Jauhkan Anak dari Sifat Ghibah Sejak Dini

Sebagai seorang Ibu yang memiliki anak tentu merupakan harapan agar anaknya menjadi seorang muslim yang baik hatinya, perilaku, serta pribadinya. Seorang Ibu tentu memiliki tanggung jawab lebih atas perilaku serta nasihat yang membentuk anak-anak mereka kelak. 

Di jaman yang modern ini tak jarang kita melihat lingkungan, acara telivisi yang tidak lagi mementingkan untuk saling menjaga perasaan. Acara gosip, menggunjing, gibah sudah menjadi hal yang lumrah di lingkungan serta media yang beredar yang jelas-jelas dilarang Oleh Allah dan Rasul-Nya, dan pastinya sangat bisa menyakiti perasaan orang lain.

“dan janganlah mencari-cari keburukan orang,” (QS. Al-Hujurat: 12).
“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara,” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

“Sesungguhnya apabila engkau mencari-cari aib orang lain, maka engkau telah atau hampir merusak mereka,” (HR. Abu Daud).

“dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya,” (Al-Hujurat: 12).

Dari Abu Hurairah, dia bekata : Ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang “apakah ghibah?” Beliau berkata ““Engkau menyebut-nyebut saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.” Beliau ditanya “Bagaimana menurutmu jika sesuatu yang aku sebutkan tersebut nyata-nyata apa pada saudaraku?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Jika memang apa yang engkau ceritakan tersebut ada pada dirinya itulah yang namanya ghibah, namun jika tidak berarti engkau telah berdusta atas namanya,” (HR Muslim).

Lingkungan saat ini tak jauh dari banyak tindakan yang dilarang agama yang anehnya dianggap lumrah. Ghibah salah satunya, akibat dari ghibah sangat besar dan membahayakan bagi pelakunya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan tegas-tegas mengatakan:

‘Aisyah berkata : Aku pernah berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam “Cukuplah bagimu Shafiyyah itu begini dan begini..” Maksud ‘Aisyah adalah bahwa Shafiyyah itu seorang wanita yang pendek. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata “Sungguh engkau telah mengucapkan kata – kata (buruk), seandainya (kata-kata buruk itu) dicampurkan ke laut, maka akan tercampur semuanya (menjadi busuk),” (HR. Abu Daud).

“Ketika aku diangkat (min’raj ke langit), aku melewati suatu kaum yang berkuku tembaga, mereka mencakar wajah dan dada mereka sendiri. Aku berkata “Siapakah mereka ya Jibril?” Jibril menjawab “Mereka adalah orang-orang yang suka memakan daging manusia (menggunjing) dan menodai kehormatan mereka,” (HR. Abu Daud).
Lingkungan yang terkadang menjadi pemicu akan perilaku anak nanti sangat perlu kita kontrol, tentu tidak dengan hal yang kasar, keras ataupun menakut-nakuti sang anak. Anak lebih condong menjadikan Ibu sebagai panutannya, karena Ibu lebih dekat dan lebih sering bersama dengan anak. Berikut ini sedikit kisah yang semoga bisa kita ambil pelajaran

Di sebuah lingkungan kecil ada seorang gadis kecil yang bernama Habibah berlari memasuki rumah. “Mah, Mah, ada yang sudah tak sabar ingin aku ceritakan kepada Mamah…”

“Tunggu sebentar,” sela Mamahnya dengan senyum bijak. “apa pun yang mau Bibah ceritakan ke mamah, apa Bibah sudah menyaringnya dengan tiga ayakan?”
“Tiga ayakan?” tanya bibah bingung.

“Iya, Sayang. Tiga ayakan! Mari kita lihat apakah cerita bibah akan melewati tiga ayakan itu. Ayakan pertama adalah kebenaran. Apa Bibah sudah fikirin yang ingin Bibah ceritakan merupakan kebenaran?”

“Yah,” kata Bibah ragu-ragu. “Aku mendengarnya dari orang lain, jadi aku tidak terlalu yakin…”

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,” (QS. Al-Ahzab: 70).

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah Shallallhu ‘Alaihi Wasallam berkata: “Hendaklah kamu harus selalu bersifat jujur, maka sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan membawa ke surga. Dan senantiasa seseorang bersifat jujur dan menjaqa kejujuran, sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Jauhilah kebohongan, maka sesungguhnya kebohongan membawa kepada kefasikan, dan sesungguhnya kefasikan membawa ke neraka.

Senantiasa seseorang berbohong, dan mencari-cari kebohongan, sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pembohong,” (HR. Muslim).

“Celakalah orang yang berbicara kemudian dia berdusta (dengan tujuan) untuk membuat orang-orang tertawa, celakalah dia, celakalah dia!” (HR. At-Tirmidzi).
“Baik,” kata Mamahnya. “Itu jawaban jujur. Kalau begitu mari kita coba menyaringnya dengan ayakan kedua.

Ini ayakan kebaikan. Karena apa yang mau Bibah ceritakan kepada Mamah belum tentu mengandung kebenaran, apakah setidaknya hal itu memiliki kebaikan?”

Bibah Menundukan matanya. “Yah, tidak,” akunya. “Tidak juga. Malah sebaliknya.”
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir,” (QS. Qaaf : 16-18).

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam,” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

“Nah,” lanjut Mamahnya yang bijaksana itu, “kalau begitu akan kita gunakan ayakan ketiga, untuk melihat apa yang mau Bibah ceritakan ke mamah, walaupun tidak benar ataupun baik setidaknya perlu?”

“Yah, tidak benar-benar perlu…” Bibah terdiam dan berfikir.
Dari Abu Hurairah radhiallahunhu dia berkata : Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda: “Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, bahwa dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya,” (HR. AT-Tirmidzi).

“Kalau begitu,” kata Mamahnya, memeluk Bibah dengan maklum, “Karena apa yang akan Bibah ceritakan kepada Mamah tidak benar, baik ataupun perlu. Mamah saranin kita menguburnya dalam-dalam di tanah pelupaan tempat kita biasa melupakan hal-hal yang biasa kita ingin lupakan, tempat cerita itu takkan pernah lagi menyakiti hati siapa pun.”

“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat,” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Mari ajarkan anak-anak kita untuk menghargai perasaan orang lain, menjaga perilaku dan sikapnya agar kelak tidak merugikan orang lain. []

Sumber: Kabarmuslimah

Cara Rasulullah SAW Mendidik Anak-anak

Rasulullah senang bermain-main (menghibur) dengan anak-anak dan kadang-kadang beliau memangku mereka. Beliau menyuruh Abdullah, Ubaidillah, dan lain-lain dari putra-putra pamannya Al-Abbas r.a. untuk berbaris lalu berkata, “Siapa yang terlebih dahulu sampai kepadaku akan aku beri sesuatu (hadiah).” Merekapun berlomba-lomba menuju beliau, kemudian duduk di pangkuannya lalu Rasulullah menciumi mereka dan memeluknya.

Ketika ja’far bin Abu Tholib r.a, terbunuh dalam peperangan mut’ah, Nabi Muhammad SAW, sangat sedih. Beliau segera datang ke rumah ja’far dan menjumpai isterinya Asma bin Umais, yang sedang membuat roti, memandikan anak-anaknya dan memakaikan bajunya. Beliau berkata, “Suruh kemarilah anak-anak ja’far. Ketika mereka datang, beliau menciuminya. Sambil meneteskan air mata. Asma bertanya kepada beliau karena telah mengetahui ada musibah yang menimpanya.

“Wahai Rasulullah, apa gerangan yang menyebabkan Anda menangis? Apakah sudah ada berita yang sampai kepada Anda mengenai suamiku Ja’far dan kawan-kawanya?” Beliau menjawab, “Ya benar, mereka hari di timpa musibah.” Air mata beliau mengalir dengan deras. Asma pun menjerit sehingga orang-orang perempuan berkumpul mengerumuninya. Kemudian Nabi Muhammad SAW. kembali kepada keluarganya dan beliau bersabda, “janganlah kalian melupakan keluarga ja’far, buatlah makanan untuk mereka, kerena sesungguhnya mereka sedang sibuk menghadapi musibah kematian ja’far.”

Ketika Rasulullah melihat anak Zaid menghampirinya, beliau memegang kedua bahunya kemudian menagis. Sebagian sahabat merasa heran karena beliau menangisi orang yang mati syahid di peperangan Mut’ah. Lalu Nabi Muhammad SAW. pun menjelaskan kepada mereka bahwa sesungguhnya ini adalah air mata seorang kawan yang kehilangan kawannya.

Al-Aqraa bin harits melihat Nabi Muhammad SAW. mencium Al-Hasan r.a. lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku mempunyai sepuluh orang anak, tetapi aku belum pernah mencium mereka.” Rasulullah bersabda, “Aku tidak akan mengangkat engkau sebagai seorang pemimpin apabila Allah telah mencabut rasa kasih sayang dari hatimu. Barang siapa yang tidak memiliki rasa kasih sayang, niscaya dia tidak akan di sayangi.”

Seorang anak kecil dibawa kepada Nabi Muhammad SAW. supaya di doakan dimohonkan berkah dan di beri nama. Anak-anak tersebut di pangku oleh beliau. Tiba-tiba anak itu kencing, lalu orang-orang yang melihatnya berteriak. Beliau berkata, “jangan di putuskan anak yang sedang kencing, biarkanlah dia sampai selesai dahulu kencingnya.”

Beliau pun berdoa dan memberi nama, kemudian membisiki orang tuanya supaya jangan mempunyai perasaan bahwa beliau tidak senang terkena air kencing anaknya. Ketika mereka telah pergi, beliau mencuci sendiri pakaian yang terkena kencing tadi.
Ummu Kholid binti kho;id bin sa’ad Al-Amawiyah berkata, “Aku beserta ayahku menghadap Rasulullah dan aku memakai baju kurung (gamis) berwarna kuning. Ketika aku bermain-main dengan cincin Nabi Muhammad SAW. ayahku membentakku, maka beliau berkata, “Biarkanlah dia.” Kemudian beliau pun berkata kepadaku, “bermainlah sepuas hatimu, Nak!

Dari Anas, diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW. selalu bergaul dengan kami. Beliau berkata kepada saudara lelakiku yang kecil, “Wahai Abu Umair, mengerjakan apa si nugair (nama burung kecil).”

Nabi Muhammad SAW. melakukan shalat, sedangkan Umamah binti zainab di letakkan di leher beliau. Di kala beliau sujud, Umamah tersebut di letakkanya dan bila berdiri di letakkan lagi dil leher beliau. Umamah adalah anak kecil dari Abu Ash bin Rabigh bin Abdusysyam .

Riwayat yang lebih masyhur menyebutkan, Rasulullah perna lama sekali sujud. dalam shalatnya, maka salah seorang sahabat bertanya,” Wahai Rasulullah, sesungguhnya anda lama sekali sujud, hingga kami mengira ada sesuatu kejadian atau anda sedang menerima wahyu. Nabi Muhammad SAW, menjawab, “Tidak ada apa-apa, tetaplah aku di tunggangi oleh cucuku, maka aku tidak mau tergesah-gesah sampai dia puas.” Adapun anak yang di maksud ialah Al-Hasan atau Al-Husain Radhiyallahu Anhuma

Ketika Nabi Muhammad SAW. melewati rumah putrinya, yaitu sayyidah fatimah r.a., beliau mendengar Al-Husain sedang menangis, maka beliau berkata kepada Fatimah, “Apakah engkau belum mengerti bahwa menangisnya anak itu menggangguku.” Lalu beliau memangku Al-Husain di atas lehernya dan berkata, Ya Allah, sesungguhnya aku cinta kepadanya, maka cintailah dia. Ketika Rasulullah SAW. sedang berada di atas mimbar, Al-Hasan tergelincir. Lalu beliau turun dari mimbar dan membawa anak tersebut.

Nabi Muhammad SAW. sering bermain-main dngan Zainab binti Ummu Salamah r.a. beliau memanggilnya, “Hai Zuwainib, hai Zuwainib berulang-rulang.”

Nabi Muhammad SAW. sering berkunjung ke rumah para sahabat Anshar dan memberi salam pada anak-anaknya serta mengusap kepala mereka.

Diriwayatkan, pada suatu hari raya Rasulullah SAW. keluar rumah untuk menunaikan shalat ID. Di tengah jalan, beliau melihat banyak anak kecil sedang berman dengan gembira sambil tertawa-tawa. Mereka mengenakan baju baru, sandal mereka pun tampak mengkilap.

Tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada salah seorang yang sedang duduk menyendiri dan sedang menangis tersedu-sedu. Bajunya kompang-kamping dan kakinya tiada bersandal. Rasulullah SAW, pun mendekatinya , lalu di usap-usap anak itu mendekapya ke dadabeliau seraya bertanya, “mengapa kau menangis, Nak .” Anak itu hanya menjawab, “biarkanlah aku sendiri.” Anak itu belum tahu bahwa orang yang ada di hadapannya itu adalah Rasulullah SAW. yang terkenal sebagai pengasih. “Ayahku mati dalam suatu pertempuran bersama Nabi,” lanjut anak itu. “Lalu ibuku kawih lagi. Hartaku habis di makan suami ibuku, lalu aku di usir dari rumahnya. Sekarang, aku tak mempunyai baju baru dan makanan yang enak.

Aku sedih melihat kawan-kawanku bermain dengan riangnya itu.” Baginda Rasulullah SAW. lantas membimbing anak tersebut seraya menghiburnya, “Sukakah kamu bila aku menjadi bapakmu, Fatimah menjadi kakakmu, Aisyah menjadi ibumu, Ali sebagai pamanmu, Hasan dan Husain menjadi saudaramu?”

Anak itu segera tahu dengan siapa ia berbicara. Maka langsung ia berkata, “mengapa aku tak suka, ya Rasulullah?” kemudian, Rasulullah SAW, pun membawa anak itu ke rumah beliau, dan di berinya pakaian yang paling indah, memandikannya, dan memberinya perhiasan agar ia tampak lebih gagah, lalu mengajak makan. Sesudah itu, anak itu pun keluar bermain dengan kawan-kawannya yang lain, sambil tertawa-tawa sambil kegirangan.

Melihat perubahan pada anak itu, kawan-kawannya merasa heran lalu bertanya, “Tadi kamu menagis, mengapa sekarang bergembira?” jawab anak itu, tadi aku kelaparan, sekarang sudah kenyang.

Tadi aku tak mempunyai pakaian, sekarang aku mempunyainya, tadi aku tak punya bapak, sekarang bapakku Rasulullah dan ibuku Aisyah.” Anak-anak lain bergumam, Wah, andaikan bapak kita mati dalam perang.” Hari-hari berikutnya, anak itu tetap di pelihara, oleh Rasulullah SAW. hingga beliau wafat.

Semoga kabar di atas bisa kita praktekan dalam mendidik anak-anak kita untuk menjadi anak yang sholeh dan shalihah, Aamiin. []

Sumber: Kabarmuslimah

Masya Allah, Inilah Keutamaan Membaca Surat Yasin

Membaca surat Yasin merupakan sebuah "ritual" yang biasa dilakukan umat muslim pada kesempatan-kesempatan tertentu. "Ritual" tersebut menjadi kebiasaan yang membawa banyak manfaat bagi kehidupan. Lalu, seperti apa manfaat surat Yasin?
Mendengar penggalan frasa itu, surat Yasin seolah sama dengan bahan-bahan obat yang bermanfaat untuk kesehatan. Pemilihan kata manfaat sepertinya cukup aneh. Akan lebih baik jika diganti dengan keutamaan surat Yasin. Tapi pilihan kata manfaat sepertinya juga tidak menjadi masalah. Karena toh sama-sama mengacu pada keutamaan atau dampak yang diberikan.
Yasin merupakan surat yang biasanya dibacakan ketika acara tahlilan atau setiap malam Jumat. Surat urutan ke-36 dalam Al-Quran ini terdiri dari 83 ayat. Termasuk ke dalam kategori surat Makkiyah atau surat yang turun di Mekkah. Ayat 1–21 termasuk dalam Juz ke-21, sementara 22–83 masuk ke dalam Juz ke-22.
Surat Yasin merupakan salah satu surat yang ada di dalam Al-Qur'an. Surat Yasin diwahyukan dari Allah kepada Nabi Muhammad Saw yang diturunkan di Mekah. Seperti yang kita sama-sama tahu bahwa surat-surat yang ada di dalam Al-Qur'an dibedakan menjadi dua. Yakni, surat Madaniyah dan Makkiyah.
Berdasarkan jumlahnya, surat yang diturunkan di Madinah atau disebut surat Madaniyah lebih sedikit dibandingkan dengan surat yang Allah Swt turunkan di Mekkah. Ada sekitar 23 surat yang diturunkan di Madinah dan sisanya diturunkan di Mekkah, yaitu sekitar 91 surat.
Surat-surat Allah yang diturunkan di Mekkah atau disebut surat Makkiyah tidak diturunkan dalam waktu satu atau dua hari. Nabi Muhammad Saw perlu mengumpulkan surat-surat tersebut selama 12 tahun lebih 5 bulan dan 13 hari. Hal itu dilakukan oleh beliau hingga mencapai usia 40 tahun.
Manfaat Surat Yasin, Keutamaan Surat Yasin
Setiap surat yang Allah Swt turunkan, pastilah memiliki keutamaan. Termasuk surat Yasin. Keutamaan surat Yasin ini nantinya berhubungan dengan manfaat surat Yasin untuk kehidupan manusia. Apa saja? Berikut adalah keutamaannya.
Surat ini menunjuk tentang keimanan seorang Muslim. Keimanan tersebut ditandai dengan "yakin akan adanya hari Kebangkitan kelak setelah hari Kiamat". Jika berpegang akan hal itu, kita tidak akan semata-mata mementingkan duniawi. Setelah kehidupan dunia, masih ada alam akhirat. Tempat kita di sana akan ditentukan amal selama kita hidup. Jika baik, maka kita layak masuk surga-Nya, jika buruk maka akan tersiksa di neraka.
Surat ini menyebutkan tentang para utusan Nabi Isa yang menemui penduduk Anthakiyah.
Menegaskan tentang beberapa hal, yaitu kemusyrikan, penciptaan makhluk yang berpasang-pasangan, bintang pada garis edarnya, ajal makhluk, dan hari kiamat
Manfaat Surat Yasin untuk Orang yang Sedang Menghadapi Maut
Anda pasti pernah beberapa kali melihat seseorang tengah membacakan surat Yasin untuk kerabatnya yang tengah sakaratul maut. Ini bukan tanpa alasan tertentu. Surat Yasin yang dibacakan kepada orang yang mendekati ajal dimaksudkan untuk menguatkan hatinya.
Ar-Razi menyebutkan dalam kitab at-Tafsirul Kabir bahwa dengan kondisi yang sangat lemah, seseorang perlu senantiasa diingatkan kepada Allah serta perbuatannya selama hidup. Keutamaan atau bisa dikatakan manfaat surat Yasin untuk mereka yang tengah menghadapi ajal bisa dikatakan sebagai pengingat apa-apa saja yang telah dilakukannya seumur hidup. Ini akan membuat orang tersebut tersadar dan mudah-mudahan tobat sebelum ajal menjemput
Selain itu, Allah Swt juga akan memberikan keberkahan dan rahmat berupa kemudahan, termasuk dalam keluarnya roh seseorang dari jasadnya jika surat ini senantiasa dibacakan pada orang yang tengah merengang nyawa. Demikian pendapat dari Ibnu Katsir. Kita tentunya berharap agar di saat terakhir hidup kita, tidak dilewati dengan penuh siksaan.
Rasulullah pernah bersabda:
Dalam sabdanya, beliau memerintahkan kita untuk membaca surat Yasin di samping orang yang sedang menghadapi mautnya. Nabi Muhammad Saw tidak serta-merta memerintahkan kita untuk membaca suatu surat jika surat tersebut tidak bermanfaat bukan? Begitulah logikanya.
Sebuah hadist, dari Maq'bal bin Yasar berbunyi:
"Surat Yaasin adalah jantung Al-Qur'an. Siapa saja yang membacanya semata-mata karena Allah Swt, dan berharap kebahagiaan akhirat maka ia akan diampuni. Maka bacakanlah Yaasin di samping saudaramu yang sedang sekarat."
Ada juga sebuah riwayat yang berkenaan dengan manfaat surat Yasin bagi mereka yang tengah menghadapi mautnya, "Ketika seorang muslimin dan muslimah dibacakan Yaasin saat menghadapi ajalnya, maka akan diturunkan 10 malaikat dari huruf-huruf Yasin yang dibaca. Para malaikat itu berdiri berbaris di samping yang sakit, membacakan shalawat dan istighfar kepadanya dan ikut menyaksikan saat dimandikan dan mengantarkan ia ke makam." (Tafsir Yasin lil Hamamy)
Lalu, bagaimana dengan pembacaan surat Yasin di malam Jumat? Adakah manfaat surat Yasin berkenaan dengan hal itu? Jika merujuk pada hadits sahih, sebenarnya tidak ada yang menyebutkan bahwa kita harus membacanya pada malam itu secara khusus. Ya, mari kita selaraskan dengan sabda Rasulullah Saw.
“Janganlah kamu mengkhususkan malam Jumat dengan suatu qiyam (shalat malam) di antara malam-malam lainnya. Janganlah kamu mengkhususkan hari Jumat dengan puasa tertentu di antara hari-hari lainnya, kecuali apabila hari itu bertepatan dengan puasa salah seseorang di antaramu.” (H.R. Muslim)
Pembacaan surat Yasin pada Kamis malam atau malam Jum'at memang sudah menjadi tradisi yang berlaku di masyarakat Indonesia. Memang tidak ada yang salah dengan ini, karena membaca surat-surat dari Allah Swt ganjarannya adalah pahala. Tapi, ternyata surat Yasin bukanlah surat utama yang wajib dibaca setiap malam Jum'at, melainkan surat Al-Kahfi.
Manfaat Surat Yasin, Yasin Fadhilah
Yasin Fadhilah merupakan kebaikan-kebaikan yang terdapat dalam Al-Quran. Fadhilah ini berbeda dengan fadhilah atau keutamaan membaca surat Yasin, namun perlu kiranya kita ketahui. Fadhilah Yasin pernah dibahas oleh KH. Zain Muallif dalam buku Menyingkap Rahasia Yasin Fadhilah dan Keampuhannya. Berikut adalah poin-poinnya:
Mengulang-ulang sebuah ayat berdasarkan hadits yang disampaikan oleh Abu Dzarrin r.a. yang berkata, “Nabi Saw. pernah bangun malam dengan membaca sebuah ayat dan mengulang-ulang ayat itu sampai pagi hari, yaitu ayat tu’adzdzibhum fa innahum ‘ibaaduka. (Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu).” (H.R. Nasa’i dan Ibnu Majah).
Menyelingi ayat yang satu dan yang lain dengan dzikir dan doa tentang kandungan ayat yang tengah dibaca. Hudzaifah bin al-Yaman berkata, "Pada malam hari, saya pernah shalat dengan Rasulullah Saw. lalu beliau membuka surat Al-Baqarah, Ali Imran, dan An-Nisaa’, kemudian membacanya dengan tartil. Apabila beliau melewati ayat yang di dalamnya terdapat tentang mensucikan Allah, maka beliau membaca subhanallah. Apabila melewati ayat tentang permohonan maka beliau berdoa, dan apabila beliau melewati ayat tentang perlindungan maka beliau memohon perlindungan kepada Allah.” (H.R. Muslim)
Pada setiap dzikir dan doa yang mengiringi ayat itu, dibuka dengan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga, dan para sahabatnya, lalu ditutup dengan “Bahwa Allah itu Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Masih berhubungan dengan hal ini, ada sebuah artikel yang berisi tentang manfaat surat Yasin, di antaranya apabila lapar dan membaca surat Yasin akan menjadi kenyang, jika tidak memiliki pakaian akan memiliki pakaian, jika belum menikah akan menikah, dan lain sebagainya. Sayangnya, artikel tersebut tidak menyebutkan hadits sahih yang mendasari hal tersebut dan menjelaskan tata caranya.
Surat Yasin dipilih untuk diturunkan Allah pada nabi terakhir atau nabi akhir zaman, yaitu Nabi Muhammad Saw. Sehingga, manfaat surat Yasin pastinya juga cukup istimewa. Dan semoga tidak ada yang meragukan hal tersebut.
Anda pernah mendengar ini, "Yaasin lima quriat lahu"? Artinya adalah surat Yasin dibaca sesuai dengan niat yang membacakannya. Surat Yasin bisa dibaca ketika kita hendak meminta kepada Allah tentang kemurahan rezeki, jodoh, kesembuhan dari sebuah penyakit, kekuatan ketika menghadapi cobaan dan keinginan apapun yang ada di dalam benak kita.
Sehingga, dapat juga diartikan bahwa manfaat surat Yasin adalah apa yang ingin dicapai oleh siapapun yang membacanya.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Nah itu dia manfaat membaca surat yasin yang mudah-mudahan bermanfaat pula untuk kita semua, sekali lagi kembali niat, Semoga Allah selalu memberi pertolongannya agar kita semua selalu mendapatkan petunjuk, dan kemudahan dalam berjuang dijalanNya. Aamiin Allahumma Aamiin

Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya. [HR Muslim, 3509].

Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan anda..aamiin
Insya'Allah Bermanfaat.. Barakallah untuk anda..

 Mari LIKE & SHARE postingan ini agar pahala menebar kebaikan juga anda dapatkan..

AIB?

Oleh: Daud Farma

BERSYUKURLAH, Allah, masih menutupi aibmu. Berterimakasihlah, kepada orang yang masih merahasiakan aibmu. Sungguh, kalau saja aib itu dipublikasikan oleh, Allah, dan disebarkan oleh orang yang menyimpan aibmu, kau adalah orang yang teramat hina di mata orang lain.

Mungkin, dengan melihatmu sekilas dari luarmu, penampilanmu, orang akan menilaimu dengan point yang positif,sedangkan mereka tidak tahu bahwa aibmu begitu besar.

Berterimakasihlah, selagi ada yang mengingatkanmu ketika kamu khilaf, lupa dan salah. Apa jadinya kalau tidak ada yang mengingatkan? Mungkin, akal sehatmu sudah tak terkontrol dengan baik.

Berita Gembira untuk Para Pendosa
Hari ini, esok, nanti dan seterusnya adalah memperbaiki kesalahan yang lampau, memperbaiki diri dengan berbuat baik dan memohon ampun kepada-Nya, sungguh Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang. Menerima taubat hamba-Nya.

Cukup, kesalahan yang lalu adalah pelajaran untuk lebih hati-hati lagi kedepannya.
Semoga Allah menutupi aib-aib kita, semoga mereka yang merahasiakan aib kita, tetap merahasiakannya.

Kaca yang berdebu, kalau setiap hari dilap, maka akan terus bening. Dan kesalahan yang terus ditebus dengan taubat, insyaAllah akan lebih menjadi pribadi yang baik. Namun, apabila kaca terus dibiarkan berdebu, maka takkan pernah bening adanya.

AKHLAK MULIA

Agama Islam amat menitik beratkan soal akhlak dalam kehidupan seharian. Antara misi dakwah utama yang dibawa dan disampaikan oleh Rasulullah SAW adalah untuk membina akhlak manusia. Akhlak merupakan roh Islam, agama tanpa akhlak diibaratkan seperti jasad yang tidak bernyawa.
Akhlak adalah bermaksud budi pekerti, kelakuan, tingkah laku yang baik. Dijelaskan oleh Allah SWT melalui firman-Nya yang menyebutkan ketinggian akhlak nabi dalam surah al-Qalam ayat 4:
Maksudnya :
Sesungguhnya padamu (Muhammad) akhlak yang tinggi”.
Akhlak yang mulia merupakan tingkah laku yang terhasil daripada diri seseorang itu melalui sikap dan keperibadian yang ditonjolkannya. Realitinya, akhlak terpuji mampu menawan hati orang lain sebagaimana akhlak Nabi SAW.

Keunggulan dakwah dan tarbiah nabi adalah terletak pada akhlaknya manakala akhlak yang buruk pula adalah sangat dibenci sehingga Rasulullah pernah memohon perlindungan Allah supaya terhindar daripada akhlak yang buruk sebagaimana hadis yang diriwayatkan daripada Qutbah bin Malik R.Anhu bahawa Nabi SAW berdoa:
“Ya Allah, aku momohon perlindungan-Mu daripada kemungkaran akhlak, amalan yang buruk dan hawa nafsu yang jahat”. (Riwayat at-Tirmizi).

Sumber akhlak Islam adalah al-Quran dan as-Sunnah yang diwariskan oleh Rasulullah SAW. Kecemerlangan hidup didunia dan diakhirat tidak akan dapat dicapai selagi mana akhlak tidak  dilaksanakan seperti yang dituntut oleh al-Quran dan al-Sunnah. Rasulullah SAW mendidik para sahabat dengan akhlak yang mulia sehingga dapat membentuk sebuah masyarakat Islam yang unggul, beriman, bertaqwa serta cenderung mencintai kebaikan dan kebajikan.
Tanggungjawab membentuk akhlak merupakan satu agenda besar bertepatan dengan hadis daripada Abu Hurairah R.Anhu bahawa Rasulullah SAW bersabda:
Maksudnya :
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. (al-Baihaqi).
Antara ciri-ciri akhlak mulia dan terpuji Rasulullah SAW dan boleh diamalkan oleh umat Islam adalah :
1. Bersifat warak dari melakukan perkara-perkara yang syubhat
2. Memelihara penglihatan dari perkara-perkara yang dilarang Allah
3. Memelihara lidah daripda kata-kata keji
4. Bersifat lembut dan sabar dalam menghadapi ujian
5. Bersifat benar dan jujur dalam hidup bermasyarakat
6. Bersifat rendah diri dalam pergaulan
Secara tidak langsung akhlak mempunyai hubungan dengan aqidah dan syariat. Di dalam al-Quran Allah SWT menyeru orang-orang yang beriman supaya mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh. Firman Allah didalam surah al-Baqarah ayat 208 :
Maksudnya :
 “Wahai orang-orang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya ...”.
Setiap amalan dan perbuatan manusia hendaklah berlandaskan kepada ajaran Islam yang lengkap meliputi aspek ibadah, akhlak, muamalah dan sebagainya. Apabila seseorang hamba menyakini bahwa Allah tuhan yang telah memberikan segala kenikmatan hidup, maka mereka akan membentuk akhlak dengan memantapkan keyakinan dan iktiqad berasaskan ilmu tauhid.

Pemantapan iman dan islam ini disusuli dengan melaksanakan dan mengerjakan amalan-amalan yang diperintahkan oleh Allah SWT didalam kehidupan seharian. Akhirnya akhlak akan terhasil melalui perlakuan-perlakuan baik itu secara mudah, istiqamah dan ikhlas.

Akhlak yang mulia adalah merupakan tanda dan kesan dari iman dan aqidah yang luhur. Tidak ada nilai bagi iman yang tidak disertai dengan akhlak. Ia diibaratkan seperti rumah kosong yang tidak berpenghuni.
Akhlak adalah buah daripada ibadah. Ibadah yang sempurna membuahkan akhlak yang baik dan ada nilainya di sisi Allah SWT.
Sebaliknya ibadah yang membuahkan akhlak yang buruk, menandakan bahawa ibadah yang dilakukan selama ini tidak sempurna dan tiada nilainya di sisi Allah SWT.

Mereka dikalangan orang-orang yang beribadah tetapi ibadah mereka tidak membuahkan akhlak yang baik. Mereka solat, berpuasa, berzakat tetapi ucapan dan kata-kata masih menyakitkan hati orang lain, hati mereka penuh dengan sifat hasad. Jika demikian hasilnya maka ibadah mereka ditolak oleh Allah SWT.
Abu Hurairah R.Anhu meriwayatkan bahawa seorang lelaki bertanya kepada Nabi SAW dengan katanya:
Maksudnya :
“Wahai Rasulullah, ada seorang wanita yang terkenal dengan banyak shalat, puasa dan sedekah, hanya saja ia menyakiti tetangganya dengan lisannya”.

Jawab Nabi SAW: “Dia di neraka”.

Tanya lelaki itu lagi kepada Nabi SAW:
َ
“Wahai Rasulullah, ada seorang wanita yang terkenal dengan sedikit puasa, sedekah dan shalatnya, ia hanya bersedekah dengan sepotong keju, tetapi ia tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya”.

Maka jawab Nabi SAW: “Dia di syurga”. (Riwayat Ahmad).
Dewasa ini, terdapat segelintir individu yang mengamalkan cara hidup beragama tetapi tidak menitik beratkan aspek akhlak dan nilai mulia pada peribadinya. Mereka beranggapan bahawa pemahaman mereka sahaja yang betul dan perlu diikuti. Bahkan, mereka mudah mengucapkan kata-kata yang buruk, lucah dan kasar dengan melontarkan berbagaibagai andaian buruk dan tuduhan kesesatan ke atas orang lain yang tidak bersependapat dan sealiran dengan mereka.
Di akhir-akhir ini terdapat beberapa gejala sosial yang merosakkan masyarakat seperti anak membunuh ibu, suami mendera isteri, ada juga beberapa kumpulan remaja yang sanggup membakar pusat pengajian tahfiz lantaran dipengaruhi najis dadah. Oleh itu, akhlak Islam sangat penting dalam mencorakkan kepribadian individu dan masyarakat kerana ia membentuk tingkahlaku, perbuatan dan amalan seharian yang kita lakukan dan sebagai kesempurnaan ibadah yang dikerjakan.
Kesimpulan khutbah yang dapat diambil pengajaran pada hari ini adalah :
1. Umat Islam mestilah berakhlak dengan akhlak yang mulia bertunjangkan kepada akidah yang benar.
2. Umat Islam hendaklah menjauhi akhlak yang buruk supaya dapat mengelakkan amalan ditolak oleh Allah SWT lalu dihumbankan kedalam api neraka Allah SWT.
3. Umat Islam hendaklah menjadikan Rasulullah SAW sebagai tauladan yang baik dalam kehidupan seharian.
Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik, iaitu bagi orang yang sentiasa mengharapkan (keredaan) Allah dan (balasan baik) hari akhirat, serta ia pula menyebut dan mengingati Allah banyak-banyak (dalam masa susah dan senang)”. (al-Ahzab : 21).

Obati Hati yang Luka Dengan Membaca Al-Qur’an

Klinik F3 Cinoling. Hati merupakan perkara yang sangat sensitif. Jika ia diperlakukan secara lemah lembut dan halus ,ia akan terjaga dan merasa nyaman. Tapi, jika tergores dan diperlakukan kasar, secara sengaja atau tidak ia akan terluka.

Jikalah hati itu terluka, banyak orang bertanya apa obat hati yang terluka?
Jauh-jauh hari Allah telah menyediakan obat yang mujarap bagi hati yang terluka, ialah Al-Qur’an.

“Dan telah Kami turunkan dari Al-Quran sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Sementara bagi orang-orang yang zalim, ia hanyalah menambah kerugian,” (QS. Al-Isra’ [17]: 82).
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman,” (QS. Yunus [10]: 57).

Berdasarkan penelitian Lembaga Ilmu Kedokteran Islam di Amerika, menunjukkan bahwa bacaan Al-Quran dapat menurunkan ketegangan pada hampir seluruh pasiennya. Diperkirakan 97 persen pasien menjadi mengendor jaringan dan organ sarafnya yang sebelumnya sangat tegang, setelah rajin membaca dan menghayati Al-Quran.

Penelitian ini dilakukan dengan waktu yang cukup lama. Sampel yang diambil dai kaum Muslimin Arab maupun non-Arab, yang berbahasa Arab maupun bukan, atau yang non-Muslim sekalipun. Hasilnya sangat menakjubkan, sekitar 97 persen pasien menjadi lebih tenang akibat pengaruh bacaan Al-Quran.

Sumber:www.tiaapriati.blogspot.com

Ketaatan Anak Hanya Pada Perintah Ibu Bapa

Rupanya masih ramai yang terkeliru antara ketaatan, penghormatan dan keutamaan terhadap ibu bapa. Hukum asalnya anak-anak wajib mentaati ibu bapa berdasarkan al-Quran dan Hadis. Setelah masing-masing mentaati ibu bapa bertemu pula dengan sebuah hadis yang menyebut tiada ketaatan dalam perkara yang membawa maksiat atau dosa. Di sini mereka mula keliru lalu anak-anak dengan senang-senang memaki hamun ibu bapa yang membuat dosa dan maksiat.

Perlu dijelaskan di sini, mentaati adalah pada perintah, maknanya kalau ibu bapa memerintah anak itu melakukan sesuatu maka wajiblah ditaati sama ada redha atau tidak. Maka kalau ibu bapa suruh anaknya bercakap baik, wajiblah dia mentaatinya. Kalau ibu bapa suruh anak itu beri sedekah kepada orang miskin maka wajib lah dia memberi, kalau ibu bapa suruh anaknya belajar sungguh-sungguh wajiblah dia mentaatinya. Tapi kalau dia suruh anaknya main judi, tak wajib taat, kalau ibu bapa suruh anaknya beli rokok tidak wajib taat.

Persoalan sekarang, apabila anak tidak wajib taat perintah ibu bapa tersebut, bolehkah mereka menengking atau membenci ibu bapanya? Anak-anak sama sekali tidak boleh bertindak sedemikian terhadap ibu bapa. Sebaliknya anak-anak tetap wajib menghormati ibu bapanya dalam keadaan apa sekali pun. Maknanya anak wajib menghormati ibu bapanya sebagai ibu bapa, bukan kawan apatah lagi musuh. Bercakap dengan sopan dan tidak meninggikan suara di hadapannya.

Jelas di sini, menghormati ibu bapa bukan sahaja pada keadaan dia memerintah tetapi dalam semua keadaan. Sebagai contoh, isteri wajib taat kepada suaminya, dan tidak wajib taat kepada ibu bapanya, namun dia tetapi wajib menghormati kedua-duanya. Kalau begitu tentu tidak wajar anak menengking ibu bapanya apabila ibu bapa tidak mahu mengikut kehendaknya. Ingatlah sikap anak ini adalah termasuk dalam kategori anak derhaka.

Menyedari keadaan itu, si anak tidak boleh bersangka buruk kepada ibu bapanya. Maka kalau ada desas desus orang lain menceritakan keburukan ibu bapanya dia wajib mempertahankan ibu bapanya dan pada masa yang sama perlu mendapatkan pejelasan ibu bapanya dengan cara terhormat. Kalau memang mereka bersalah nasihatkan dengan baik agar bertaubat, bukan memulaukan mereka.

Selain itu timbul soalan lain berdasarkan hadis Nabi SAW yang bermaksud: Abu Hurairah radhiallahu ‘anh berkata: Seorang lelaki datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya: “Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku layan dengan sebaik-baiknya?” Baginda menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Baginda menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Baginda menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Baginda menjawab: “Ayah kamu.” (Bukhari dan Muslim)

Apa yang disebut dalam hadis ini bukan isu mentaati atau menghormati tetapi di sudut keutamaan antara kedua ibu bapa itu siapa yang lebih berhak diberi perhatian. Rasulullah menetapkan bahawa ibu yang patut diberi keutamaan berbanding bapa. Maknanya soal taat sama, soal menghormati sama, tetapi dalam soal keutamaan berbeza.
Jadi, jangan ada dalam kalanang umat Islam yang mengatakan anak wajib lebih mentaati ibu daripada bapanya. Kesilapfahaman ini perlu diperbetulkan semula.
Sebenarnya konsep ini boleh dipakai dalam soal mentaati pemimpin dan suami. Maka rakyat wajib mentaati pemimpin dalam soal perintah dan wajib menghormati pemimpin atas sifatnya sebagai seorang pemimpin. Semoga dengan penjelasan ini umat Islam akan lebih harmoni dalam rumah tangga dan bernegara. Wallahu aklam.

(Oleh: Ustaz Ahmad Baei)

Bunda, Jangan Salah Kaprah Tentang Pendidikan Anak

Pendidikan anak menjadi salah satu hal yang sangat penting bagi sebuah keluarga di zaman sekarang. Keluarga yang biasanya memutuskan untuk memiliki 2 anak ini, secara positif menjadikan pendidikan anak sebagai salah satu yang wajib untuk dipersiapkan.


Tak sedikit dari mereka yang menyediakan biaya besar demi pendidikan buah hatinya.
Keterbukaan fikiran orang tua terhadap pentingnya pendidikan, rupanya menjadikan sekolah-sekolah saling berlomba untuk memperbaiki diri dan mengembangkan sarana prasarananya.

Tak lupa pula strategi marketing pun dibuat sedemikian rupa agar sesuai dengan visi sekolah dan keadaan pasar. Contohnya, jauh dari zaman ini, kita tahu bahwa pesantren pernah menjadi primadona bagi dunia pendidikan.

Beberapa tahun lalu, ramai sekali sekolah berlabel Internasional didirikan dan di waktu yang hampir bersamaan pula tak sedikit sekolah berlabel Islam Terpadu bermunculan. Dikutip dari ISC Research, Sekolah Internasional di Indonesia mencapai 192 sekolah, jumlah tersebut adalah yang terbanyak di Asia Tenggara dan peringkat ke-10 di dunia.

Fasilitas eksklusif dan dibarengi dengan kurikulum yang sesuai visi serta selera pasar pun menjadi hal yang dijual oleh sekolah. Banyaknya pilihan sekolah yang menjual eksklusifitas saat ini, membuat para orang tua menjadikan sekolah secara utuh sebagai wadah belajar anak yang sempurna.

Banyak orang tua yang menaruh harapan besar terhadap anak dan sekolah ketika mereka mendaftarkan anaknya tersebut.
Sebaliknya pun banyak sekolah yang ingin menerima anak secara instan dengan diselenggarakannya ujian seleksi masuk bagi Sekolah Dasar. Hal ini jelas membuat bergesernya tujuan pendidikan itu sendiri. Hubungan dunia pendidikan tak lagi terjalin komunikasi segitiga yang baik antara anak, orang tua dan guru, namun sudah seperti hubungan antara produsen dan konsumen.

Harapan besar orang tua terkadang membuat tekanan terhadap anaknya sendiri dan guru sebagai orang yang disebut bertanggung jawab besar atas perkembangan pendidikan anaknya. Tak sedikit dari mereka yang akan marah ketika anaknya mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan, bahkan jika justru anaknya yang salah. Orang tua seakan tak peduli akan proses pembelajaran anak, tapi yang mereka pedulikan adalah hasil pembelajaran anaknya, hasil itu pun sayangnya terukur hanya sebatas angka, bukan value.

Orang tua akan senang jika anaknya pandai dalam pelajaran dan mendapatkan nilai bagus, sebaliknya mereka akan kebakaran jenggot jika anaknya tak faham bahkan dalam hanya salah satu materi pelajaran. Parahnya, orang tua pun menuntut tingkah laku anak terhadap sekolah, mereka akan menanyakan kepada gurunya jika anaknya berbuat kenakalan di rumahnya.

Lucu memang, seakan orang tua sudah lupa bahwa pendidikan diawali justru dari rumah. Bahkan guru utama seorang anak adalah orang tuanya sendiri.

Namun, lagi lagi biaya mahal menjadi alasan yang cukup untuk orang tua membebankan segalanya terhadap sekolah, termasuk tingkah laku anak. konsumen adalah raja, kurang lebih seperti itulah hukumnya.

Guru pun haram hukumnya melakukan kesalahan sekecil apapun di dalam bisnis ini. Dan anak tentu saja menjadi korban ambisi eksklusifitas dunia pendidikan dan orang tua, pendidikan yang menyenangkan dan dunia bermain harus bergeser dengan kewajiban menguasai Bahasa Inggris dan hitungan.

Padahal menurut Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010, Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Selain itu pula, bertujuan untuk mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, kinestetis, dan sosial peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan.

Pendidikan anak memang sangat penting untuk tumbuh kembangnya, namun jika pendidikan mulai bergeser dan salah kaprah maka justru anak lah yang menjadi korban karena anak merupakan objek dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan selayaknya dijadikan wadah bagi seorang anak untuk berproses dari ketidak fahaman menjadi faham, bukan justru wadah yang instan.

Maka perlu adanya pemahaman yang baik tentang bagaimana peran guru, sekolah, anak, dan orang tua.
Dan ekslusifitas sekolah selayaknya bukan menjadi bahan untuk jualan saja, namun secara utuh untuk mendukung kegiatan belajar mengajar anak dan guru. Sehingga tercipta lingkungan yang menyenangkan untuk anak belajar sesuai dari tujuan belajar itu sendiri.

Ketika Orangtua Membiarkan Sang Anak Pacaran

Di zaman sekarang tak sedikit orangtua yang gundah bila anaknya belum punya pacar. Malah ada yang menganggap pacaran itu hak asasi anak. Kita juga cenderung mendorong remaja untuk memiliki pacar. Lihat saja, jika bertemu kenalan yang membawa anak remajanya, kita dengan entengnya bertanya, “Sudah punya pacar belum?”

Di lingkungan sekolah, kondisinya tak berbeda jauh. Ada guru yang menjodoh-jodohkan siswanya atau meledek anak didiknya karena tidak punya pacar. Begitu pula masyarakat, kurang memberi nilai-nilai yang baik. Tayangan di media pun yang mengandung konten baik terbatas, sedangkan yang buruk banyak.

Semua itu seolah membenarkan remaja untuk mengekspresikan rasa sukanya kepada lawan jenis dengan cara berpacaran. Padahal, perilaku yang jelas-jelas termasuk zina ini sudah menimbulkan dampak buruk, bukan hanya bagi remaja yang melakukan, tetapi juga bagi masyarakat dan negara.

Demi Cinta

Tak sekadar saling suka, dengan dalih membuktikan cintanya, hubungan seks telah menjadi hal lazim dilakukan remaja yang berpacaran. Pada tahun 2012 saja, berdasarkan hasil penelitian Komnas Perlindungan Anak terhadap perilaku seks di kalangan remaja SMP dan SMA, dari 4.726 responden, sebanyak 93,7% mengaku sudah tidak perawan dan 21,6% sudah pernah melakukan aborsi. Angka ini dikatakan terus meningkat setiap tahunnya.

Memang, perilaku seks bebas dan aborsi yang melanda kaum remaja serta pornografi, kriminalitas, dan sebagainya, sangat mengkhawatirkan. Bukan hanya di kota besar, tapi juga di kota kecil. Ambil contoh, di Yogyakarta, sepanjang 2015, Dinas Kesehatan DIY melansir ada 1.078 remaja usia sekolah di Kota Pelajar itu yang melakukan persalinan. Dari angka tersebut, 976 di antaranya hamil di luar pernikahan. Sementara di Ponorogo, dari Januari-Juni tahun ini, tercatat 47 pelajar SMP dan SMA yang hamil di luar nikah.

Tidak Disiapkan

Lantas apa yang membutakan remaja sehingga rela menyerahkan kesucian diri dan tidak takut melanggar norma sosial serta aturan agama? Menurut Dra. Perwitasari, Psi, psikolog dan trainer Yayasan Kita dan Buah Hati, ada beberapa faktor penyebab;

Pertama, pengaruh era digital kini dengan segala kemudahan mengakses konten, adegan, foto, atau film yang mengandung pornografi. Belum lagi media yang menggaungkan gaya hidup berpacaran dan seks bebas, menjadikan itu hal yang lumrah, bahkan dianggap keren. Tak heran, remaja sekarang disibukkan dengan urusan pacaran agar tak menyandang status jones (jomblo ngenes) alias lajang yang tidak keren dan kerap jadi target ejekan sebayanya. “Dan parahnya, untuk menunjukkan kesetiaan, mereka melakukan hubungan seks,” ujar Perwitasari, seraya menyesalkan adanya pesan seks aman yang dipromosikan kepada remaja, bukannya malah tentang pentingnya menjaga kesucian diri.

Kedua, lanjut Perwitasari, kondisi yang terjadi pada kebanyakan anak sekarang. Umumnya mereka tidak dididik oleh orangtuanya karena sibuk bekerja, sehingga anak disubkontrakkan pengasuhannya kepada kakek-nenek, pembantu, atau bahkan ditinggal sendiri di rumah dengan diberi “teman” berupa televisi dan telepon seluler. Ini menyebabkan kurangnya kelekatan emosi dan komunikasi antara orangtua-anak. Secara emosi anak tidak dekat dengan orangtua, tidak ada sentuhan, tiada tempat untuk mengadu, berkeluh kesah, dan bermanja-manja.

“Akibatnya, mereka cenderung mencari orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka mendapatkan kasih sayang. Anak perempuan mencari remaja lelaki, begitu pula sebaliknya, agar bisa memperoleh kasih sayang yang tidak mereka dapatkan dari orangtua,” jelas psikolog alumnus Universitas Indonesia ini. Yang lebih mengenaskan lagi, imbuh Perwitasari, ideologi LGBT kini kuat sekali digaungkan, sehingga muncul pula kasus anak-anak yang terlibat perilaku seksual sesama jenis.

Selain faktor-faktor tersebut, satu hal yang juga amat berperan dalam persoalan cinta remaja yang kebablasan ini adalah tidak disiapkannya remaja oleh orangtua untuk mengelola rasa sukanya pada lawan jenis dan dorongan seksual yang timbul seiring berkembangnya organ-organ seksual mereka. Tertarik pada lawan jenis, kata Perwitasari, adalah hal yang wajar terjadi pada remaja dan itu menandakan dirinya normal. Namun, itu harus dikendalikan agar tidak menjadi perilaku seksual yang kebablasan.

“Sayangnya, kita tidak mengajarkan anak bagaimana mengatasi dorongan seksual itu, tidak menanamkan pentingnya menjaga kesucian diri dan menekankan bahwa perilaku seksual hanya boleh pada laki-laki dan perempuan yang sudah resmi menikah, juga tidak memenuhi kebutuhan psikologis mereka,” ujar Perwitasari. Maka, banyak remaja kita lihat kini memiliki fisik matang, tetapi tidak dibarengi dengan kematangan pada sisi emosi, sosial, spiritual, tanggung jawab, kemandirian, dan kemampuan mengontrol diri.

Bukan hanya itu, orangtua juga tidak punya program untuk meng-install nilai-nilai Islam kepada anak-anaknya. Mungkin saja anak belajar agama di rumah ataupun sekolah, tapi jika hanya sampai tataran pengetahuan (kognitif), tidak benar-benar memahami dan menghayatinya, pagar yang membatasi remaja pada hal-hal yang dilarang agama sangatlah rapuh.

Bagaimana bila dorongan seksual yang dimiliki kalangan muda ini tak bisa dikendalikan, apakah menikah bisa menjadi solusinya? Perwitasari sepakat dengan hal ini. Namun, ia menekankan, yang bersangkutan perlu belajar agar dapat menikah secara bertanggung jawab. “Karena itu, seharusnya orangtua menyiapkan anak sejak sebelum baligh agar dia matang secara emosional, sosial, bertanggung jawab, mandiri, dan tahu tugas serta perannya. Anak juga harus belajar bisnis atau bekerja untuk punya penghasilan. Jadi, kalau dia sudah baligh dan ingin menikah, dia sudah siap lahir batin,” papar Perwitasari
.
Sumber: Majalah Ummi/Klinikf3cinoling

Man Jadda Wa Jada

“Man Jadda Wa Jada” (barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka pasti akan berhasil). Begitulah pepatah mengatakan. Dengan kesungguhan tentunya apa yang dicita-citakan akan tercapai. Maka penulis berharap setelah dibuatnya makalah ini, motivasi kita dalam menjalani hidup ini akan semakin bertambah dan menjadi lebih baik.


Man Jadda Wa Jada, sebuah ungkapan yang mulai sering terdengar dalam kehidupan kita. Sepenggal mantra sakti yang memiliki makna yang kuat dan mampu memberikan semangat dalam kehidupan kita. “Siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil”, begitulah arti ungkapan Arab ini. Man Jadda Wa Jada ini memanglah bukan hadits, tetapi sangatlah sesuai dan selaras dengan sunnatullah. Sebuah ketetapan yang mengisyaratkan manusia bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum selama kaum tersebut tidak berusaha merubahnya sendiri.
Kata kunci dalam pepatah ini ialah jadda atau bersungguh-sungguh.
Jadi, sejauh mana Anda sudah mengaplikasikan pepatah ini ialah sejauh mana Anda bersungguh-sungguh.
 
Mengukur Man Jadda Wa Jada Pada Diri Anda
Silahkan Anda periksa pertanyaan berikut dan jawablah dalam hati Anda. Silahkan Anda ukur diri Anda tanpa dalih tanpa alasan (jika bersungguh-sungguh ingin maju).
  • Sudahkah Anda bersungguh-sungguh melihat peluang. Coba lihat catatan Anda, sudah seberapa banyak potensi peluang yang Anda catat?

  • Seberapa dalam Anda meneliti sebuah ide ?

  • Seberapa banyak ide-ide yang sudah Anda lakukan?

  • Sudah berapa kali Anda gagal dan bangkit lagi mencoba?

  • Seberapa keras Anda mencari solusi masalah Anda?

  • dan sebagainya.
Man Jadda Wa Jada Belum Membumi Jika Masih Berdalih
Jika Anda masih suka mengatakan “tapi” sebagai dalih tidak berusaha, artinya Anda belum bersungguh-sungguh. Mungkin dalih Anda benar, tetapi tetap saja Anda tidak meraih apa yang Anda inginkan.
Jika Anda memang bersungguh-sungguh, akan selalu ada jalan untuk mencapai apa yang Anda inginkan. Akan selalu ada jalan untuk menyelesaikan masalah Anda. Potensi pikiran, hati, dan tubuh Anda sudah cukup untuk mengatasi masalah Anda. Sebesar apa pun masalah Anda. Begitu juga potensi Anda cukup untuk meraih pencapaian tertinggi yang bisa dicapai manusia. Semua orang memiliki potensi yang sama, yang berbeda ialah sejauh mana kita menggunakan potensi tersebut. Sejauh mana kita membumikan man jadda wa jada dalam hidup Anda.
Cara Membumikan Man Jadda Wa Jada
Langkah selanjutnya ialah kita harus membumikan Man Jadda Wa Jada, bukan hanya pepatah penghias dinding, tetapi harus menjadi bagian dari kehidupan kita.
  1. Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda akan mengalahkan rasa malas yang menghambat Anda untuk bertindak.

  2. Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda akan mencari cara mengatasi rintangan dan halangan yang ada di depan Anda.

  3. Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda akan berusaha melengkapi apa yang menjadi kekurangan Anda untuk meraih tujuan besar Anda.

  4. Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda akan belajar jika Anda belum bisa melakukan sesuatu yang diperlukan untuk meraih sukses.

  5. Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda tidak akan mudah berhenti, terus berpikir kreatif, mencoba dan mencoba sampai Anda menemukan jalan yang tepat.
Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda tidak akan kalah dengan alasan, justru akan berusaha mengatasi alasan tersebut.
Sudah menjadi fitrah insaniyah, bahwa setiap kita sesungguhnya sedang berproses untuk menjadi lebih baik. Yang harus kita lakukan dan usahakan hanyalah bersungguh-sungguh untuk itu. Membuat prioritas hidup dengan hanya melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan manfaat bagi kehidupan.
Berhentilah melihat hasil. Karna kita tidak dituntut untuk itu, selain dari apa yang kita usahakan. Nilai seseorang dihadapan Rabb-nya adalah dari apa yang diusahakannya. Pilihan aktifitas hidup apa yang dibuatnya. 

Seberapa besar usaha yang dilakukannya. Seberapa banyak bisa mendatangkan manfaat bagi orang lain. Dikatakan bernilai ketika dia melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan manfaat dan menghindarkannya dari keburukan. Melakukan amal kebaikan dan menjauhkan diri dari perilaku tercela.

Memilih mentaati Rabb-nya dan menghindarkan diri melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan murka-Nya. Memperbanyak mensyukuri nikmat-nikmat-Nya dan berhenti mengeluhkan apa yang tidak didapatkannya. Apa yang kita peroleh berbanding lurus dengan apa yang kita usahakan. Tidak akan tertukar dengan yang lain dan berpindah kepada yang lain. Yakinlah, bahwa piala hanya akan diberikan kepada mereka yang berhak mendapatkannya. Dan Anda bisa menjadi salah satunya.
Rabb yang mampu meninggikan langit, menghamparkan bumi dan mencukupi seluruh makhluq yang menghuni dintara keduanya, sungguh maha mampu mencukupi mulut manusia yang hanya beberapa senti ini. Jika kita merasa, Dia tidak mencukupi kebutuhan kita, maka yang sesungguhnya adalah kitalah yang tidak mengetahui apa yang kita butuhkan. Inilah tabiat manusia. 
Bahkan sekiranya Allah memberinya 2 lembah emas, dia akan memintanya 1 lembah lagi. Begitu seterusnya… “Sesunguhnya Allah mendindingi manusia dan hatinya, dan hanya kepada-Nyalah kita akan dikembalikan”.
Isi Waktu Luang Dengan Berbuat!
Orang-orang yang banyak menganggur dalam hidup ini, biasanya akan menjadi penebar isu dan desas desus yang tak bermanfaat. Itu karena akal pikiran mereka selalu melayangdayang tak tahu arah. Dan, {Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang.} (QS. At-Taubah: 87)
Saat paling berbahaya bagi akal adalah manakala pemiliknya menganggur dan tak berbuat apa-apa. Orang seperti itu, ibarat mobil yang berjalan dengan kecepatan tinggi tanpa sopir, akan mudah oleng ke kanan dan ke kiri. Bila pada suatu hari Anda mendapatkan diri Anda menganggur tanpa kegiatan, bersiaplah untuk bersedih, gundah, dan cemas! Sebab, dalam
keadaan kosong itulah pikiran Anda akan menerawang ke mana-mana;


mulai dari mengingat kegelapan masa lalu, menyesali kesialan masa kini,
hingga mencemaskan kelamnya masa depan yang belum tentu Anda alami.
Dan itu, membuat akal pikiran Anda tak terkendali dan mudah lepas kontrol.
Karena itu bangkitlah sekarang juga. Kerjakan shalat, baca buku,
bertasbih, mengkaji, menulis, merapikan meja kerja, merapikan kamar, atau
berbuatlah sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain untuk mengusir kekosongan itu! Ini, karena janganlah berhenti sejenak pun dari melakukan sesuatu yang bermanfaat.

 
“Seseorang boleh saja berkata, “Saya telah menemukan kebahagiaan sejati setelah bergelimang dengan harta kekayaan yang saya miliki. Saya sudah puas dengan hasil keringat saya.” Atau seorang pejabat bergaji tinggi bisa saja bertutur bahwa dengan posisinya yang ‘basah’ ia akan berkesempatan merasakan kenikmatan hidup. Atau mungkin saja seorang bintang film bercerita bahwa ia merasakan kedamaian dalam hidup setelah duit tak pernah berhenti mengalir ke sakunya.
Tetapi tidak mungkinkah di balik pernyataan itu ada terselubung perasaan cemas, khawatir dan gelisah, ibarat awan hitam yang menutupi wajah rembulan?
Kegelisahan, kecemasan, ketidakteteraman, adalah ‘pekerjaan harian’ bagi manusia, kecuali mereka yang telah menemukan jalan yang benar. Rasa cemas itu bisa menyangkut urusan yang kecil-kecil maupun yang besar-besar. Bahkan banyak orang yang sekadar menginginkan seorang gadis lalu tidak kesampaian, bisa memilih bunuh diri saking stresnya. Tidak sedikit pula yang mengamuk hanya karena persoalan uang seribu rupiah.
Bagi yang telah mengenal hakikat hidup, hal-hal remeh seperti itu tidak perlu membuatnya hilang akal. Allah swt jauh-jauh sebelumnya telah menurunkan obat penawar kegelisahan dan kecemasan ini dengan agama. Melalui agama (Islam) ini, Allah memperkenalkan diri-Nya bahwa Dialah yang Maha Kuasa, Maha Sempurna dan Maha Ahad. Pengetahuannya meliputi segala yang telah lalu, kini dan esok. Penglihatan-Nya jauh di atas menembus ruang dan waktu. Melalui pendekatan kepada kekuasaan-Nya ini sebenarnya sudah bermakna obat. Dijamin manusia tidak akan gelisah selamanya.
Islam memperkenalkan cara pandang yang jauh lebih luas tentang kehidupan. Bahwa hidup ini bukan sekadar pulang-balik dari rumah ke tempat kerja, sampai rumah lalu tidur, besok berangkat lagi, kawin, punya anak. Hidup ini indah dan penuh dimensi, yang terdiri dari beberapa babak. Babak akhir nanti bergantung pada kesuksesan menapaki hidup pada babak sekarang ini. Konsep seperti ini akan menuntut seseorang untuk mengontrol dirinya secara mandiri, dan membimbing untuk tidak segera putus asa menghadapi persoalan.
Terapi shalat 
Kaum muslimin tidak perlu ikut-ikutan orang lain untuk mencari ketenangan hidup dengan melakukan meditasi segala macam. Seperti diketahui, belakangan ini bermunculan kelompok meditasi di berbagai kota. Malah dua di antaranya, yang mengaku berasal dari India dan kini membuka cabang di Jakarta, mengklaim telah memiliki lebih 8.000 cabang di 58 negara. Tujuan organisasi ini tidak lain adalah untuk menjaring para eksekutif yang kini makin banyak ditimpa penyakit modern: stres dan gelisah.
Sungguh sangat disayangkan kalau ada kaum muslimin yang tertarik pada tatacara pengobatan yang seperti ini. 
Sebab secara syar’i bukan saja telah terjadi pelanggaran, karena bercampurnya lelaki dan perempuan dalam satu ruangan tanpa aturan yang jelas, tetapi juga ada sebuah gambar ka’bah dan dua kaligrafi bertuliskan Allah dan Muhammad yang dihimpit dua simbol agama lain.
Sebenarnya shalat jauh menawarkan terapi yang lebih efektif dan ampuh untuk penyakit-penyakit gelisah seperti itu. Tentunya apabila shalat yang ada ditegakkan dengan cara yang baik dan khusyu’. Sayangnya yang kita lakukan selama ini shalat bukan hanya dianggap sebagai suatu kewajiban, tapi terkadang sebagai beban. Padahal teori pengobatan berkata, apabila kita yakin, maka sebagian dari penyakit itu telah disembuhkan.
Shalat bahkan bukan hanya akan memberikan kesembuhan terhadap beben-beban ruhani akibat lelahnya menghadapi pertarungan hidup, tapi juga akan memberikan kemenangan, di dunia dan di akhirat.

Orang yang shalatnya benar, tidak malah gelisah setelah shalat, akan tetapi ada perasaan lega dan tenteram karena baru saja bertemu dengan Allah, Penguasa Segala Sesuatu. Bertemu kepada Dzat yang menciptakan segala sesuatu di alam ini, termasuk jalan yang terbaik untuk hamba-Nya.

Orang yang ketika menghadapi Tuhan mempunyai perasaan penghambaan seperti ini akan enteng hidupnya. Shalat akan dijadikan sebagai media untuk memohon bimbingan dan petunjuk agar tidak keliru dalam meniti kehidupan. Hidup ini dipasrahkan kepada-Nya, tawakkal.
Meraih cinta-Nya
Untuk mendapatkan cinta tentu memerlukan perjuangan dan pengorbanan. Begitu juga untuk dapat meraih cinta dari Allah swt, kita dituntut berkorban. In tanshurullaha yanshurkum, kata Allah, apabila kamu menolong agama Allah, maka Allah akan menolongmu. Menolong, bila yang melakukan adalah Allah, maka dapat diartikan dengan selesainya segala urusan yang ditolong. Ini adalah kunci kehidupan itu sendiri.
Manusia yang meyakini Islam sebagai jalan hidup satu-satunya berarti sudah memilih tauhid yang benar. 
Berarti ia akan cenderung mengenal Allah lebih dekat, sehingga menimbulkan perasaan cinta kepada-Nya. Kalau sudah tumbuh cinta maka ia akan memandang Allah sebagai Sumber segala hidup, Sumber kesempurnaan, Sumber segala rahmat, serta percaya bahwa Dia dekat dengannya setiap saat. Temali batinpun akan berbicara, ke mana pun juga pergi akan ada ‘benang’ kontrol yang menghubungkan dengan Dia. Keyakinan dan kesadaran seperti ini selain memberikan nuansa yang indah juga plus menciptakan kekuatan baru untuk melangkah menapaki hidup.
Mungkin pertanyaan yang menggelitik akan muncul, menggoda pikiran kita, “Bagaimana sesungguhnya kita dapat berhubungan akrab dengan Tuhan dan sejauh mana kita mengetahui bahwa kita telah dekat kepada-Nya?”
Allah swt berfirman, “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu.” (QS. Al-Baqarah: 186) 
Makin kuat keyakinan dan kesadaran kita akan dekatnya Allah maka makin tenteram pula hati ini dan makin besar kebahagiaan yang dicapai. Oleh karena itu dalam al-Qur’an disebutkan, alaa bidzikrillahi tathmainnul-quluub, ingatlah sesungguhnya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. 
Dzikir yang dilakukan terus-menerus akan membuat ruhani menjadi kuat, pribadi manusia akan memperolah kekuatan transenden yang luar biasa. Sebagai dampaknya hati akan selalu bahagia, tenteram dan memperoleh kedamaian abadi.
Kunci segalanya 
Kekuatan apa lagi yang akan bisa menyaingi jika manusia telah menemukan Tuhannya? Kekuatan ini dapat menyingkirkan ila-ilah yang bertengger dalam pikiran manusia, dalam jiwanya. Tidak hanya itu, semua kekuatan, harta kekayaan, pangkat dan status, serta semua urusan dunia tidak banyak artinya di kala Allah telah menyatu dalam jiwa. 
Inilah kunci dari segalanya. Mereka yang sudah merapatkan dirinya pada sandaran Sang Maha Kuasa, akan menghadapi kehidupan dengan serba mudah. Kesulitan yang ada bahkan dianggapnya sebagai kesyukuran. Karena dengan kesulitan itu akan mengurangi beban dosa dan kesalahannya. 

Kesulitan dan kesusahan hidup bukan dianggap sebagai musibah yang dapat menyeretnya kepada kekufuran, tapi justru sebagai cubitan peringatan agar kontrol komunikasinya dengan Tuhan tetap berjalan, tetap seimbang.
Inilah bentuk kecintaan dari Yang Maha Hakiki kepada hamban-Nya. Demonstrasi kecintaan itu diwujudkan dalam berbagai tindakan-Nya yang terkesan menyengsarakan dan menyulitkan si hamba. Padahal itulah cara yang paling baik dan pas untuk manusia. Musibah dan penderitaan-penderitaan digelar-Nya, yang bagi kebanyakan manusia lebih mudah mengantar kepada kesadaran dan keinsyafan.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kesungguhan merupakan kunci keberhasilan seseorang. Akan tetapi tidak hanya dengan itu saja, kedekatan dengan sang Khaliq pun itu sangat berpengaruh sekali. 

Artinya, antara kesungguhan seseorang dengan kedekatannya kepada sang Khaliq sangat berkaitan erat dengan keberhasilannya dalam meraih kesuksesan. Semoga tulisan ini bisa memberikan pencerahan kepada kita semua, tentunya bagi mereka yang sedang membutuhkan motivasi untuk lebih baik lagi dalam mengarungi romantika kehidupan ini.
sumber ; lifestyle.kompasiana.com/klinikf3cinoling

Jika Jatuh Cinta Pada Suami Orang

Bukanlah hal yang mustahil jika seseorang bisa saja jatuh cinta pada suami orang entah itu melalui lingkungan kerja, lingkungan baru, Setelah mengenal dia sebagai orang yang menarik, cocok satu sama lain, jatuh cinta, namun ternyata dia sudah punya istri. Entah dia merespon dan membalas cinta Anda atau tidak, jatuh cinta pada suami orang adalah sesuatu yang salah. Jika Anda jatuh cinta pada suami orang, maka ini beberapa tips yang dapat dilakukan untuk memupus perasaan tersebut :

Taruh Dalam Hati dan Pikiran Itu Sesuatu yang Salah

Mencintai suami orang, apapun alasannya merupakan sesuatu yang salah. Apalagi dia jatuh cinta juga kepada Anda. Bukannya tidak mungkin jika suatu hari nanti, saat dia bersama dengan Anda, dia bisa jadi jatuh cinta pada orang lain juga. Orang yang tidak setia, cenderung tidak akan setia. Hal itu juga bukan berarti dia tidak bisa setia. Namun, siapa yang bisa menjamin dia akan bisa setia pada Anda?

Jangan Hidup di Dunia Khayalan

Anda berharap, dia akan mencintai Anda selamanya. Anda berharap cinta terlarang Anda tidak akan ketahuan, jangan pula merasa bahwa diri Anda lebih pantas mendapatkannya daripada istrinya. Ingatlah bahwa perasaan wanita saat jatuh cinta memang buta, jadi kendalikan perasaan Anda, apalagi perasaan itu pada orang yang salah.

Orang Ketiga Tidak Pernah Mengenakkan 

Tutup kesempatan Anda untuk menjadi orang ketiga, sekalipun Anda tahu bahwa dia memiliki masalah dalam pernikahannya. Kita menganut budaya timur yang kental, omongan orang lain terkadang bisa sangat pedas. Selain itu, anggap saja Anda menikah dengannya. Percayalah bahwa kehidupan rumah tangga Anda akan dibayangi oleh istri / mantan istrinya tersebut.

Tuhan Pasti Berikan yang Terbaik Buat Anda

Tuhan sudah menjamin bahwa Anda akan mendapatkan yang terbaik, bukan yang baik ataupun lebih baik. Jadi, jika Tuhan mau memberikan Anda yang terbaik, buat apa Anda memilih orang yang baik-baik saja. Apalagi ketahuan bahwa dia bukan orang yang baik jika membalas cinta Anda yang salah tersebut.

Percayalah, masih banyak pria baik di luar sana yang cocok dan pantas jadi pendamping Anda. Merebut cinta orang lain merupakan sesuatu yang sangat menyakitkan orang. Anda hidup bahagia, jika memang bisa bahagia, di atas penderitaan orang lain. Tuhan pasti berikan yang terbaik buat Anda

Sumber : vemale.com by Klinikf3cinoling 

Cinta Itu Fitrah

ANDAI daun itu mampu untuk mengungkap, mungkin ia tak akan pernah rela untuk pergi meninggalkan ranting. Andai awan itu mampu memberontak, mungkin ia akan tetap pada kondisinya dan tak akan pernah pergi dari langit.

Hidup ini mengenai aturan dan ketaatan. Kata mereka hati nurani itu tak pernah salah dan tak pernah berbohong. Benar, nurani itu selalu benar karena nurani adalah fitrah hubungan antara makhluk dan Khalik.

Nurani itu ibarat alarm, alarm itu akan hidup ketika ada perbuatan yang salah dan tak sesuai dengan aturan. Itu yang kini dirasakan.

Cinta itu fitrah. Dan sang khalik telah sisipkan rasa itu di sudut qalbu yang terdalam. Dan rasa itu kini semakin dalam.

Hingga kaki ini lelah untuk beranjak kembali. Tapi apalah arti sebuah rasa ketika semua itu telah menyalahi aturan, ketika daun gugur bukan dimusim gugur. Tak ada keindahan ketika daun itu gugur terlalu cepat.

Tuhan anugrahi rasa itu agar kita menjaganya dengan baik, bukan untuk digunakan di jalan yang belum halal. Allah telah siapkan jalan bagi mereka yang memiliki fitrah cinta yaitu dengan sebuah pernikahan, bukan jalan yang belum halal.

Bukan hal yang mudah memang, menahan diri ketika fitrah itu muncul secara tiba-tiba. Namun hati nurani itu sendirilah yang akan memegang kendali respon kita ke depannya. Semoga kita senantiasa menjadi hamba-Nya yang taat dengan meninggalkan segala apa yang dilarang-Nya. []
By Eva F Hasan

Kategori

Kategori