Menghindar dari Kegembiraan yang Berlebihan



SAUDARAKU,
Perasaan gembira bisa membuat darah menyala manakala terjadi secara sangat kuat. Hal itu dapat merugikan bahkan kerap kali mematikan. Di kala manusia menemukan sebab-sebab kegembiraan, ia mesti membawa dirinya pada kegembiraan itu secara bertahap.

Ketika Yusuf bertemu dengan saudaranya, Bunyamin setelah lama berpisah, Yusuf bertanya, “Apakah kamu masih punya seorang ayah?” Yusuf senantiasa bertindak secara pelan-pelan agar hendak tidak mengejutkan saudaranya dengan kabar gembira.
Saudaraku,

Perasaan gembira seyogyanya tidak dilakukan secara berlebihan, untuk mengimbangi kesedihan. Kegembiraan yang berlebihan mencerminkan kelengahan dan kelalaian seseorang, karena bagi seseorang yang berakal tidak ada jalan untuk bergembira secara brlebihan.

Orang yang berakal hanya akan bergembira dengan sewajarnya. Ia tau bahwa kagembiraan itu hanya sementara. Ada sesuatu setelah kegembiraan itu terjadi sehingga ia kembali membiasakan dirinya untuk tidak bergembira secara berlebihan.

Ketika kelalaian dan kelengahan akibat gembira menguat, maka akan tumbuh benih-benih kesombongan dan kufur nikmat. Allah tidak menyukai orang-orang yang bergembira secara berlebihan.
Saudaraku,
Untuk mengobati kegembiraan yang berlebihan ini, manusia bisa mengobatinya dengan mengingat-ngingat dosa masa lalunya serta berpikir tentang kesulitan-kesulitan di masa yang akan datang, Al-Hasan al-Basri berkata, “Kematian akan menelanjangi keburukan-keburukan dunia sehingga tidak aka nada kegembiraan yang tersisa di dunia bagi orang yang berakal.” []

Sumber: Mengobati Jiwa yang Lelah/Ibnu Al-Jauzy/Mirqat/klinikf3cinoling


EmoticonEmoticon