Karena Kamu Laki-laki, maka Bersikap Tegaslah!




Come on, Dude!

Yang bisa maju mundur cantik itu cuma para princess. Enggak ada istilahnya maju mundur ganteng, sekalipun kamu pangeran berkuda putih. Lagian mana ada pangeran berkuda putih melaju mundur, dimana-mana pangeran itu maju terus, pantang mundur!

Mau bahas apa sih sebenernya?

Gini!

Tahun lalu ceritanya saya nyomblangin seorang sahabat dengan salah satu saudara jauh saya. Tujuan perkenalannya tentu untuk melaju ke jenjang pernikahan, sebab usia keduanya sudah sangat layak untuk menikah.

Well…

Akhirnya mereka berdua pun ketemuan. Hingga di pertemuan ketiga atau empat, si pria (saudara jauh saya) ini mengajak perempuan tersebut untuk menghadiri resepsi pernikahan di keluarga besarnya.

Sesampainya di acara tersebut, betapa sahabat saya itu langsung disambut hangat oleh keluarga besar si pria. Sesekali terdengar, dia diperkenalkan sebagai calon pria. Usia udah pada lewat seperempat abad, paham lah yaa… Yang dimaksud calon apaan?

Kedua orangtua pria ini sudah tiada. Yang tersisa tinggal para tante, kakak-adik kandung beserta para iparnya. Sahabat saya bercerita, bagaimana si tante memeluknya dengan erat lalu berkata, “Jangan lama-lama yaa… dia orang baik.” Teman saya sampai menahan tangis ketika dipeluk seperti itu.

Pria! Camkan ini… bagi seorang wanita, disambut dengan baik oleh keluarga laki-laki yang mungkin akan jadi pasangannya, adalah sesuatu yang sangat membahagiakan dan istimewa!

Kalian tahu apa yang terjadi setelah kejadian istimewa itu?

Si pria yang semula nampak begitu mantap untuk melaju dengan sang wanita, mendadak menghilang begitu saja dari peredaran. Terakhir yang disampaikan oleh sahabat saya padanya adalah, jika memang serius… ditunggu sampai pekan depan. Setidaknya adalah omongan apa gitu ke pihak keluarga perempuan. Bukan, bukan lamaran. Hanya semacam kepastian, mau dibawa ke mana hubungan mereka sebenarnya?

Jujur saya gemas sama sikap saudara saya itu. Kami emang enggak tahu apa alasannya sekonyong-konyong menghilang. Terakhir semuanya terasa baik-baik saja. Dan puncaknya adalah ketika si pihak perempuan meminta kejelasan tentang hubungan mereka.

Salahkah ketika wanita berusia 28 tahunan meminta kepastian dari pria yang usianya sudah 34 tahunan saat itu? Setelah dia diperkenalkan ke keluarga besar si pria?

Pun beberapa kali saya mendengar curhatan dari teman yang berbeda-beda. Pria yang punya pacar, tapi sibuk ngemodusin perempuan lain. Curhat kejelekan pasangannya, betapa cowok tersebut sebenarnya tidak mencintai pacarnya. Lucu! Yang dipacarin siapa, yang diajak nikah siapa!

Pernah dulu zaman jahiliyyah, punya pengalaman menghadapi cowok lebay. Beberapa kali dia ngomong,
“Kalau belum punya cewek, gue pacarin juga lo!” Dih… dikata kita demen kali ama dia? Pede bener kita mau sama dia.
Ladies … be careful!

Mending kalian menghempaskan diri jauh-jauh dan tak perlulah datang-datang lagi, dari tipikal lelaki ‘kursi goyang’—istilah dari Om Mario Teguh— kaya gini.

Pilihlah lelaki yang sanggup bersikap tegas! Kalau cuma buat ngambil keputusan untuk memilih siapa yang mau diseriusin aja, dia enggak sanggup, gimana nanti pas jadi kepala rumah tangga?

Okelah… pria berhak memilih. Pun begitu pula dengan pihak wanita. Sebelum janur kuning melengkung, semuanya masih bebas memilih yang terbaik.

Jangan salah menafsirkan kode, Ladies…

Dulu patokan seorang pria dianggap serius mau menjalin hubungan dengan seorang wanita kan, datang ke rumah yaa … memperkenalkan diri sama ortu wanitanya. Nah, rupanya sekarang, hal itu saja belum cukup loh!

Terus gimana dong, cara mengenali dia mau serius atau enggak?
Cuma satu!

Ketika dia sudah duduk berhadapan sambil memegang tangan wali nikahmu dan berkata, “Saya Terima
Nikahnya!”

Sebelum semua itu terjadi…

Yuk mari menjaga hati dari semua proses yang belum pasti…


EmoticonEmoticon