Mengapa Orang Optimis Tak Gampang Sakit?

Assalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Pak Ustadz, perkenalkan saya Faisal.

 Saya ingin bertanya bagaimana cara aga kita selalu sehat? Karena berdasarkan pengalaman dan saran-saran dari dokter sudah saya lakukan seperti olahraga, sering makan buah-buahan dan sayuran. Tapi kenapa saya masih mudah sakit?
 Mohon penjelasannya. Jazakallah.


Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Bapak Faisal yang dirahmati Allah SWT, memang benar apa yang disampaikan dokter bahwa untuk sehat kita harus mengonsumsi makanan yang kaya akan gizi seperti sayuran dan buah-buahan. Namun ada satu hal yang tidak pernah diperhatikan yaitu: optimisme. 

Untuk sehat butuh optimisme, lalu bagaimana optimisme bisa membuat orang tidak mudah terkena serangan penyakit kardiovaskular? Dan sebaliknya pesimisme bisa membuat orang lebih mudah terkena penyakit kardiovaskular? Kemungkinanannya dibagi menjadi tiga kategori besar:
  1. Orang optimistis mengambil tindakan dan memiliki gaya hidup yang lebih sehat. Orang optimistis percaya bahwa tindakan mereka memiliki pengaruh penting, sedangkan orang pesimistis percaya mereka tidak berdaya dan tindakan meraka tidak akan banyak membantu. Orang optimistis mencoba, sedangkan orang pesimistis jatuh dalam ketidakberdayaan yang pasif. Oleh sebab itu, orang optimistis mengambil tindakan setelah memperoleh informasi medis. Seperti yang ditemukan oleh George Vaillant ketika laporan umum ahli bedah mengenai kebisaan merokok dan kesehatan disampaikan ke khalayak luas; orang optimistis berhenti merokok, sedangkan orang pesimistis Orang optimistis sanagt mungkin untuk merawat diri dengan lebih baik.
Bahkan untuk skala lebih umum, orang dengan kepuasan hidup yang tinggi (yang sangat berhubungan erat dengan optimisme) lebih cenderung mengatur pola makan, tidak merokok dan berolah raga teratur dibandingkan dengan orang dengan kepuasan hidup yang rendah. Menurut sebuah penelitian, orang bahagia juga tidur dengan lebih baik dibandingkan orang tidak bahagia.

Orang optimis tak hanya mengikuti petunjuk medis, mereka juga mengambil tindakan untuk menghindari kejadian buruk, sedangkan pesimistis cenderung pasif. Orang optimis cenderung mencari tempat aman di perlindungan ketika ada peringatan tornado dibandingkan orang pesimis yang mungkin percaya tornado itu sudah kehendak Tuhan. Semakin banyak kejadian buruk menimpa Anda, semakin banyak penyakit yang mungkin Anda derita.
  1. Dukungan sosial, semakin banyak teman dan banyak cinta dalam kehidupan Anda, semakin sedikit penyakit. George Vaillant menemukan bukti bahwa orang yang memiliki seseorang yang bersedia mereka hubungi pada jam tiga pagi untuk mendengarkan masalah mereka terbukti lebih sehat. Jika di dalam agama Islam kita disediakan waktu sepertiga malam untuk melaksnakan sholat tahajud yang salah satu manfaatnya yaitu untuk menumbuhkan perasaan optimis lebih besar dalam dalam hidup. Dalam hadis yang diriwayatkan dari Jabir r.a, bahwa ia berkata:
Aku telah mendengar Rasululloh SAW bersabda: “Sesungguhnya di waktu malam itu terdapat suatu waktu yang jika saja bertepatan dengan waktu itu seorang hamba Muslim memohon kebaikan kepada Allah berkenaan dengan urusan dunia dan akhirat, sudah pasti Allah akan memberikannya kepadanya. Waktu itu terdapat pada setiap malam.” (HR. Muslim).

Rasa optimis itu akan lahir ketika kita bersandar dan menumpukan harapan kepada yang pasti dan tidak pernah bohong yaitu Allah SWT.  Seorang ilmuwan Barat John Cacioppo menemukan bukti bahwa orang kesepian kurang sehat dibandingkan dengan orang yang memililki banyak teman. Dalam sebuah Eksperimen, peserta eksperimen membacakan naskah melalui sambungan telepon kepada orang yang tidak mereka kenal di mana mereka membaca naskah itu dengan nada sedih atau nada gembira.

Orang asing menutup teleponnya lebih cepat untuk orang pesimistis. Orang bahagia memlilki jaringan sosial yang lebih luas dibandingkan orang yang tidak bahagia dan keterikatan sosial berkontribusi terhadap kemandirian kita ketika kita menjadi tua. Kesedihan mungkin menghampiri pertemanan, tetapi pertemanan akan mengahapuskan kesedihan dan kesepian yang dirasakan oleh orang yang pesimistis mungkin pada akhirnya menjadi penyakit.
  1. Mekanisme biologi. Ada satu penelitian tentang sistem kekebalan tubuh oleh beberapa ilmuwan Judy Rodin, Leslie Kamen dan Charles Dawyer pada tahun 1992. Mereka mengambil darah dari orang tua yang optimistis dan pesimistis dan menguji respons kekebalan tubuh. Darah dari orang optimistis memiliki respons lebih baik untuk melawan gangguan dan menghasilkan lebih banyak sel darah putih yang melawan infeksi, dibandingkan dengan orang pesimistis. Kami menyisihkan aspek depresi dan kesehatan sebagai variabel yang tidak signifikan.
Kemungkinan lainnya adalah genetika umum: orang optimis dan bahagia mungkin memilki gen yang melawan penyakit kardiovaskular atau kanker.

Aspek biologs penting lainnya adalah respons sirkulasi patologi terhadap pengulangan stres.

Orang pesimistis mudah menyerah dan menderita lebih banyak stres, sedangkan orang optimistis mengatasi stres dengan lebih baik. kemunculan stres kembali , terutama ketika orang-orang merasa tidak berdaya, tampaknya mengerahkan kartisom hormon stres dan respons sirkulasi lainnya yang mengakibatkan atau memicu kerusakan pada dinding pembuluh darah dan mendorong terjadinya aterosklerosis.

Sheldon Cohen,menemukan bukti bahwa orang sedih mengeluarkan lebih banyak zat peradangan interleukin-6 dan akibatnya adalah rentan terkena flu.

 Berulangnya stres dan ketidakberdayaan  mungkin memicu terbentuknya proses yang menciptakan kortison yang lebih tinggi dan level neurotransmiter yang rendah yang dikenal dengan katekolamin yang menyebabkan peradangan dalam waktu lama.

Peradangan yang lebih serius ditemukan pada aterosklerosis dan perempuan yang skor penguasaan keadaannya serendah dengan tingkat depresi tinggi menunjukan proses pengapuran yang lebih buruk pada pembuluh nadi utama.

Jika kita memahami lebih dalam terhadap ajaran agama Islam  yang sangat dahsyat, maka akan menemukan keutamaan husnudzon. Husnudzon berasal dari kata ‘hasan‘ yang artinya baik, dan ‘dzon’ yang artinya prasangka.

Maka husnudzon artinya prasangka baik, prasangka baik kepada Allah atau prasangka baik kepada manusia lagi. Dalam prasangka baik inilah selalu melahirkan pikiran optimis, setelah pikian optimis tumbuh kembang lalu lahir kebahagiaan, setelah bahagia lahir tubuh yang sehat. Jadi untuk sehat itu sangat sederhana tapi oleh manusia modern untuk bahagia itu diberikan kriteria yang sulit.

 Contohnya ‘saya akan bahagia bila sudah punya mobil, sudah punya rumah bagus, sudah menjadi PNSvatau sudah membeli tas mahal. Padahal, kunci termudah optimis bahagia sehat yaitu dengan selalu dekat dan mempererat hubungan kita kepada Allah SWT. Insyalloh hidup lebih nikmat.

Semoga jawaban yang singkat ini bermanfaat untuk semua pembaca.
 Wallahualam. []


EmoticonEmoticon