Ibnul Qayyim mengatakan bahwa sesungguhnya orang yang durhaka itu
selamanya bila mendengar suara tiupan angin yang sepoi-sepoi, dia
mengira suaranya keras.
“Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka.” (QS. Al Munaafiquun (63): 4).
Seperti inilah realita orang-orang yang
durhaka. Seandainya pintu bergerak, dia takut; dan seandainya petugas
keamanan melihatnya, dia langsung berhati ciut.
Pernah ditanyakan kepada Abu Mu’adz
ar-Razi: “Apakah seorang hamba akan merasakan manisnya ketaatan manakala
dia berniat melakukan maksiat?” Abu Mu’adz menjawab: “Tidak, demi
Allah, hal ini sama sekali tidak akan terjadi. Bahkan seandainya
seseorang baru berniat saja untuk itu tanpa mengerjakannya, dia tidak
akan merasakan manisnya ketaatan, bahkan yang dirasakannya adalah
kerenggangan hubungan.” Kerenggangan hubungan ini mempunyai pengaruh
yang besar dalam diri pelakunya.
Sebagian orang ada yang tidak percaya
dengan janji Allah, yakni ayat-ayat harapan dan ayat-ayat yang
menerangkan janji yang baik. Sebagian di antara kita ada yang tidak
percaya dengannya dan tidak pula melakukan hal yang membenarkannya. Oleh
karena itu, bila kita membaca mush-haf menyangkut ayat-ayat yang
membicarakan tentang surga dan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT
seakan-akan bukan ayat, padahal kita diperintahkan untuk berbaik sangka
kepada Allah SWT dengan cara memperbaiki amal perbuatan sebagai
pembuktiannya.
Demikian pula hendaknya seseorang jangan
berburuk sangka terhadap dirinya sendiri dengan beranggapan bahwa
hubungan antara dirinya dan Allah terputus, sehingga ada yang mengatakan
bahwa latar belakang yang menjerumuskan seseorang ke dalam anggapan
seperti ini termasuk ke dalam bab kemunafikan.
Sebagian orang-orang yang fasiq adalah
orang yang paling banyak tertawa, tetapi dalam dirinya penuh dengan
kefrustasian dan kekalahan. Bahkan seorang ulama ada yang menyebutkan
bahwa di sana terdapat 20 manzilah bagi kalbu yang dimulai dengan
ketidakpuasan dan diakhiri dengan terkunci mati hatinya. Allah SWT
berfirman:
“Bahkan sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya.” (QS. An-Nisa: 155).
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).
Memang kematian kalbu tidak terasa.
Barang siapa yang berjiwa rendah
akan mudahlah melakukan kerendahan baginya
sebab luka yang menimpa tubuh yang sudah mati
tidak akan terasa sakitnya
Sebagian ulama ada yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
“Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka.” (QS. Ali Imran: 135).
Bahwa sesungguhnya beratnya darah dan
daging berkesudahan akan membuat perasaan dan indera sebagian orang
menjadi mati rasa dan rusak fitrah sehatnya. Dengan demikian, Anda
menjumpai sebagian orang melakukan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan
seperti gunung banyaknya, sedang yang bersangkutan tidak merasakannya.
Anehnya, dia begitu menyukai lagu-lagu,
merokok, dan durhaka terhadap Tuhan Yang Maha Pemurah, meskipun demikian
dia tidak merasakannya. Hanya kepada Allahlah kami memohon pertolongan
dari hal seperti ini.
[Syahida.com /Klinikf3cinoling]
==
Sumber: Kitab Hidupkan Hatimu, Karya:
Dr. ‘Aidh bin ‘Abdullah Al-Qarni. Penerjemah: Bahrun Abubakar Ihsan
Zubaidi, LC., Penerbit: Irsyad Baitus Salam
EmoticonEmoticon