Kelak, kita akan dihadapkan kepada Dia, Rabb Pemilik kehidupan. Itu nyata kawan. Ya, nyata. Seperti halnya kau baca tulisanku kini. Ini nyata, kan? Begitu pun hari nanti. Semuanya nyata.
Kelak kita akan menatap wajah-Nya. Ah, bukan. Rasanya kita tidak akan pernah sanggup menatap wajah-Nya. Jangankan untuk menatap, menggeserkan telapak kaki kita beberapa mili pun rasanya kita tidak akan sanggup.
Ada yang lebih berat dibanding bumi dan seisinya saat itu. Ya, kau benar. Dosa kita. Dosa-dosa yang tiap detiknya di bumi kita tabung dan tabung. Hingga akhirnya kita bisa membuka tabungan dosa yang kita buat selama ini di dunia. Penyesalan sedalam apapun sia-sia saat itu. Karena tidak ada lagi hari penangguhan, tidak ada pula hari pertaubatan. Semuanya sudah usai, kita hanya akan memanen apa yang kita tanam ketika di dunia di hadapan-Nya nanti.
Lantas, setelah kita meyakini semua itu apa yang sudah kita persiapkan selama ini? Sudah adakah amalan-amalan indah yang kita persiapkan untuk diperhitungkan di hadapan-Nya? Atau justru keburukan yang malah kita persiapkan untuk diperhitungkan di hadapan-Nya?
Renungkanlah wahai diri…
Hidup ini sementara. Kita hanya si penunggu giliran. Giliran kapan malaikat izroil akan menjemput kita untuk pulang ke hadapan-Nya. Sebelum terlambat. Sebelum ada hari di mana penyesalan tidak lagi berguna. Mari kita sama-sama perbaiki diri, agar kelak kita tak mencelakai diri.
Wallahu’alam.[]
EmoticonEmoticon