Antisipasi Penyebab Flek saat Hamil

Flek saat hamil adalah hal yang biasa dialami para wanita, tetapi bukan berarti kemunculannya boleh diabaikan. Pada suatu kondisi tertentu, flek dapat menjadi indikasi terhadap kemungkinan adanya gangguan yang lebih serius, terutama jika disertai dengan gejala-gejala lain yang tidak normal.

Flek saat hamil terjadi ketika Anda mendapati adanya tetesan darah berwarna merah ataupun cokelat yang keluar dari vagina. Flek saat hamil ini cukup umum terjadi, terutama di awal masa kehamilan. Sekitar 20 persen wanita mengalami flek saat hamil terutama di tiga bulan awal kandungan. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita yang menjalani metode in vitro fertilization atau bayi tabung. Hal tersebut umumnya tidak berbahaya dan akan mereda dalam 1-2 hari.


Namun sayangnya flek saat hamil juga dapat mengindikasikan penyakit yang lebih serius, termasuk keguguran. Trimester pertama adalah masa rawan terjadi keguguran sehingga flek saat hamil pada masa-masa ini perlu diwaspadai. Sekitar setengah dari wanita yang mengalami perdarahan dan kram perut berakhir dengan keguguran.
Oleh karenanya, cermati berbagai kemungkinan penyakit dan kondisi yang dapat ditandai dengan adanya flek saat hamil.
  • Infeksi vagina, seperti penyakit menular seksual (gonore, herpes, klamidia).
  • Polip tidak berbahaya pada leher rahim yang dapat tumbuh karena tingginya kadar hormon estrogen.
  • Hormon pengontrol siklus menstruasi dapat memicu terjadinya flek saat hamil.
  • Menempelnya sel telur yang sudah dibuahi pada dinding rahim juga dapat menyebabkan flek saat hamil. Momen ini biasanya terjadi pada 6-12 hari setelah proses pembuahan sel telur oleh sperma terjadi . Kondisi tersebut bahkan dapat terjadi sebelum si wanita menyadari bahwa dirinya hamil karena mengira flek yang muncul sebagai permulaan masa haid.
  • Iritasi pada leher rahim akibat perubahan yang ditimbulkan oleh hormon kehamilan.
  • Flek saat hamil juga dapat terjadi setelah Anda berhubungan seksual. Ini karena pada masa hamil, ada pertambahan jumlah pembuluh darah pada jaringan di sekitar leher rahim. Selain itu tes papsmear juga dapat menyebabkan timbul flek saat hamil, namun sifatnya tidak membahayakan.
  • Fibroid yang tumbuh pada dinding rahim.
  • Gangguan yang bersifat genetik, seperti penyakit Von Willebrand yang membuat darah lebih sulit membeku.
  • Kehamilan ektopik atau di luar rahim. Pada kasus berbahaya ini, embrio tumbuh di luar rahim, biasanya di saluran tuba falopi. Meski demikian, kasus ini hanya terjadi pada sekitar 2 dari 100 wanita hamil.
  • Kehamilan molar/trofoblastik gestasional: kondisi saat terdapat jaringan abnormal yang tumbuh di dalam rahim. Situasi yang sangat jarang terjadi ini dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain sebagai kanker. Kehamilan molar juga kerap disertai mual dan muntah.
Umumnya wanita yang mengalami flek saat hamil dapat meringankan gejalanya dengan cara-cara seperti:
  • Istirahat cukup, terutama tidur siang.
  • Batasi aktivitas fisik yang berat.
  • Angkat kaki saat duduk atau berbaring.
  • Hindari mengangkat beban lebih dari 4,5 kilogram.
Secara umum, wanita yang mengalami flek saat hamil cenderung tidak mengalami masalah apa pun dan tetap dapat menjalani persalinan normal. Tetapi ada baiknya Anda memeriksakan diri dan mewaspadai jika flek saat hamil telah berubah menjadi perdarahan.
Segera periksakan diri ke dokter jika flek saat hamil disertai dengan gejala-gejala, seperti kepala pening atau pingsan, demam tinggi, keluar cairan dari vagina disertai jaringan rahim, kram atau nyeri parah pada perut bagian bawah, dan/atau perdarahan parah dengan atau tanpa nyeri.


EmoticonEmoticon