“JIKA engkau merindukanku, maka pejamkanlah matamu, temukanlah aku
dalam gulita. Sebab aku ada untuk menjadi cahaya,” mungkin kalimat ini
yang ingin engkau dengar dariku. Tetapi maaf, aku tak akan pernah
mengucapkan itu, meski kutahu begitu dalam rasa cintamu.
Allah telah menegur dengan sopan, “Dan ada pun orang-orang yang takut
kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa
nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” [*]
Bukankah kita belum terikat ijab kabul, mengapa menyiksa diri menjadi
pesakitan rindu. Sungguh, itu sebenar belenggu nafsu yang membuatmu
dungu.
Jika mengingatku membuatmu didera rasa sakit, maka segeralah bermusyawarah pada-Nya memohon keselamatan akal.
Saat rindu menjadi birahi, maka akal telah ternoda. Sungguh
menyedihkan apabila perkara cinta yang belum halal menjadikan hilang
akal.
Cintailah aku sewajarnya saja, jangan sampai membuatmu jadi budak syahwat yang membuat kewarasanmu terganggu karenanya.
Mari saling mendoa keselamatan, semoga cinta menuntun kita pada kebijaksanaan bukan malah menyebabkan kesesatan.
Percayalah, membunuh rindu bukan berarti meniadakanku, tetapi justru menghidupkan harapanmu untuk berjodoh denganku.
Sebab kita mampu menjaga hati, niscaya karomah Allah akan menghampiri dan menjadikan kesejatian cinta dapat terpatri.
Semoga aku-kau segera mengikat janji. Menjadi sepasang suami-istri
yang saling menyayangi dengan berpijak pada tuntunan Ilahi. []
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon