BERBICARA soal memaafkan bukanlah perkara yang mudah. Apalagi ketika
kita sudah tersakiti oleh orang lain. Rasa-rasanya sangat ingin membalas
rasa sakit itu, bukan? Tapi ternyata, sejak 14 abad tahun yang lalu
Rasulullah SAW selalu mengajarkan kita untuk memaafkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan wasiat pada Jabir
bin Sulaim, “Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu
dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau
membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk
biarlah ia yang menanggungnya,” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no.
2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al
Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini shahih).
Sulit dan amat berat bagi hati jika ada yang berbuat salah pada kita,
lantas tidak dibalas. Pasti kita punya keinginan untuk membalasnya.
Namun lihatlah betapa mulianya yang diajarkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Ketika kita dipermalukan dan dihina, maka kita tidak
perlu balas dengan menghina dan mencela orang tersebut walau kita tahu
kekurangan yang ada pada dirinya dan bisa menjatuhkannya. Biarlah akibat
jelek dari mencela dan menjatuhkan itu, akan ditanggung di akhirat.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan
tentang hadits di atas, “Hendaklah setiap orang memiliki sifat mudah
memaafkan yang lain. Tidak semua isu yang sampai ke telinganya, ia
terima mentah-mentah, lantas ia membenci orang yang menyuarakan isu yang
tidak menyenangkan tersebut. Hendaklah setiap orang memiliki sifat
pemaaf. Karena Allah sangat menyukai orang yang memiliki sifat mulia
tersebut, yang mudah memaafkan yang lain. Lantaran itu, ia akan diberi
ganjaran. Karena jika dibalas dengan saling mempermalukan dan
menjatuhkan, pasti konflik yang terjadi tak kunjung usai. Permusuhan
akan tetap terus ada. Jika malah dibalas dengan diam, maka rampunglah
perselisihan yang sedang berkecamuk,” (Syarh Riyadhis Sholihin, 4: 297).
Syaikh juga menjelaskan bagaimanakah sifat ibadurrahman, “Dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan,” (QS. Al Furqon: 63).
Syaikh Muhammad membicarakan ayat di atas, “Jika ada orang jahil
mengejek, maka balaslah dengan mengucapkan doa kebaikan untuknya semisal
mengucapkan ‘jazakallah khoiron‘ (artinya: semoga Allah membalas
kebaikanmu).
Lalu berpalinglah darinya. Tidak perlu berbicara dan melakukan hal lainnya.” (Syarh Riyadhus Sholihin, 4: 297-298).
Dikutip dari Rumaysho.com, adab yang diajarkan dalam Al
Qur’an pula adalah membalas setiap tingkah laku jelek dari orang lain
dengan kebaikan. Siapa yang bisa melakukan hal ini, sungguh ia
benar-benar memiliki sifat sabar. Allah Ta’ala berfirman, “Dan tidaklah
sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar,” (QS. Fushilat:
34-35).
Mujahid berkata bahwa yang dimaksud balaslah dengan yang lebih baik
yaitu balaslah dengan berjabat tangan dengannya, (Lihat Hilyatul
Auliya’, 3: 299, dinukil dari At Tadzhib li Hilyatil Auliya’, hal. 771).
Sahabat yang mulia, Ibnu ‘Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- mengatakan,
“Allah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang
membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan
memaafkan ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan
semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan
menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi
teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini.”
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Namun yang mampu melakukan
seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang
yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap
jiwa,” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 529-530).
Jika kita mudah memaafkan yang lain, “Maka barang siapa mema’afkan
dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah,” (QS.
Asy-Syura: 40).[]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon