Cerai? Pikirkanlah seribu kali lagi terlebih jika Anda sudah punya anak

Presiden pertama kita, Bung Karno, sering mengatakan, "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." Hal ini tidak berlaku pada masa penjajahan saja.



  • Ada pribahasa yang sering dikatakan oleh presiden pertama kita, Bung Karno, "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." Hal ini tidak berlaku pada masa penjajahan saja, tidak pula hanya untuk kesatuan bangsa, tetapi juga dalam keluarga. Sayangnya, banyak suami-istri yang melupakan hal ini. Masing-masing hanya memikirkan ego dan akhirnya mengambil keputusan yang menyakitkan bagi buah hati.
     
  • Peribahasa ini sering pula diplesetkan menjadi, "Bersatu kita teguh, bercerai kita kawin lagi." Kedengarannya mungkin lucu, tetapi kenyataannya sangat pahit. Bagi orang tua, menikah lagi merupakan cara untuk melupakan kepahitan perceraian. Namun bagi anak-anak, perceraian tak hanya menyedihkan, tapi juga membingungkan. Anak-anak tentu berharap orang tuanya rukun kembali.
    Lalu apa yang harus dilakukan orang tua untuk menghindari hal ini?
     
  • Terlepas dari siapa yang salah, masing-masing harus mempunyai tujuan yang sama. Sungguh tidak bijaksana untuk saling menjatuhkan demi kepentingan sendiri. Perceraian tidak menjadikan orang yang ingin bercerai atau yang diceraikan bahagia. Hidup bersama siapa pun akan menimbulkan persoalan yang sama. Kebahagiaan dan kekecewaan akan silih berganti. Tidak ada gunanya melarikan diri dari yang satu hanya untuk menemukan bahwa yang lain memiliki kemungkinan yang sama.
     
  • Konsultasi perkawinan dapat membantu kedua pihak untuk memahami bagaimana mengalah demi kepentingan keluarga, terutama anak-anak yang membutuhkan bimbingan kedua orang tuanya. Bila Anda mengatakan bahwa perceraian tidak mengubah cinta Anda kepada mereka, bagaimana ketika Anda memiliki buah hati lagi dari perkawinan berikutnya? Anak-anak akan bertanya-tanya apakah kedudukan mereka tetap sama di hati Anda? Seorang anak memiliki pertanyaan seperti itu bahkan ketika dia mempunyai adik kandung sendiri dari orang tua yang sama.
     
  • Anak akan lebih sulit mengerti bahwa orang tuanya tidak dapat berekreasi bersama. Hanya satu orang tua yang ada bersama mereka ketika mereka pergi makan pizza. Hal ini mungkin tidak dianggap penting oleh orang tua karena kesibukan masing-masing. Orang tua beranggapan bahwa anak-anak akan terbiasa dengan perpisahan ini. Mereka tidak memahami bahwa perceraian dapat menimbulkan trauma pada anak. Jika Anda benar-benar mencintai anak-anak Anda, pikirkanlah masak-masak sebelum memutuskan mengakhiri perkawinan Anda.
     
  • Anak-anak tidak jarang membawa dampak dari perceraian orang tuanya hingga mereka dewasa. Penelitian di antara keluarga kelas menengah di Inggris yang dilakukan oleh Dr. Rachel Cook dari City University, London, menunjukkan anak-anak dari orang tua yang bercerai cenderung menikah sebelum usia 20. Hal ini membuat mereka memiliki kemungkinan besar untuk bercerai. Selain itu, anak-anak dari orang tua yang bercerai juga banyak yang tidak menyelesaikan pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Profesor Robert Sampson dari Universitas Chicago menemukan bahwa tingkat perceraian di sebuah daerah tertentu mempengaruhi tingkat kejahatan di daerah itu.
     
  • Banyak anak merasa dirinya bersalah ketika orang tua bercerai. Perasaan ini juga memberi dampak buruk dalam kehidupannya sebagai orang dewasa, antara lain mereka akan takut menikah dan membangun keluarga. Untuk itu, berusahalah untuk mempertahankan rumah tangga demi si buah hati.
Anda suka artikel ini? Bagikan..


EmoticonEmoticon