Bismillah...
Aslkum wr wb... allahuma shalliallaa syaidina Muhammad wa'alla aliisyaidina Muhammad wa barik wa'saliim
Fenomena SELFI dikalangan masyarakat dan di seluruh dunia sudah menjadi
hal yang trendy. Seiring berkembangnya tehnologi komunikasi yang banyak
menyediakan aplikasi kamera yang beragam. Dari mulai desa dan
perkotaan, dari mulai anak remaja hingga orang tua tak pernah lepas dari
Selfi. Media sosial jadi sarana postingan aktifitas dari bangun tidur
sampai tidur kembali. Media sosial jadi ajang uploud foto foto pelbagai
kegiatan dan fose yang beraneka macam. Subhanallah...
SELFI adalah singkatan dari "Self potrait" yang artinya foto hasil memotret diri sendiri.
Ditambah aplikasi yang bisa mempercantik diri...
Tahun 2013 kata Selfi sudah masuk kedalam Oxford English Dictionary. Segitu hebatnyakah ?
Lantas ada yang SALAHKAH dengan kita berselfi ria ? Tak ada yang salah
sob... itu hak anda, privasi anda, handphone" anda... dan diri juga
wajah anda. Anda mau fun or sad itu hak anda, akun akun anda juga yang
punya. Mau anda non muslim atau mengakui diri sebagai muslim itu pilihan
anda pula. Benar demikian ?
Trus sekarang masalahnya apa dengan kita berselfi dan mengunggahnya ke media sosial ?
Sahabat, maaf sebelumnya... penulis disini hanya mengingatkan karena
saya sendiripun pernah mengalami hal seperti itu. Mengunggah koleksi
pribadi ke publik sampai akhirnya hidayah dan cobaan datang. Dan merubah
semua kebiasaan itu hingga sekarang. Berkaca dari pengalaman buruk
untuk tak lagi mengulangi perbuatan yang merugikan didunia terlebih
akhirat nanti. MasyaAllah..
Tak jarang pula sebagian kaum Muslim memilih untuk tidak memamerkan foto selfie mereka ke media sosial dengan alasan seperti:
1. Wajah menarik dalam foto selfie anda sebenarnya suatu saat akan
membusuk dan menjadi santapan cacing tanah. Untuk apa memamerkan
ketampanan atau kecantikan? Semua itu hanyalah kondisi fana yang akan
hilang saat kematian menjemput. Justru wajah menarik yang diumbar
melalui foto selfie akan menjadi sumber dosa.
2. Foto selfie yang
diunggah di media sosial akan terus tersimpan bahkan ketika pemiliknya
telah meninggal. Masih banyak orang yang akan menyaksikan dan
berkomentar mengenai foto tersebut, meskipun pemiliknya telah tiada. Dan
ini akan menjadi siksa kubur bagi anda.
3. Setelah mengetahui
betapa berbahayanya memajang foto selfie di media sosial, anda akan
menyesal. Anda ingin meminta tolong kepada siapa saja orang terdekat
anda untuk menghapus foto tersebut. Namun, tentu saja hal ini sudah
terlambat karena anda tidak bisa lagi berkomunikasi dengan dunia fana.
Kemudian yang tertinggal hanyalah penyesalan di alam kubur.
Pertanyaannya sekarang adalah ;
- Foto" yang saya uploud tak berbau pornografi atau fose yang mengumbar aurat ?
Bagaimana mungkin hal itu akan membawa azab bagi saya dan hukumnya haram ?
@ Dari dua posting itu bisa mengambil kesimpulan bahaya selfie dalam
perspektif Islam, yaitu menumbuhkan sifat riya (ingin dipuji orang lain)
dan ujub (mengagumi diri sendiri) yang dilarang dalam Islam.
Rasulullah Saw melarang keras seseorang ujub terhadap dirinya. Bahkan,
Rasulullah menyebutnya sebagai dosa besar yang membinasakan pelakunya.
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
Tiga dosa pembinasa: sifat pelit yang ditaati, hawa nafsu yang
dituruti, dan ujub seseorang terhadap dirinya. (HR. Thabrani dari Anas
bin Malik).
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ
Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertaqwa, yang berkecukupan,
dan yang tidak menonjolkan diri. (HR. Muslim dari Abu Said al-Khudri).
Selfie lalu menyimpan foto untuk dokumentasi pribadi saja, tanpa
dipublikasikan di media sosial, tentu saja tidak akan menimbulkan
masalah tidak berpotensi menumbulkan sikap riya & ujub.
Namun, jika diekspose di media sosial, jelas ada maksudnya. Maksud
itulah yang bisa melabrak akhlak mulia berupa rendah hati (tawadhu).
Salah satu bukti Selfie bisa menimbulkan ujub munculnya penyakit
depresi Facebook (Facebook despression), yaitu penyakit kejiwaan yang
membuat seseorang merasa diabaikan setelah menulis status atau
mengunggah foto karena tidak ada dan/atau komentar dari siapa pun.
Sebuah penelitian yang dikutip merdeka comdari the guardian
menyebutkan, sering memotret diri sendiri adalah salah satu ciri orang
yang tidak percaya diri.
Selfie adalah salah satu revolusi
bagaimana seorang manusia ingin diakui oleh orang lain dengan memajang
atau sengaja memamerkan foto tersebut ke jejaring sosial.
dengan
memamerkan foto-foto selfie tersebut, maka orang yang bersangkutan ingin
terlihat bernilai;, lebih-lebih apabila ada yang berkomentar bagus
tentang foto tersebut.
@ Lantas bagaimana dengan mereka yang berselfi ria dengan kawan kawannya ? Sebagai bukti kenang kenangan ?
" Berselfi ria dengan keluarga atau teman" sejenis tak mengapa tapi
berfoto selfi dengan lawan jenis hukumnya haram. Sentuhan fisik dengan
lawan jenis yang bukan mahram (muhrim) dan bukan istri adalah haram.
Bahkan berjabatan tangan pun diharamkan apalagi bersentuhan yang
berkonotasi intim.
Berbaurnya perempuan dan laki-laki dalam Islam
dilarang. Berdasarkan pada hadits hasan riwayat Abu Daud no. 5272 dari
Abu Usaid Al-Anshari:
Abu Usaid Al Anshary beliau pernah
mendengar Rasulullah bersabda kepada para wanita, ketika beliau sedang
keluar dari masjid dan para lelaki sedang berkumpul dengan para wanita
di jalan:
“(Wahai para wanita), minggirlah kalian, karena
sesungguhnya tidak pantas kalian untuk berjalan di tengah jalan,
hendaknya kalian di samping-samping jalan”, maka para wanita dahulu
menempel dengan dinding sehingga pakaiannya terkait dengan dinding
dikarenakan saking menempelnya mereka dengan dinding.
Kecuali
karena ada keperluan yang syar;i (sesuai syariah). Misalnya, untuk jual
beli atau yang terkait dengan pekerjaan seperti berkumpul dalam satu
kantor atau berkumpul untuk keperluan mencari ilmu. Itupun dengan syarat
tidak boleh berduaan (kholwat). Karena, kholwat antara lawan jenis
dilarang kecuali si wanita ditemani oleh mahramnya (kerabat terdekat).
Dalam sebuah hadits sahih riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas Nabi bersabda:
Dari Abdullah bin Abbas bahwa Nabi Muhammad bersabda: “Tidak boleh
sekali-kali seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita kecuali
bersama dengan mahram”.
Jadi, dalam kasus di atas, anda melakukan dua dosa,
- pertama, dosa karena berbaur dengan sejumlah perempuan bukan mahram tanpa keperluan yang syar'i.
- Kedua, foto selfi berdua yang di situ juga tentunya terjadi sentuhan
fisik atau minimal berdekatan. Sentuhan fisik dengan lawan jenis selain
istri dan non-mahram adalah haram.
Sahabat fillah...
Ada
beberapa kawan yang ia ingin berhijrah dan menghijrahkan sisa hidupnya
lebih baik lagi, dengan ia berjanji padaku untuk tak lagi memposting
foto foto pribadinya ke medsos. Dia kunci semua koleksi foto pribadinya
dari publik. Sama seperti halnya yang kulakukan saat ini..
Tapi ya
Allah niatan itu tidak istiqomah...tak berkaca pada kejadian masa lalu
yang pernah oranglain menyalahgunakan fotonya untuk perbuatan negatif.
Kembali ia pada kebiasaan lama. Sesekali menguploud foto diri ke publik
dan tak menguncinya. Meski foto itu tak berbau porno dan dalam style
dan gaya yang sopan.
Tapi tahukah Anda, sekali lagi wajah cantik
dan tampan itu hanya kulit pembungkus tulang tengkorakmu !! Yang akan
hancur dimakan belatung dan keriput di makan umur.
Jangan bangga
dengan wajah cantik atau tampan. Nabi Yusuf lah yang seharusnya bangga
dan ujub karena Allah karuniakan wajah dan fostur tubuh profosional.
Beliau lebih memilih hidup terkurung dipenjara daripada ia jadi pengundang nafsu kaum hawa.
Rabiatul Adawiyah begitu tersiksa dengan paras yang cantik sempurna
sehingga beliau lebih memilih mengabdikan sisa umur dan usianya hanya
mencintai Allah swt dari pada jadi rebutan laki laki.
"SEBAIK-BAIK wanita ialah yang tidak MEMANDANG dan tidak DIPANDANG oleh LELAKI.."
Begitupun lelaki yang sholeh ia tak akan Tebar Pesona di dunia maya
hanya untuk bisa dikenal dan dipuji wanita yang berminat kenalan,
inboxkan lalu ketemuan dan ujung ujungnya pacaran. Naudzubillah...
Mencermati penjelasan ini, tentunya anda akan lebih bijak dan dewasa
dalam bersikap bukan? Tidak perlu semua orang di dunia maya tahu siapa
anda, seperti apa kecantikan/ketampanan anda, hingga kehidupan pribadi
anda. Perbanyaklah istigfar dan tawakal kepada Allah swt. Hidup ini
hanya sementara kawan !!
Hijrah itu butuh proses tapi waktu tak bisa menunggu proses. So, pergunakan sisa waktumu sebelum habis terkikis.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Apabila manusia meninggal, amalnya akan terputus, kecuali 3 hal:
‘Sedekah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang
mendoakannya.’ (HR. Nasa’i 3651, Turmudzi 1376).
Sebagai orang
beriman, yang sadar akan pentingnya bekal amal di hari kiamat, tentu
kita sangat berharap bisa mendapatkan amal semacam ini. Di saat kita
sudah pensiun beramal, namun Allah tetap memberikan kucuran pahala
karena amal kita di masa silam.
Disamping ada pahala jariyah,
dalam islam juga ada dosa yang sifatnya sama, Dosa Jariyah. Dosa yang
tetap terus mengalir, sekalipun orangnya telah meninggal. Dosa yang akan
tetap ditimpakan kepada pelakunya, sekalipun dia tidak lagi mengerjakan
perbuatan maksiat itu.
Betapa menyedihkannya nasib orang ini, di
saat semua orang membutuhkan pahala di alam barzakh, dia justru
mendapat kucuran dosa dan dosa. Anda bisa bayangkan, penyesalan yang
akan dialami manusia yang memiliki dosa jariyah ini.
Satu prinsip
yang selayaknya kita pahami, bahwa yang Allah catat dari kehidupan
kita, tidak hanya aktivitas dan amalan yang kita lakukan, namun juga
dampak dan pengaruh dari aktivitas dan amalan itu. Allah berfirman di
surat Yasin,
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan
Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang
mereka tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk
yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12)
# Apa saja DOSA JARIYAH itu ?
Pertama, mempelopori perbuatan maksiat.
Mempelopori dalam arti dia melakukan perbuatan maksiat itu di hadapan
orang lain, sehingga banyak orang yang mengikutinya. Meskipun dia
sendiri tidak mengajak orang lain untuk mengikutinya. Dalam hadis dari
Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabdaء
“Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang
buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa
setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa
dikurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR. Muslim).
Anda bisa
bayangkan, orang yang pertama kali mendesain rok mini, pakaian you can
see, kemudian dia sebarkan melalui internet, lalu ditiru banyak orang.
Sekalipun dia tidak ngajak khalayak untuk memakai rok mini, namun
mengingat dia yang mempeloporinya, kemudian banyak orang yang meniru,
dia mendapatkan kucuran dosa semua orang yang menirunya, tanpa dikurangi
sedikitpun.
Tak jauh beda dengan mereka yang memasang video
parno atau cerita seronok di internet, tak terkecuali media massa,
kemudian ada orang yang nonton atau membacanya, dan dengan membaca itu
dia melakukan onani atau zina atau bahkan memperkosa, maka yang memasang
di internet akan mendapat aliran dosa dari semua maksiat yang
ditimbulkan karenanya.
Termasuk juga para wanita yang membuka
aurat di tempat umum, sehingga memancing lawan jenis untuk menikmatinya,
maka dia mendapatkan dosa membuka aurat, plus dosa setiap pandangan
mata lelaki yang menikmatinya. Meskipun dia tidak mengajak para lelaki
untuk memandanginya.
Kedua, mengajak melakukan kesesatan dan maksiat
Dia mengajak masyarakat untuk berbuat maksiat, meskipun bisa jadi dia
sendiri tidak melakukan maksiat itu. Merekalah para juru dakwah
kesesatan, atau mereka yang mempropagandakan kemaksiatan.
Anda
bisa perhatikan para propagandis yang menyebarkan aliran sesat,
menyebarkan pemikiran menyimpang, menyerukan masyarakat untuk
menyemarakkan kesyirikan dan bid’ah, menyerukan masyarakat untuk
memusuhi dakwah tauhid dan sunah, merekalah contoh yang paling mudah
terkait hadis di atas.
Sepanjang masih ada manusia yang mengikuti
mereka, pelopor kemaksiatan dan penghasung pemikiran menyimpang, selama
itu pula orang ini turut mendapatkan limpahan dosa, sekalipun dia sudah
dikubur tanah. Merekalah para pemilik dosa jariyah.
Termasuk
juga mereka yang mengiklankan maksiat, memotivasi orang lain untuk
berbuat dosa, sekalipun dia sendiri tidak melakukannya, namun dia tetap
mendapatkan dosa dari setiap orang yang mengikutinya.
Semoga Allah memudahkan kita untuk melakukan amal jariyah dan menjauhkan kita dari dosa jariyah.
Izin tag... jika tak suka silahkan remove tag. Semoga bermanfaat