Herbal VS Obat Kimia





Ada banyak kelebihan yang mampu ditawarkan oleh pengobatan herbal. Kelebihan-kelebihan inilah yang sering tidak ditemukan dalam pengobatan medis. Tapi penggunaan herbal sendiri memunculkan banyak mitos yang beredar ditengah-tengah masyarakat kita.
Apalagi mitos-mitos yang membandingkan pengobatan herbal dengan pengobatan medis, terutama dengan obat-obat kimia. Berikut mitos-mitos yang beredar di masyarakat kita :

1. Herbal membutuhkan waktu yang lama untuk menunjukkan khasiatnya

Ketika mengalami suatu penyakit, pasti Anda ingin segera cepat sembuh. Oleh karena itu banyak orang yang mengkonsumsi obat-obatan untuk menyembuhkan penyakitnya.
Salah satu obat yang ampuh menyembuhkan penyakit adalah herbal. Tetapi tidak banyak orang yang memilih herbal sebagai obatnya. Hal itu disebabkan oleh anggapan bahwa khasiat herbal baru akan terlihat jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.

Tentu saja hal tersebut membuat banyak orang enggan mengkonsumsi herbal. Bayangan rasa pahit dari herbal yang harus dikonsumsi dalam jangka waktu lama tentu terlihat tidak menyenangkan.
Inilah yang menyebabkan herbal menjadi pilihan kesekian ketika kita sakit. Tapi tahukah Anda bahwa anggapan diatas tidak sepenuhnya benar?

Ya, anggapan bahwa herbal bisa membutuhkan waktu yang lama untuk menunjukkan khasiatnya memang tidak 100% benar. Pasalnya beberapa tanaman herbal bisa langsung dirasakan khasiatnya. Ambilah conaoth yang paling dekat dalam kehidupan kita, ketika kita meminum wedang jahe. Bukankah rasa hangat dari jahe tersebut langsung bisa kita rasakan..?
Tapi memang tidak bisa kita pungkiri, bebrapa tanaman herbal membutuhkan waktu sampai kita benar-benar merasakan khasiatnya.

Misalnya saja, rebusan daun sirih untuk mengatasi sakit gigi. Tentu saja sakit gigi tidak begitu saja langsung hilang ketika kita berkumur atau meminum rebusan daun sirih.
Selain itu, ketidak tepatan dosis herbal yang kita minum juga bisa jadi yang membuat khasiat herbal tidak segera menunjukkan hasil. Untuk itu, ada baiknya kita mengkonumsi herbal sesuai petunjuk dari herbalis ahli.

2. Herbal tidak memiliki efek samping
Herbal bisa dikatakan sebagai penyembuh yang aman bagi tubuh manusia. Ini karena herbal berasal dari bahan-bahan alami dan biasanya dibudidayakan secara organik.
Hal ini kemudian memunculkan sebuah anggapan bahwa herbal tidak menyebabkan efek samping pada tubuh.

Tentu saja hal tersebut tidak benar. Herbal memang bisa dinyatakan nyaris tanpa efek samping. Tetapi hal iitu berlaku apabila kita mengkonsumsinya dengan cara dan dosis yang benar.

Apabila kita menyimpan dan mengolah herlab yersebut dengan cara yang salah maka bisa memicu efek sampig pada tubuh kita. Begitupun apabila kita mengkonsumsi herbal dengan dosis yang tidak tepat, bisa-bisa kita justru menambah daftar penyakit pada tubuh kita.

Untuk itu sebaiknya kita mengolah, menyimpan dam mengkonsumsi herbal dengan cara yang benar. Seperti meracik obat, meracik herbal pun punya aturan. Beberapa aturan yang paling umum adalah kebersihan, peralatan yang digunakan dan lama pengolahannya.

Kebersihan dalam meracik herbal ini akan menentukan kehigienisan herbal yang akan kita konsumsi. Sedangkan peralatan yang digunakan diusahakan bahannya berasal dari alam. Misalnya aja pemilihan alat merebus, lebih baik menggunakan pot dari tanah liat.

Ini dikarenakan apabila menggunakan panci dari alumunium maka akan menimbulkan reaksi kimia ketika dimasak. Sedangkan lama pengolahan herbal biasanya tergantung jenisnya.

Selain aturan meracik herbal, kita juga perlu memperhatikan tempat penyimpanan dan aturan konsumsinya. Setiap jenis herbal mempunyai cara menyimpan masing-masnig. Misalnya saja herbal yang berbentuk bubuk cukup kita simpan pada wadah yang tertutup saja. Sedangkan aturan mengkonsumsi herbal sendiri bisa langsung kita tanyakan pada ahli herbalis.


3. Herbal tidak mempunyai aturan dosis
“Herbal” kata ini sering dijadikan jaminan bagi pengkonsumsinya. Ini dikarenakan sifat herbal yang alami. Akhirnya sama seperti anggapan bahwa herbal tidak mempunyai efek samping membuat banyak orang juga beranggapan bahwa herbal tidak mempunyai aturan konumsi atau dosis.
Padahal seperti yang telah disebutkan diatas, mengkonsumsi herbal juga mempunyai suatu aturan tertentu.

Seperti halnya obat kimia yang dosis atau aturan konsumsinya ditentukan oleh dokter, herbal juga mempunyai dosis tertentu yang biasanya ditentukan oleh seorang herbalis.
Jika tidak mematuhi aturan tersebut, bisa jadi penyakit yang seharusnya sembuh malah bertambah parah atau justru membuat kita mengidap penyakit lainnya.

Perlu kita ketahui bahwa setiap herbal untuk setiap jenis penyakit mempunyai aturan waktu dan dosis konsumsi yang tidak sama. Jumlah herbal yang dikonsumsi perlu diperhatikan, begitu juga dengan waktu konsumsinya.

Ada herbal yang harus dikonsumsi pagi hari, ada yang dikonsumsi malah saja, ada yang dikonsumsi sebelum makan, ada yang dikonsumsi beberapa kali aja dalam seminggu.
Hal ini harus diperhatikan untuk mencegah efek samping dari herbal yang kita minum. Oleh karena itu pengkonsumsian herbal dibawah pengawsan seorang herbalis ahli sangat dianjurkan.

4. Herbal Boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat kimia
Kepopuleran pengobatan alternatif sejak tahun 2000an turut membuat obat-obatan herbal naik daun. Jaminan alami dan aman menjadi daya tarik tersendiri bagi herbal dibanding dengan obat kimia.

Bahkan akhirnya banyak yang menjadikan herbal sebagai obat komplementer disamping mengkonsumsi obat kimia. Karena jaminan aman dari herbal, banyak orang beranggapan mengkonsumsi dua jenis obat itu secara bersamaan sah-sah aja.

Padahal, konsumsi dua jenis obat tersebut secara bersamaan sangat tidak dianjurkan. Ini karena jika dua jenis obat tersebut bila dikonsumsi bersamaan bisa menimbulkan efek yang berbahaya. Hal ini berlaku terutama bagi herbal dan obat kimia yang memiliki fungsi yang sama.

Sebaliknya jika kedua obat tersebut memiliki fungsi yang sama dan dikonsumsi pada waktu yang berbeda, justru akan menguntungkan dan mempercepat kesembuhan.

Selang waktu ideal antara konsumsi obat herbal dan obat kimia adalah minimal 2 jam.
Selang waktu tersebut berguna untuk mencegah “pertempuran” antara kedua obat tersebut. Semakin jauh jaraknya akan semakin baik bagi tubuh kita.

Selain itu, ada baiknya kita juga memperhatikan dosis masing-masing obat. Tentuya hal tersebut akan membuat efek obat yang kita minum bereaksi lebih baik.


EmoticonEmoticon