Benarkah ketika Bintang Jatuh Kita Harus Berdoa?

ANDA pasti pernah mendengar istilah bintang jatuh. Apa yang Ada di benak Anda ketika mendengar bintang jatuh? Apakah Anda langsung mengangkat tangan dan berdoa?
Entah darimana sebagian orang mendapatkan dalil (keterangan) untuk melakukan ritual doa saat ada bintang jatuh tersebut. Padahal di dalam Al Qur’an dijelaskan dengan jelas mengenai fenomena-fenomena dan fungsi masing-masing komponen (benda) langit.
Salah satunya adalah mengenai bintang yang diberi amanah oleh Allah. Berlaku sebagai sebuah petunjuk yang mempermudah perjalanan kaum manusia yang berjalan di darat dalam kegelapan malam dan juga saat berlayar dalam pekatnya malam di tengah lautan.
“Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui,” (QS. Al An’aam [06] : 97).

Dan juga sebagai hiasan indah bagi langit di malam hari yang dapat membuat mereka yang memandangnya menjadi kagum dan dapat mengambil inspirasi indah dari bintang-bintang ini, seperti yang dilakukan oleh para pujangga, penyair dan para kaum pengagum keindahan lain yang membutuhkan inspirasi-inspirasi indah dalam tiap karyanya.

“Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui,”(QS. Al Fushilat [41] : 12).

Dan tentunya masih banyak lagi fungsi dan kegunaan bintang gemintang ini, tergantung pada mereka yang mengagumi dan mengambil manfaat darinya.
Setelah kita mencerna dengan akal sehat mengenai fungsi bintang dan juga muasal terjadinya fenomena “indah” yang disebut sebagai bintang jatuh tersebut, marilah secara bijak dan perlahan kita buka tabir gelap di balik kebiasaan berdoa memohon sesuatu kepada si bintang jatuh itu.

Dikutip dari baitulmaqdis.com, dalam Al Qur’an disebutkan sebagai berikut, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya). Dan Kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk. Kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang,” (QS. Al Hijr [15] : 16-18).

Dari penjabaran ayat di atas dapat kita ketahui bahwa Setan (Laknatullah alaihi) ketika berusaha mencuri berita (ghaib) dari langit yang dapat mereka dengar dari malaikat yang dalam salah satu penjelasan, setan mengetahui jika para malaikat akan membicarakan masalah-masalah rahasia (Ghaib), mereka mengibaskan sayapnya dan hal ini diketahui oleh para setan yang licik yang sudah lama mengintai untuk mencuri berita langit.

Salah satu alasan setan melakukannya adalah karena saat itu kawan dekat mereka dari kalangan manusia (dukun atau peramal) meminta bantuannya untuk mencuri berita langit mengenai sesuatu hal misalnya untuk digunakan sebagai dalil kuat ramalan mereka tentang sesuatu terhadap seseorang. Dan upaya pencurian kabar langit ini bukan tanpa resiko. Karena seturut penjelasan Al Qur’an, ketika para setan (jin) melakukannya maka saat itu pula mereka akan dikejar oleh “Semburan Api yang terang” (QS. Al Hijr [15] : 18) atau disebut juga dengan “Suluh Api yang cemerlang” (QS. As Shaaffaat [37] : 10).

Dan hal ini juga sesuai dengan pengakuan para pelakunya sendiri (setan atau jin) yang dapat kita baca dan dengar dalam transkrip percakapan/pengakuan mereka yang telah direkam dengan apik oleh kitab suci kita berikut ini :

“Dan sesungguhnya kami (Setan atau jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. Dan sesungguhnya kami (Setan/Jin) dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya), Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka,“ (QS. Al Jin [72] : 8-10).

Kata-kata “Semburan Api yang terang” (QS. Al Hijr [15] : 18), “Suluh Api yang cemerlang” (QS. As Shaaffaat [37] : 10), hingga “Panah Api yang mengintai” (QS. Al Jin [72] : 09) dalam penjelasan di atas dapat pula kita artikan sebagai sesuatu yang kini disebut sebagai “Bintang Jatuh”.


EmoticonEmoticon