سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
"Apalah arti sebuah kata MAAF" jika hanya dibibir saja dan kembali melakukan kesalahan yang sama...?! Satu bukti bahwa maaf itu tidaklah didasari ketulusan dan kesungguhan. Orang mudah sekali mengatakan sebuah kata maaf padahal realisasinya kita harus mengerti apa kata maaf yang terkandung di dalam hati.
Fudail bin Iyad berkata : “Jiwa kesatria ialah memafkan kesalahan-kesalahan saudaranya.”
Sudah menjadi kodrat dan kekurangannya manusia selalu melakukan kesalahan baik disengaja atau tidak, sudah menjadi kelemahan manusia berbuat dosa dan manusia baik secara terang terangan atau tersembunyi.
Cuz, No body perfect... Dan itu kenyataannya.
Mengapa memberi Maaf itu begitu berat dan sulit.....? Terlebih pada orang yang pernah membuat kita terluka, terdzalimi, membuat kita menangis merasa dipermainkan,dihianati,dipermalukan dll. :(
Sulit bukan berarti tidak bisa hanya saja sedikit yang bisa kita beri meskipun dari dalam hati yang paling dalam masih ada luka maupun kesalahan orang lain yang sulit kita hapus. Kata maaf sendiri bukanlah bentuk perdamaian yang hakiki bila tidak dari hati, apa bedanya dengan musuh dalam selimut. Seseorang yang dipaksa berkata “A” padahal yang ingin dia katakan “B”.
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Dan sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (Qs. Fushshilat: 34-35)
Ibnu ‘Abbas c mengatakan: ‘Allah memerintahkan orang beriman untuk bersabar di kala marah, bermurah hati ketika diremehkan, dan memaafkan di saat diperlakukan jelek. Bila mereka melakukan ini maka Allah menjaga mereka dari (tipu daya) setan dan musuh pun tunduk kepadanya sehingga menjadi teman yang dekat’.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim 4/109)
@ Alasan mengapa orang sulit memaafkan
1001 alasan di dalam pikiran manusia untuk tidak memaafkan kesalahan orang lain, berikut ini 7 alasan yang menyebabkan mereka sulit memaafkan:
1.Harga diri
Kadang ketika kita melukai perasaan orang lain mungkin kita tidak sengaja menyebutkan kata-kata yang menginjak-injak harga diri mereka, sehingga sulit sekali kata maaf untuk diberikan kepada kita. Setiap orang memiliki harga diri yang tidak bisa dibeli dengan kekayaan apapun yang ada di dunia. Harga diri bersifat individu namun erat kaitannya dengan apa yang tuhan kasih kepada kita. Jadi pastkan jangan menyakiti seseorang sehingga membuat harga dirinya jatuh
2.Perkataan dan sikap itu terlalu menyakitkan
Perkataan dan sikap yang menyakitkan mungkin membuat sebagian orang sulit untuk memaafkan. perkataan ini bisa saja berupa perkataan yang tidak menyakitkan secara langsung dan juga mungkin saja bisa berupa perkataan sindirian. Sikap itu bisa berupa penganiayan atau tindakan diluar kendali manusia seperti tamparan atau pukulan yang menegenai anggota tubuh. Kita tidak pernah tahu perkataan dan tindakan yang mungkin menurut kita baik-baik saja dan sewajarnya namun belum tentu penilaian orang lain.
3.Butuh waktu
Mungkin rentan waktu untuk memaafkan tidak selamanya harus singkat seperti apa yang kita bayangkan. Sebagian orang butuh waktu yang cukup lama untuk melupakan kejadian yang menyakitkan di memori otaknya. Mungkin seiring berjalannya waktu bisa mengubah kebencian menjadi perasaan kasih.
4.Untuk Kebaikan orang lain
Ada juga, mungkin seseorang tidak ingin memaafkan karena mereka mau yang terbaik untuk dia dan orang yang tersayang. Apabila diberi maaf mungkin kata maaf itu bisa membuat orang lain terluka atau perasaan orang yang diberi maaf juga bisa terluka.
5.Kebaikan bersama
Jika kebaikan bersama untuk tidak bisa memberikan sebuah kata maaf tulus, mungkin itu adalah sebuah jalan terbaik yang telah diambilnya. Meskipun kebaikan buat dia belum tentu kebaikan untuk kita. Mungkin mereka punya cara pandang tersendiri mengartikan kata maaf.
6.Suka mengulanginya
Orang lain enggan memberikan maaf kepada seseorang yang pernah berkali-kali dikasih maaf namun pada akhirnya orang tersebut mengulangi lagi kesalahannya. Hal ini membuat orang yang ingin memberi maaf tidak percaya terhadap apa yang iya ucapkan.
7.Jaim
Keseringan seseorang tidak sadar atas apa yang dilakukannya sehingga menyakitkan orangpun iya tidak tahu. Jaim atau gengsi kerap terjadi apabila anda hendak meminta maaf duluan karena anda merasa kesalahan bukan pada diri anda.
Kita berhak untuk TIDAK Memaafkan orang tsb atas dasar 7 alasan diatas, lantas apa yng bakal kita dapat dengan tidak memaafkan orang tsb.....? Sedangkan kita tahu Allah SWT Dzat pemberi maaf bagi umatNya. Lah....kita ini apa.....??
Setelah seseorang melakukan kesalahan terhadap kita, kita berhak sama ada memberinya maaf ataupun membiarkannya terus dengan dosa-dosanya itu.
Kita boleh bersorak ria kerana mendapat pahala hasil perbuatan jahatnya terhadap kita manakala dia pula akan memikul dosa-dosanya sehingga hari Kiamat.
Bagaimana? Terasa lega?
Sesetengah orang memang begitu. Maaf adalah sesuatu yang amat berharga dan tidak mudah memberinya walaupun diminta. Apalagi jika kesalahan itu berpuncak dari satu kesalahan yang disengajakan dan amat menyakitkan hati.
Tidak mudah hendak mengatakan “Sama-samalah kita” setelah seseorang itu meminta maaf.
Dalam hati terdetik, ‘maaf muka engkau, umpat aku lagi, tipu aku lagi, sakitkan hati aku lagi, sekarang tanggunglah dosa-dosa engkau sampai kiamat.’
Bagaimana, apakah anda termasuk dalam golongan ini?
Memang tiada salahnya pendirian seperti itu, sebab ia akan menjadi satu pengajaran yang amat bagus kepada si pesalah tadi. Itu juga menandakan ketegasan anda dan pendirian anda tidak mudah goyah.
Sifat ini memang dimiliki oleh orang-orang yang kental jiwanya dalam menempuh hidup. (Jujur,saya termasuk salah satunya)
Memang sebuah kewajaran bila seseorang menuntut haknya dan membalas orang yang menyakitinya. Dan dibolehkan seseorang membalas kejelekan orang lain dengan yang semisalnya. Namun alangkah mulia dan baik akibatnya bila dia memaafkannya. Allah berfirman:
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Asy-Syura: 40)
Ayat ini menyebutkan bahwa tingkat pembalasan ada tiga:
~Pertama: Adil, yaitu membalas kejelekan dengan kejelekan serupa, tanpa menambahi atau mengurangi. Misalnya jiwa dibalas dengan jiwa, anggota tubuh dengan anggota tubuh yang sepadan, dan harta diganti dengan yang sebanding.
~Kedua: Kemuliaan, yaitu memaafkan orang yang berbuat jelek kepadanya bila dirasa ada perbaikan bagi orang yang berbuat jelek. Ditekankan dalam pemaafan, adanya perbaikan dan membuahkan maslahat yang besar. Bila seorang tidak pantas untuk dimaafkan dan maslahat yang sesuai syariat menuntut untuk dihukum, maka dalam kondisi seperti ini tidak dianjurkan untuk dimaafkan.
~Ketiga: Zalim yaitu berbuat jahat kepada orang dan membalas orang yang berbuat jahat dengan pembalasan yang melebihi kejahatannya. (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman hal. 760, cet. Ar-Risalah)
“Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah memberinya maaf pada hari kesulitan (HR Ath-Thabrani)
Tapi tahukah anda kesalahan yang tidak diselesaikan dengan maaf di dunia ini akan berlanjutan hingga ke Akhirat meski kita mampu membalas perbuatan buruknya didunia ?
Di sana orang yang bersalah terpaksa membayar dengan memberikan pahala kebaikannya untuk menebus maaf daripada orang yang dizaliminya.
Hingga akhirnya dia muflis dan kerana itu dia dilemparkan ke Neraka.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda :
“Barangsiapa yang didatangi saudaranya yang hendak meminta maaf ,hendaklah memaafkannya,apakah ia berada dipihak yang benar ataukah yang salah, apabila tidak melakukan hal tersebut (memaafkan) , niscaya tidak akan mendatangi telagaku (di akhirat) (HR Al-Hakim)
Renungkan sebuah kisah yang berlaku pada zaman Rasulullah SAW dan buatlah pilihan sama ada bertegas TIDAK MEMAAFKAN atau sebaliknya. Pilihan memang hak anda.
Kisahnya begini, suatu hari, tatkala melihat Rasulullah SAW tertawa sendirian Saidina Umar pun bertanya apa sebabnya.
Jawab Rasulullah SAW, “Ada dua orang umatku yang memperhitungkan hak-haknya. Yang seorang berkata, “Ya Allah, berikanlah hak-hakku yang dizalimi oleh orang itu”
Berfirman Allah SWT, “Berikanlah haknya yang telah engkau zalimi itu!”
Menjawab orang yang dituntut itu dengan sedih, “Ya Allah, wahai Tuhan ku. Sesungguhnya kebaikanku telahpun habis semuanya, maka tiadalah lagi yang dapat aku berikan kepada orang ini.”
Dijawab oleh orang yang menuntut itu, “Oleh itu engkau mesti menanggung segala dosaku sebagai gantinya.”
Tatkala ini, kelihatan Rasulullah SAW mengalirkan air matanya menahan kesedihan lalu meneruskan sabdanya, “Kemudian Allah SWT berfirman kepada orang yang menuntut itu, “Angkatlah kepalamu dan lihatlah Syurga.”
Kemudian rasulullah membaca “Fattaqullaaha wa ashlihuu dzaata bainikum , sebab Allah memperbaiki (mendamaikan) antara kaum mukminin dihari kiamat “ (HR Abu ya’la Al Maushili)
Apabila dilihat oleh si penuntut itu Syurga yang penuh di dalamnya kota-kota yang berlantaikan perak dan gedung-gedung indah daripada emas bertahtakan intan permata, yang elok-elok, dia bertanya, “Apakah semua itu untuk Nabi-nabi atau apakah untuk orang syahid?’
Maka dijawab oleh Allah SWT, “Itu untuk sesiapa sahaja yang sanggup membayarnya!”
Maka kata si penuntut itu, “Ya Allah, siapakah yang memiliki harta yang banyak untuk membeli Syurga yang amat hebat itu.”
Dijawab oleh Allah SWT, “Engkau pun dapat membayarnya, iaitu dengan mengampuni orang yang telah menzalimimu itu.”
Maka kata si penuntut itu, “Kalau begitu aku sanggup mengampuni dosanya terhadapku..”
Firman Allah SWT, “Pimpinlah tangan orang itu bersama-sama ke dalam Syurga itu.”
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Maka berbuat baiklah kepada saudaramu sesama Muslim.”
“Jika hari kiamat tiba , terdengarlah suara panggilan, “Manakah orang-orang yang suka mengampuni dosa sesama manusianya?” Datanglah kamu kepada Tuhan-mu dan terimalah pahala-pahalamu .Dan menjadi hak setiap muslim jika ia memaafkan kesalahan orang lain untuk masuk surga.” (HR Adh-Dhahak dari ibnu Abbas Ra)
Nabi Muhammad Shalallahu bersabda kepada Uqbah ; “Ya Uqbah maukah engkau kuberitahukan tentang akhlak penghuni dunia akhirat yang paling utama?
“Apa itu Ya Rasulullah....? .
“Yaitu menghubungi orang yang memutuskan hubungan denganmu, memberi orang yang menahan pemberiannya kepadamu, memaafkan orang-orang yang pernah menganiayamu “ (HR Al-Hakim dari Uqbah bin Amir Al-Juhani )
“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang”. (QS An-Nuur :22)
“Barangsiapa yang tidak mau memberi ampun kepada orang, maka ia tidak akan di beri ampun “ (HR Ahmad dari Jabir bin Abdullah Ra)
Subhanallah :') (Sungguh malu rasanya diri ini........)
@ Kedudukan orang yang memberi Maaf
Memaafkan kesalahan orang acapkali dianggap sebagai sikap lemah dan bentuk kehinaan, padahal justru sebaliknya. Bila orang membalas kejahatan yang dilakukan seseorang kepadanya, maka sejatinya di mata manusia tidak ada keutamaannya. Tapi di kala dia memaafkan padahal mampu untuk membalasnya, maka dia mulia di hadapan Allah dan manusia.
~Inilah KEMULIAAN bagi orang yang memberi maaf :
1. Mendatangkan kecintaan
Allah berfirman dalam surat Fushshilat ayat 34-35:
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Dan sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (Qs.Fushshilat: 34-35)
Ibnu Katsir ra menerangkan: “Bila kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadamu maka kebaikan ini akan menggiring orang yang berlaku jahat tadi merapat denganmu, mencintaimu, dan condong kepadamu sehingga dia (akhirnya) menjadi temanmu yang dekat. Ibnu ‘Abbas c mengatakan: ‘Allah memerintahkan orang beriman untuk bersabar di kala marah, bermurah hati ketika diremehkan, dan memaafkan di saat diperlakukan jelek. Bila mereka melakukan ini maka Allah menjaga mereka dari (tipu daya) setan dan musuh pun tunduk kepadanya sehingga menjadi teman yang dekat’.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim 4/109)
2. Mendapat pembelaan dari Allah SWT
Al-Imam Muslim ra meriwayatkan hadits Abu Hurairah bahwa ada seorang laki-laki berkata: ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku punya kerabat. Aku berusaha menyambungnya namun mereka memutuskan hubungan denganku. Aku berbuat kebaikan kepada mereka namun mereka berbuat jelek. Aku bersabar dari mereka namun mereka berbuat kebodohan terhadapku.”
Maka Rasulullah bersabda:
لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ
“Jika benar yang kamu ucapkan maka seolah-olah kamu menebarkan abu panas kepada mereka. Dan kamu senantiasa mendapat penolong dari Allah atas mereka selama kamu di atas hal itu.” (HR. Muslim)
3. Memperoleh ampunan dan kecintaan dari Allah SWT.
Allah berfirman :
“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Qs.At-Taghabun: 14)
Adalah Abu Bakr dahulu biasa memberikan nafkah kepada orang-orang yang tidak mampu, di antaranya Misthah bin Utsatsah. Dia termasuk famili Abu Bakr dan muhajirin. Di saat tersebar berita dusta seputar ‘Aisyah binti Abi Bakr istri Nabi, Misthah termasuk salah seorang yang menyebarkannya. Kemudian Allah menurunkan ayat menjelaskan kesucian ‘Aisyah dari tuduhan kekejian. Misthah pun dihukum dera dan Allah memberi taubat kepadanya. Setelah peristiwa itu, Abu Bakr bersumpah untuk memutuskan nafkah dan pemberian kepadanya. Maka Allah menurunkan firman-Nya:
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Qs.An-Nur: 22)
Abu Bakr mengatakan: “Betul, demi Allah. Aku ingin agar Allah mengampuniku.” Lantas Abu Bakr kembali memberikan nafkah kepada Misthah. (lihat Shahih Al-Bukhari no. 4750 dan Tafsir Ibnu Katsir 3/286-287)
Nabi bersabda:
“Sayangilah –makhluk– maka kamu akan disayangi Allah, dan berilah ampunan niscaya Allah mengampunimu.” (Shahih Al-Adab Al-Mufrad no. 293)
Al-Munawi berkata: “Allah mencintai nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya yang di antaranya adalah (sifat) rahmah dan pemaaf. Allah juga mencintai makhluk-Nya yang memiliki sifat tersebut.” (Faidhul Qadir 1/607)
Adapun Allah mencintai orang yang memaafkan, karena memberi maaf termasuk berbuat baik kepada manusia. Sedangkan Allah cinta kepada orang yang berbuat baik, sebagaimana firman-Nya:
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Qs.Ali ‘Imran: 134)
4. Mulia di sisi Allah maupun di sisi manusia
Suatu hal yang telah diketahui bahwa orang yang memaafkan kesalahan orang lain, disamping tinggi kedudukannya di sisi Allah SWT.
ia juga mulia di mata manusia. Demikian pula ia akan mendapat pembelaan dari orang lain atas lawannya, dan tidak sedikit musuhnya berubah menjadi kawan.
Nabi bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ
“Shadaqah hakikatnya tidaklah mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah seorang hamba karena memaafkan kecuali kemuliaan, dan tiada seorang yang rendah hati (tawadhu’) karena Allah melainkan diangkat oleh Allah” (HR. Muslim dari Abu Hurairah )
@ Kapan memaafkan itu terpuji?
Seseorang yang disakiti oleh orang lain dan bersabar atasnya serta memaafkannya padahal dia mampu membalasnya maka sikap seperti ini sangat terpuji. Nabi bersabda (yang artinya): “Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melakukan –pembalasan– maka Allah akan memanggilnya di hari kiamat di hadapan para makhluk sehingga memberikan pilihan kepadanya, bidadari mana yang ia inginkan.” (Hadits ini dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no. 3394)
Demikian pula pemaafan terpuji bila kesalahan itu berkaitan dengan hak pribadi dan tidak berkaitan dengan hak Allah SWT. ‘Aisyah berkata: “Tidaklah Rasulullah membalas atau menghukum karena dirinya (disakiti) sedikit pun, kecuali bila kehormatan Allah dilukai. Maka beliau menghukum dengan sebab itu karena Allah l.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Kemudian, pemaafan dikatakan terpuji bila muncul darinya akibat yang baik, karena ada pemaafan yang tidak menghasilkan perbaikan. Misalnya, ada seorang yang terkenal jahat dan suka membuat kerusakan di mana dia berbuat jahat kepada anda. Bila anda maafkan, dia akan terus berada di atas kejahatannya. Dalam keadaan seperti ini, yang utama tidak memaafkan dan menghukumnya sesuai kejahatannya sehingga dengan ini muncul kebaikan, yaitu efek jera. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menegaskan:
“Melakukan perbaikan adalah wajib, sedangkan memaafkan adalah sunnah. Bila pemaafan mengakibatkan hilangnya perbaikan berarti mendahulukan yang sunnah atas yang wajib. Tentunya syariat ini tidak datang membawa hal yang seperti ini.” (lihat Makarimul Akhlaq karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin hal. 20)
@ Hukum Orang Yang Tidak Mau Memaafkan
Pertanyaan, “Aku telah berbuat salah kepada seseorang karena dia menggunjingku, merendahkan dan hasad kepadaku. Aku lantas melabraknya dan mengata-ngatainya dengan suara keras bahkan memukulnya. Akhirnya dia mendoakanku dengan doa kejelekan. Kemudian aku meminta maaf kepadanya namun dia tidak ingin bicara dan melihat diriku. Aku lantas meminta bantuan orang-orang yang dekat dengannya untuk menyampaikan keinginanku meminta maaf kepadanya. Tanganku terulur di waktu kapan pun namun dia tetap menolak dan tidak ingin melihat diriku. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku tidak berdosa setelah melakukan upaya-upaya di atas?
Jawaban Syeikh Abdul Muhsin al Ubaikan, “Jika anda telah mengerahkan berbagai daya upaya untuk berdamai dengannya maka anda insya Allah mendapat pahala sedangkan dialah yang malah berdosa”
Orang yang selalu berusaha minta maaf posisinya lebih mulia dibandingkan yang tidak mau memaafkan. Bahkan orang yang gengsinya terlalu tinggi tidak mau memaafkan orang lain maka termasuk kelompok ahli neraka. Orang sabar dan tawakkal akan lebih mulia di hadapan Allah, dan Insya Allah akan mendapat ganti yang lebih banyak lagi baik di dunia maupun di akhirat...
Ibnu Abas r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Ada sepuluh golongan dari umatku yang tidak akan masuk surga, kecuali bagi yang bertobat. Mereka itu adalah al-qalla’, al-jayyuf, al-qattat, ad-daibub, ad-dayyus, shahibul arthabah, shahibul qubah, al-’utul, az-zanim, dan al-’aq li walidaih.
Selanjutnya Rasulullah saw. ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah al-qalla’ itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka mondar-mandir kepada penguasa untuk memberikan laporan batil dan palsu.
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah al-jayyuf itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka menggali kuburan untuk mencuri kain kafan dan sebagainya.”
Beliau ditanya lagi, “Siapakah al-qattat itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka mengadu domba
Beliau ditanya, “Siapakah ad-daibub itu?” Beliau menjawab, “Germo.”
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah ad-dayyus itu?” Beliau menjawab, “Dayyus adalah laki-laki yang tidak punya rasa cemburu terhadap istrinya, anak perempuannya, dan saudara perempuannya.”
Rasulullah saw. ditanya lagi, “Siapakah shahibul arthabah itu?” Beliau menjawab, “Penabuh gendang besar.
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah shahibul qubah itu?” Beliau menjawab, “Penabuh gendang kecil.”
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah al-’utul itu?” Beliau menjawab, “Orang yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf atas dosa yang dilakukannya, dan tidak mau menerima alasan orang lain.”
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah az-zanim itu?” Beliau menjawab, “Orang yang dilahirkan dari hasil perzinaan yang suka duduk-duduk di tepi jalan guna menggunjing orang lain. Adapun al-’aq, kalian sudah tahu semua maksudnya (yakni orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya).”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu? " Para sahabat menjawab "Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka." (HR Muslim)
MasyaAllah, Neraka kah hukuman bagi orang yang kukuh tidak mau dan tak memberikan Maaf bagi orang yang sudah menyakiti...... :(
Tapi mengapa manusia selalu menganggap lemah dan menjadi kelemahan seseorang jika ia selalu memberikannya MAAF.........?!
Mengapa orang lain selalu menganggap hina dan kebiasaan baginya jika kita selalu memaklumi dan memaafkan kesalahan kesalahan yang terus menerus terulang....? Dan menjadi kebiasaan baginya melakukan kesalahan yang sama.....?
Mengapa orang yang berusaha menghindar dan diam selalu dianggap menjauh dari persoalan dan tak memiliki hati nurani......??
Apa yang orang lain tahu isi hati seorang anak manusia......??
Manusia hanya bisa bersu'uzon,berkata dan berbuat seenak perutnya tanpa memikirkan dampak negatifnya.
Dan untuk kalian juga kamu yang disana....
Diamku bukan berarti aku tak peduli atau tak memperhatikan. Pembiaranku adalah pelajaran bagimu yang kerap menyakiti dan berbuat kesalahan dengan mempermalukan aku dan menyakitiku berulang ulang. Sungguhkah dalam keadaan ini aku mampu dan sanggup memberikanmu kata maaf seperti yang sudah dan sering aku lakukan.......?
Untukmu dan untuk kalian semua, demi Rabb ku,ALLAH SWT aku senantiasa berbuat baik dan selalu berbaik sangka pada kalian pun selalu memberikan MAAF bagimu meski mulut ini DIAM.
Cukuplah Allah saja yang tahu isi hati dan pikiranku saat ini......aku tak butuh pujian atau sanjungan dari mahluk. Biarlah apa yang aku lakukan sekarang menjadi urusanku dengan Rabb ku.
Bagiku sekarang, apa yang kalian tanam hasil itulah yang bakal kalian petik.......hukum dunia dan karma berlaku bagi siapa saja! Hukum dunia akan Allah perlihatkan sebelum Dia menghukum kita di akhirat.
Pada pandangan ku, memaafkan seseorang adalah suatu perkara yang sangat sukar dan bukan semua orang mampu melakukannya, dengan ikhlas termasuk saya salah satunya.
Hanya mereka yang berjiwa besar sahaja mampu memberi maaf seikhlas hati. Saya hanya berusaha mencontoh dan menteladani sifat dan sikap Rasullullah meski itu butuh waktu dan proses yang lama,karena hamba hanyalah manusia biasa yang kotor dan penuh dosa serta kesalahan.
Mari kita belajar dari sifat pemaafnya Allah kepada para hamba –NYA yang telah membunuh para wali-NYA. Sifat pemaaf Rasulullah pada umat yang menyakitinya. Teladan para sahabat Rasul yang mau berlapang dada kepada saudaranya yang telah menyinggung perasaannya.
Ucapkanlah ucapan kasih sayang padanya :
“Pada hari ini tidak ada cercaan kepada kamu , mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu) ,dan DIA adalah Maha Penyayang diantara Penyayang.” ( QS Yusuf ;92)
Inilah ucapan Nabi Yusuf AS kepada saudaranya ,ketika mereka minta maaf atas kesalahan yang mereka lakukan di masa lalu.
Bagaimanakah anda? Apakah senang untuk anda melupakan kesalahan seseorang terhadap anda? Mampukah anda memberi kemaafan seikhlas hati? :’)
Semoga bermanfaat, izin tag....
Salam :)
klinikf3cinoling
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
"Apalah arti sebuah kata MAAF" jika hanya dibibir saja dan kembali melakukan kesalahan yang sama...?! Satu bukti bahwa maaf itu tidaklah didasari ketulusan dan kesungguhan. Orang mudah sekali mengatakan sebuah kata maaf padahal realisasinya kita harus mengerti apa kata maaf yang terkandung di dalam hati.
Fudail bin Iyad berkata : “Jiwa kesatria ialah memafkan kesalahan-kesalahan saudaranya.”
Sudah menjadi kodrat dan kekurangannya manusia selalu melakukan kesalahan baik disengaja atau tidak, sudah menjadi kelemahan manusia berbuat dosa dan manusia baik secara terang terangan atau tersembunyi.
Cuz, No body perfect... Dan itu kenyataannya.
Mengapa memberi Maaf itu begitu berat dan sulit.....? Terlebih pada orang yang pernah membuat kita terluka, terdzalimi, membuat kita menangis merasa dipermainkan,dihianati,dipermalukan dll. :(
Sulit bukan berarti tidak bisa hanya saja sedikit yang bisa kita beri meskipun dari dalam hati yang paling dalam masih ada luka maupun kesalahan orang lain yang sulit kita hapus. Kata maaf sendiri bukanlah bentuk perdamaian yang hakiki bila tidak dari hati, apa bedanya dengan musuh dalam selimut. Seseorang yang dipaksa berkata “A” padahal yang ingin dia katakan “B”.
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Dan sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (Qs. Fushshilat: 34-35)
Ibnu ‘Abbas c mengatakan: ‘Allah memerintahkan orang beriman untuk bersabar di kala marah, bermurah hati ketika diremehkan, dan memaafkan di saat diperlakukan jelek. Bila mereka melakukan ini maka Allah menjaga mereka dari (tipu daya) setan dan musuh pun tunduk kepadanya sehingga menjadi teman yang dekat’.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim 4/109)
@ Alasan mengapa orang sulit memaafkan
1001 alasan di dalam pikiran manusia untuk tidak memaafkan kesalahan orang lain, berikut ini 7 alasan yang menyebabkan mereka sulit memaafkan:
1.Harga diri
Kadang ketika kita melukai perasaan orang lain mungkin kita tidak sengaja menyebutkan kata-kata yang menginjak-injak harga diri mereka, sehingga sulit sekali kata maaf untuk diberikan kepada kita. Setiap orang memiliki harga diri yang tidak bisa dibeli dengan kekayaan apapun yang ada di dunia. Harga diri bersifat individu namun erat kaitannya dengan apa yang tuhan kasih kepada kita. Jadi pastkan jangan menyakiti seseorang sehingga membuat harga dirinya jatuh
2.Perkataan dan sikap itu terlalu menyakitkan
Perkataan dan sikap yang menyakitkan mungkin membuat sebagian orang sulit untuk memaafkan. perkataan ini bisa saja berupa perkataan yang tidak menyakitkan secara langsung dan juga mungkin saja bisa berupa perkataan sindirian. Sikap itu bisa berupa penganiayan atau tindakan diluar kendali manusia seperti tamparan atau pukulan yang menegenai anggota tubuh. Kita tidak pernah tahu perkataan dan tindakan yang mungkin menurut kita baik-baik saja dan sewajarnya namun belum tentu penilaian orang lain.
3.Butuh waktu
Mungkin rentan waktu untuk memaafkan tidak selamanya harus singkat seperti apa yang kita bayangkan. Sebagian orang butuh waktu yang cukup lama untuk melupakan kejadian yang menyakitkan di memori otaknya. Mungkin seiring berjalannya waktu bisa mengubah kebencian menjadi perasaan kasih.
4.Untuk Kebaikan orang lain
Ada juga, mungkin seseorang tidak ingin memaafkan karena mereka mau yang terbaik untuk dia dan orang yang tersayang. Apabila diberi maaf mungkin kata maaf itu bisa membuat orang lain terluka atau perasaan orang yang diberi maaf juga bisa terluka.
5.Kebaikan bersama
Jika kebaikan bersama untuk tidak bisa memberikan sebuah kata maaf tulus, mungkin itu adalah sebuah jalan terbaik yang telah diambilnya. Meskipun kebaikan buat dia belum tentu kebaikan untuk kita. Mungkin mereka punya cara pandang tersendiri mengartikan kata maaf.
6.Suka mengulanginya
Orang lain enggan memberikan maaf kepada seseorang yang pernah berkali-kali dikasih maaf namun pada akhirnya orang tersebut mengulangi lagi kesalahannya. Hal ini membuat orang yang ingin memberi maaf tidak percaya terhadap apa yang iya ucapkan.
7.Jaim
Keseringan seseorang tidak sadar atas apa yang dilakukannya sehingga menyakitkan orangpun iya tidak tahu. Jaim atau gengsi kerap terjadi apabila anda hendak meminta maaf duluan karena anda merasa kesalahan bukan pada diri anda.
Kita berhak untuk TIDAK Memaafkan orang tsb atas dasar 7 alasan diatas, lantas apa yng bakal kita dapat dengan tidak memaafkan orang tsb.....? Sedangkan kita tahu Allah SWT Dzat pemberi maaf bagi umatNya. Lah....kita ini apa.....??
Setelah seseorang melakukan kesalahan terhadap kita, kita berhak sama ada memberinya maaf ataupun membiarkannya terus dengan dosa-dosanya itu.
Kita boleh bersorak ria kerana mendapat pahala hasil perbuatan jahatnya terhadap kita manakala dia pula akan memikul dosa-dosanya sehingga hari Kiamat.
Bagaimana? Terasa lega?
Sesetengah orang memang begitu. Maaf adalah sesuatu yang amat berharga dan tidak mudah memberinya walaupun diminta. Apalagi jika kesalahan itu berpuncak dari satu kesalahan yang disengajakan dan amat menyakitkan hati.
Tidak mudah hendak mengatakan “Sama-samalah kita” setelah seseorang itu meminta maaf.
Dalam hati terdetik, ‘maaf muka engkau, umpat aku lagi, tipu aku lagi, sakitkan hati aku lagi, sekarang tanggunglah dosa-dosa engkau sampai kiamat.’
Bagaimana, apakah anda termasuk dalam golongan ini?
Memang tiada salahnya pendirian seperti itu, sebab ia akan menjadi satu pengajaran yang amat bagus kepada si pesalah tadi. Itu juga menandakan ketegasan anda dan pendirian anda tidak mudah goyah.
Sifat ini memang dimiliki oleh orang-orang yang kental jiwanya dalam menempuh hidup. (Jujur,saya termasuk salah satunya)
Memang sebuah kewajaran bila seseorang menuntut haknya dan membalas orang yang menyakitinya. Dan dibolehkan seseorang membalas kejelekan orang lain dengan yang semisalnya. Namun alangkah mulia dan baik akibatnya bila dia memaafkannya. Allah berfirman:
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Asy-Syura: 40)
Ayat ini menyebutkan bahwa tingkat pembalasan ada tiga:
~Pertama: Adil, yaitu membalas kejelekan dengan kejelekan serupa, tanpa menambahi atau mengurangi. Misalnya jiwa dibalas dengan jiwa, anggota tubuh dengan anggota tubuh yang sepadan, dan harta diganti dengan yang sebanding.
~Kedua: Kemuliaan, yaitu memaafkan orang yang berbuat jelek kepadanya bila dirasa ada perbaikan bagi orang yang berbuat jelek. Ditekankan dalam pemaafan, adanya perbaikan dan membuahkan maslahat yang besar. Bila seorang tidak pantas untuk dimaafkan dan maslahat yang sesuai syariat menuntut untuk dihukum, maka dalam kondisi seperti ini tidak dianjurkan untuk dimaafkan.
~Ketiga: Zalim yaitu berbuat jahat kepada orang dan membalas orang yang berbuat jahat dengan pembalasan yang melebihi kejahatannya. (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman hal. 760, cet. Ar-Risalah)
“Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah memberinya maaf pada hari kesulitan (HR Ath-Thabrani)
Tapi tahukah anda kesalahan yang tidak diselesaikan dengan maaf di dunia ini akan berlanjutan hingga ke Akhirat meski kita mampu membalas perbuatan buruknya didunia ?
Di sana orang yang bersalah terpaksa membayar dengan memberikan pahala kebaikannya untuk menebus maaf daripada orang yang dizaliminya.
Hingga akhirnya dia muflis dan kerana itu dia dilemparkan ke Neraka.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda :
“Barangsiapa yang didatangi saudaranya yang hendak meminta maaf ,hendaklah memaafkannya,apakah ia berada dipihak yang benar ataukah yang salah, apabila tidak melakukan hal tersebut (memaafkan) , niscaya tidak akan mendatangi telagaku (di akhirat) (HR Al-Hakim)
Renungkan sebuah kisah yang berlaku pada zaman Rasulullah SAW dan buatlah pilihan sama ada bertegas TIDAK MEMAAFKAN atau sebaliknya. Pilihan memang hak anda.
Kisahnya begini, suatu hari, tatkala melihat Rasulullah SAW tertawa sendirian Saidina Umar pun bertanya apa sebabnya.
Jawab Rasulullah SAW, “Ada dua orang umatku yang memperhitungkan hak-haknya. Yang seorang berkata, “Ya Allah, berikanlah hak-hakku yang dizalimi oleh orang itu”
Berfirman Allah SWT, “Berikanlah haknya yang telah engkau zalimi itu!”
Menjawab orang yang dituntut itu dengan sedih, “Ya Allah, wahai Tuhan ku. Sesungguhnya kebaikanku telahpun habis semuanya, maka tiadalah lagi yang dapat aku berikan kepada orang ini.”
Dijawab oleh orang yang menuntut itu, “Oleh itu engkau mesti menanggung segala dosaku sebagai gantinya.”
Tatkala ini, kelihatan Rasulullah SAW mengalirkan air matanya menahan kesedihan lalu meneruskan sabdanya, “Kemudian Allah SWT berfirman kepada orang yang menuntut itu, “Angkatlah kepalamu dan lihatlah Syurga.”
Kemudian rasulullah membaca “Fattaqullaaha wa ashlihuu dzaata bainikum , sebab Allah memperbaiki (mendamaikan) antara kaum mukminin dihari kiamat “ (HR Abu ya’la Al Maushili)
Apabila dilihat oleh si penuntut itu Syurga yang penuh di dalamnya kota-kota yang berlantaikan perak dan gedung-gedung indah daripada emas bertahtakan intan permata, yang elok-elok, dia bertanya, “Apakah semua itu untuk Nabi-nabi atau apakah untuk orang syahid?’
Maka dijawab oleh Allah SWT, “Itu untuk sesiapa sahaja yang sanggup membayarnya!”
Maka kata si penuntut itu, “Ya Allah, siapakah yang memiliki harta yang banyak untuk membeli Syurga yang amat hebat itu.”
Dijawab oleh Allah SWT, “Engkau pun dapat membayarnya, iaitu dengan mengampuni orang yang telah menzalimimu itu.”
Maka kata si penuntut itu, “Kalau begitu aku sanggup mengampuni dosanya terhadapku..”
Firman Allah SWT, “Pimpinlah tangan orang itu bersama-sama ke dalam Syurga itu.”
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Maka berbuat baiklah kepada saudaramu sesama Muslim.”
“Jika hari kiamat tiba , terdengarlah suara panggilan, “Manakah orang-orang yang suka mengampuni dosa sesama manusianya?” Datanglah kamu kepada Tuhan-mu dan terimalah pahala-pahalamu .Dan menjadi hak setiap muslim jika ia memaafkan kesalahan orang lain untuk masuk surga.” (HR Adh-Dhahak dari ibnu Abbas Ra)
Nabi Muhammad Shalallahu bersabda kepada Uqbah ; “Ya Uqbah maukah engkau kuberitahukan tentang akhlak penghuni dunia akhirat yang paling utama?
“Apa itu Ya Rasulullah....? .
“Yaitu menghubungi orang yang memutuskan hubungan denganmu, memberi orang yang menahan pemberiannya kepadamu, memaafkan orang-orang yang pernah menganiayamu “ (HR Al-Hakim dari Uqbah bin Amir Al-Juhani )
“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang”. (QS An-Nuur :22)
“Barangsiapa yang tidak mau memberi ampun kepada orang, maka ia tidak akan di beri ampun “ (HR Ahmad dari Jabir bin Abdullah Ra)
Subhanallah :') (Sungguh malu rasanya diri ini........)
@ Kedudukan orang yang memberi Maaf
Memaafkan kesalahan orang acapkali dianggap sebagai sikap lemah dan bentuk kehinaan, padahal justru sebaliknya. Bila orang membalas kejahatan yang dilakukan seseorang kepadanya, maka sejatinya di mata manusia tidak ada keutamaannya. Tapi di kala dia memaafkan padahal mampu untuk membalasnya, maka dia mulia di hadapan Allah dan manusia.
~Inilah KEMULIAAN bagi orang yang memberi maaf :
1. Mendatangkan kecintaan
Allah berfirman dalam surat Fushshilat ayat 34-35:
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Dan sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (Qs.Fushshilat: 34-35)
Ibnu Katsir ra menerangkan: “Bila kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadamu maka kebaikan ini akan menggiring orang yang berlaku jahat tadi merapat denganmu, mencintaimu, dan condong kepadamu sehingga dia (akhirnya) menjadi temanmu yang dekat. Ibnu ‘Abbas c mengatakan: ‘Allah memerintahkan orang beriman untuk bersabar di kala marah, bermurah hati ketika diremehkan, dan memaafkan di saat diperlakukan jelek. Bila mereka melakukan ini maka Allah menjaga mereka dari (tipu daya) setan dan musuh pun tunduk kepadanya sehingga menjadi teman yang dekat’.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim 4/109)
2. Mendapat pembelaan dari Allah SWT
Al-Imam Muslim ra meriwayatkan hadits Abu Hurairah bahwa ada seorang laki-laki berkata: ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku punya kerabat. Aku berusaha menyambungnya namun mereka memutuskan hubungan denganku. Aku berbuat kebaikan kepada mereka namun mereka berbuat jelek. Aku bersabar dari mereka namun mereka berbuat kebodohan terhadapku.”
Maka Rasulullah bersabda:
لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ
“Jika benar yang kamu ucapkan maka seolah-olah kamu menebarkan abu panas kepada mereka. Dan kamu senantiasa mendapat penolong dari Allah atas mereka selama kamu di atas hal itu.” (HR. Muslim)
3. Memperoleh ampunan dan kecintaan dari Allah SWT.
Allah berfirman :
“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Qs.At-Taghabun: 14)
Adalah Abu Bakr dahulu biasa memberikan nafkah kepada orang-orang yang tidak mampu, di antaranya Misthah bin Utsatsah. Dia termasuk famili Abu Bakr dan muhajirin. Di saat tersebar berita dusta seputar ‘Aisyah binti Abi Bakr istri Nabi, Misthah termasuk salah seorang yang menyebarkannya. Kemudian Allah menurunkan ayat menjelaskan kesucian ‘Aisyah dari tuduhan kekejian. Misthah pun dihukum dera dan Allah memberi taubat kepadanya. Setelah peristiwa itu, Abu Bakr bersumpah untuk memutuskan nafkah dan pemberian kepadanya. Maka Allah menurunkan firman-Nya:
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Qs.An-Nur: 22)
Abu Bakr mengatakan: “Betul, demi Allah. Aku ingin agar Allah mengampuniku.” Lantas Abu Bakr kembali memberikan nafkah kepada Misthah. (lihat Shahih Al-Bukhari no. 4750 dan Tafsir Ibnu Katsir 3/286-287)
Nabi bersabda:
“Sayangilah –makhluk– maka kamu akan disayangi Allah, dan berilah ampunan niscaya Allah mengampunimu.” (Shahih Al-Adab Al-Mufrad no. 293)
Al-Munawi berkata: “Allah mencintai nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya yang di antaranya adalah (sifat) rahmah dan pemaaf. Allah juga mencintai makhluk-Nya yang memiliki sifat tersebut.” (Faidhul Qadir 1/607)
Adapun Allah mencintai orang yang memaafkan, karena memberi maaf termasuk berbuat baik kepada manusia. Sedangkan Allah cinta kepada orang yang berbuat baik, sebagaimana firman-Nya:
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Qs.Ali ‘Imran: 134)
4. Mulia di sisi Allah maupun di sisi manusia
Suatu hal yang telah diketahui bahwa orang yang memaafkan kesalahan orang lain, disamping tinggi kedudukannya di sisi Allah SWT.
ia juga mulia di mata manusia. Demikian pula ia akan mendapat pembelaan dari orang lain atas lawannya, dan tidak sedikit musuhnya berubah menjadi kawan.
Nabi bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ
“Shadaqah hakikatnya tidaklah mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah seorang hamba karena memaafkan kecuali kemuliaan, dan tiada seorang yang rendah hati (tawadhu’) karena Allah melainkan diangkat oleh Allah” (HR. Muslim dari Abu Hurairah )
@ Kapan memaafkan itu terpuji?
Seseorang yang disakiti oleh orang lain dan bersabar atasnya serta memaafkannya padahal dia mampu membalasnya maka sikap seperti ini sangat terpuji. Nabi bersabda (yang artinya): “Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melakukan –pembalasan– maka Allah akan memanggilnya di hari kiamat di hadapan para makhluk sehingga memberikan pilihan kepadanya, bidadari mana yang ia inginkan.” (Hadits ini dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no. 3394)
Demikian pula pemaafan terpuji bila kesalahan itu berkaitan dengan hak pribadi dan tidak berkaitan dengan hak Allah SWT. ‘Aisyah berkata: “Tidaklah Rasulullah membalas atau menghukum karena dirinya (disakiti) sedikit pun, kecuali bila kehormatan Allah dilukai. Maka beliau menghukum dengan sebab itu karena Allah l.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Kemudian, pemaafan dikatakan terpuji bila muncul darinya akibat yang baik, karena ada pemaafan yang tidak menghasilkan perbaikan. Misalnya, ada seorang yang terkenal jahat dan suka membuat kerusakan di mana dia berbuat jahat kepada anda. Bila anda maafkan, dia akan terus berada di atas kejahatannya. Dalam keadaan seperti ini, yang utama tidak memaafkan dan menghukumnya sesuai kejahatannya sehingga dengan ini muncul kebaikan, yaitu efek jera. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menegaskan:
“Melakukan perbaikan adalah wajib, sedangkan memaafkan adalah sunnah. Bila pemaafan mengakibatkan hilangnya perbaikan berarti mendahulukan yang sunnah atas yang wajib. Tentunya syariat ini tidak datang membawa hal yang seperti ini.” (lihat Makarimul Akhlaq karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin hal. 20)
@ Hukum Orang Yang Tidak Mau Memaafkan
Pertanyaan, “Aku telah berbuat salah kepada seseorang karena dia menggunjingku, merendahkan dan hasad kepadaku. Aku lantas melabraknya dan mengata-ngatainya dengan suara keras bahkan memukulnya. Akhirnya dia mendoakanku dengan doa kejelekan. Kemudian aku meminta maaf kepadanya namun dia tidak ingin bicara dan melihat diriku. Aku lantas meminta bantuan orang-orang yang dekat dengannya untuk menyampaikan keinginanku meminta maaf kepadanya. Tanganku terulur di waktu kapan pun namun dia tetap menolak dan tidak ingin melihat diriku. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku tidak berdosa setelah melakukan upaya-upaya di atas?
Jawaban Syeikh Abdul Muhsin al Ubaikan, “Jika anda telah mengerahkan berbagai daya upaya untuk berdamai dengannya maka anda insya Allah mendapat pahala sedangkan dialah yang malah berdosa”
Orang yang selalu berusaha minta maaf posisinya lebih mulia dibandingkan yang tidak mau memaafkan. Bahkan orang yang gengsinya terlalu tinggi tidak mau memaafkan orang lain maka termasuk kelompok ahli neraka. Orang sabar dan tawakkal akan lebih mulia di hadapan Allah, dan Insya Allah akan mendapat ganti yang lebih banyak lagi baik di dunia maupun di akhirat...
Ibnu Abas r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Ada sepuluh golongan dari umatku yang tidak akan masuk surga, kecuali bagi yang bertobat. Mereka itu adalah al-qalla’, al-jayyuf, al-qattat, ad-daibub, ad-dayyus, shahibul arthabah, shahibul qubah, al-’utul, az-zanim, dan al-’aq li walidaih.
Selanjutnya Rasulullah saw. ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah al-qalla’ itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka mondar-mandir kepada penguasa untuk memberikan laporan batil dan palsu.
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah al-jayyuf itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka menggali kuburan untuk mencuri kain kafan dan sebagainya.”
Beliau ditanya lagi, “Siapakah al-qattat itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka mengadu domba
Beliau ditanya, “Siapakah ad-daibub itu?” Beliau menjawab, “Germo.”
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah ad-dayyus itu?” Beliau menjawab, “Dayyus adalah laki-laki yang tidak punya rasa cemburu terhadap istrinya, anak perempuannya, dan saudara perempuannya.”
Rasulullah saw. ditanya lagi, “Siapakah shahibul arthabah itu?” Beliau menjawab, “Penabuh gendang besar.
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah shahibul qubah itu?” Beliau menjawab, “Penabuh gendang kecil.”
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah al-’utul itu?” Beliau menjawab, “Orang yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf atas dosa yang dilakukannya, dan tidak mau menerima alasan orang lain.”
Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah az-zanim itu?” Beliau menjawab, “Orang yang dilahirkan dari hasil perzinaan yang suka duduk-duduk di tepi jalan guna menggunjing orang lain. Adapun al-’aq, kalian sudah tahu semua maksudnya (yakni orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya).”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu? " Para sahabat menjawab "Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka." (HR Muslim)
MasyaAllah, Neraka kah hukuman bagi orang yang kukuh tidak mau dan tak memberikan Maaf bagi orang yang sudah menyakiti...... :(
Tapi mengapa manusia selalu menganggap lemah dan menjadi kelemahan seseorang jika ia selalu memberikannya MAAF.........?!
Mengapa orang lain selalu menganggap hina dan kebiasaan baginya jika kita selalu memaklumi dan memaafkan kesalahan kesalahan yang terus menerus terulang....? Dan menjadi kebiasaan baginya melakukan kesalahan yang sama.....?
Mengapa orang yang berusaha menghindar dan diam selalu dianggap menjauh dari persoalan dan tak memiliki hati nurani......??
Apa yang orang lain tahu isi hati seorang anak manusia......??
Manusia hanya bisa bersu'uzon,berkata dan berbuat seenak perutnya tanpa memikirkan dampak negatifnya.
Dan untuk kalian juga kamu yang disana....
Diamku bukan berarti aku tak peduli atau tak memperhatikan. Pembiaranku adalah pelajaran bagimu yang kerap menyakiti dan berbuat kesalahan dengan mempermalukan aku dan menyakitiku berulang ulang. Sungguhkah dalam keadaan ini aku mampu dan sanggup memberikanmu kata maaf seperti yang sudah dan sering aku lakukan.......?
Untukmu dan untuk kalian semua, demi Rabb ku,ALLAH SWT aku senantiasa berbuat baik dan selalu berbaik sangka pada kalian pun selalu memberikan MAAF bagimu meski mulut ini DIAM.
Cukuplah Allah saja yang tahu isi hati dan pikiranku saat ini......aku tak butuh pujian atau sanjungan dari mahluk. Biarlah apa yang aku lakukan sekarang menjadi urusanku dengan Rabb ku.
Bagiku sekarang, apa yang kalian tanam hasil itulah yang bakal kalian petik.......hukum dunia dan karma berlaku bagi siapa saja! Hukum dunia akan Allah perlihatkan sebelum Dia menghukum kita di akhirat.
Pada pandangan ku, memaafkan seseorang adalah suatu perkara yang sangat sukar dan bukan semua orang mampu melakukannya, dengan ikhlas termasuk saya salah satunya.
Hanya mereka yang berjiwa besar sahaja mampu memberi maaf seikhlas hati. Saya hanya berusaha mencontoh dan menteladani sifat dan sikap Rasullullah meski itu butuh waktu dan proses yang lama,karena hamba hanyalah manusia biasa yang kotor dan penuh dosa serta kesalahan.
Mari kita belajar dari sifat pemaafnya Allah kepada para hamba –NYA yang telah membunuh para wali-NYA. Sifat pemaaf Rasulullah pada umat yang menyakitinya. Teladan para sahabat Rasul yang mau berlapang dada kepada saudaranya yang telah menyinggung perasaannya.
Ucapkanlah ucapan kasih sayang padanya :
“Pada hari ini tidak ada cercaan kepada kamu , mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu) ,dan DIA adalah Maha Penyayang diantara Penyayang.” ( QS Yusuf ;92)
Inilah ucapan Nabi Yusuf AS kepada saudaranya ,ketika mereka minta maaf atas kesalahan yang mereka lakukan di masa lalu.
Bagaimanakah anda? Apakah senang untuk anda melupakan kesalahan seseorang terhadap anda? Mampukah anda memberi kemaafan seikhlas hati? :’)
Semoga bermanfaat, izin tag....
Salam :)
klinikf3cinoling
EmoticonEmoticon