mengatas namakan agama…,
seakan-akan ia sedang membela dan memperjuangkan sunnah…, akan tetapi ternyata
ia sedang membela dirinya sendiri, sedang tidak ingin pamornya
jatuh…mengharuskan ia untuk membantah, marah, dan bila perlu mencaci lawannya.
Dan ini adalah termasuk golongan yang terburuk –sebagaimana penjelasan Ibnu
Taimiyyah diatas-.
Seseorang bisa merasakan perbedaan antara marah karena
Allah ataukah marah karena pribadi namun dibungkus dengan "karena
Allah".
Orang yang marah karena Allah, berarti ia telah melakukan
ibadah yang mulia, maka setelah ia melakukan ibadah tersebut maka pasti ia akan
merasakan tambahan iman, tenangnya hati, lebih khusyuk sholatnya dan tilawah
al-Qur'annya. Karena ini semua adalah dampak positif dari beribadah kepada
Allah, diantaranya adalah "marah karena Allah".
Berbeda jika seseorang marah karena hawa nafsunya dan
bukan karena Allah, dan ia sengaja membungkus kemarahannya dengan "karena
Allah', maka setelah ia melakukannya ia akan merasakan sesaknya hati, sholatpun
tak khusyuk, sulit untuk menangis karena hati telah membatu.
Contoh sederhana,
adalah ghibah, perbuatan yang terkadang merupakan dosa besar, namun terkadang
menjadi ibarat jihad. Para ulama yang sering membicarakan dan membantah ahlul
bid'ah –seperti Al-Imam Ahmad, Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qoyyim, dll-, maka kalau
kita membaca tentang ibadah mereka, tentang kekhusyu'an mereka, maka sungguh
kita mendapatkan keajaiban tentang khusyuknya ibadah mereka. Padahal mereka
sedang berghibah ria, akan tetapi ghibah yang mereka lakukan dan mereka
torehkan dalam tulisan-tulisan mereka adalah jihad di jalan Allah, untuk
membela sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Bandingkan dengan diri kita atau sekelompok saudara kita
yang berghibah –dengan berdalih membela agama Allah- ternyata ghibah tersebut
adalah hanya dibangun di atas dugaan, hasad, meningkatkan pamor, demi membela
harga diri sendiri, dan sebab-sebab dunia lainnya. Maka hasilnya, kepala
menjadi pening, hati menjadi keras dan membatu, sulit untuk meneteskan air
mata, dll. Wallahul Musta'aan.
Yang merupakan
ujian terberat adalah tatkala seseorang dirinya dizolimi oleh orang lain dan
sekalian juga orang tersebut juga melakukan kemungkaran. Maka yang terbaik
–sebagaimana penjelasan Ibnu Taimiyyah diatas- yaitu ia marah karena hak Allah,
dan ia memaafkan orang tersebut yang berkaitan dengan hak pribadinya. Disinilah
teruji keikhlasan seseorang…tuduhan dan celaan yang mengenai dirinya ia maafkan
dan ia hanya marah dalam rangka membela hak Allah. Hal ini tidaklah mudah…bahkan
sangatlah sulit…terlebih lagi "..sakitnya terasa di hati ..!!?
Marah karena Allah begitu mudah tercampur dengan marah
karena urusan pribadi. Hanya orang yang ikhlas dan bisa menata hatinya yang
bisa selalu membedakannya…
EmoticonEmoticon